Ceramah Master Cheng Yen: Belajar dari Sejarah dan Meneruskan Praktik Kebajikan


Dalam ajaran Buddha, Buddha mengatakan tentang praktik Jalan Tengah. Setiap hari, kita menjaga hati agar tetap tenang dan damai. Praktisi yang melatih diri hendaknya selalu menjaga ketenangan dan kedamaian pikiran ini, bukan hanya berkonsentrasi saat duduk bermeditasi. Bukan seperti itu. Dalam ketenangan, kita tetap bergerak; dalam bergerak, kita tetap tenang. Inilah samadhi yang sejati.

Samadhi adalah pikiran yang hening dan tenang. Dalam keadaan tenang dan hening, kita tidak boleh membiarkan pemikiran kita menjadi rumit atau berkeliaran. Pikiran kita jangan sampai berkeliaran dan berpikiran yang tidak-tidak. Pikiran kita harus tetap tenang, bebas dari noda batin, dan tidak dipenuhi pikiran pengganggu. Ini adalah latihan mengendalikan pikiran. Ketika kita berada di suatu tempat, pikiran kita pun harus berada di sana. Gerakan tangan dan kaki kita harus selaras dengan pikiran kita.

Hendaknya kita fokus dan tidak berpikir sembarangan. Inilah keadaan saat kita diam dan tenang. Bagaimana ketika kita bergerak? Kita harus melatih pikiran untuk berfokus pada tekad kita. Ketika telah memikirkan apa yang harus kita lakukan, kita harus melakukannya dengan pikiran terfokus. Saat memegang mangkuk dan sumpit, kita akan mulai berpikir bahwa mangkuk ini bukan sekadar mangkuk biasa. Hanya dalam waktu sekejap, kita akan tahu asal mangkuk itu tercipta.


Mangkuk itu terbuat dari tanah liat yang harus melalui proses pembakaran dan dikerjakan oleh banyak orang yang terampil sehingga terbentuklah mangkuk yang kita punya saat ini. Saat disentuh, mangkuk akan terasa sangat halus. Semua ini melibatkan kerja keras banyak orang dan proses yang panjang sebelum sampai ke tangan kita. Hendaklah kita bersyukur. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu bersyukur dan menghormati orang lain. Kita harus bersyukur atas semua materi yang membuat kita tidak kekurangan dalam hidup. Setiap saat, dalam waktu tenang ataupun bergerak, kita harus memiliki sikap batin seperti ini.

Di dunia ini, setiap orang yang kita temui dalam 1 hari pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam setiap momen. Segala hal yang terjadi pada tahun dan waktu tertentu akan selamanya tertanam dalam hati dan pikiran kita. Suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dapat menjadi kenangan yang tak terlupakan. Contohnya, tragedi 11 September 2001.

Peristiwa dan ancaman tersebut sungguh-sungguh mengejutkan seluruh negara dan masyarakat. Setelah mendengar kabar tersebut, insan Tzu Chi dari daerah yang berbeda-beda segera berhimpun dan menuju lokasi kejadian untuk melakukan tanggung jawab mereka. Di lokasi yang masih sangat panas oleh nyala api dan masih sangat berbahaya, relawan sungguh-sungguh menyediakan apa yang dibutuhkan oleh tim penyelamat, seperti air dingin dan makanan ringan sehingga mereka dapat mempertahankan energi untuk melaksanakan penyelamatan bencana.


Di mana pun insan Tzu Chi berada, mereka dapat mengembangkan potensi mereka. Kenangan itu adalah bencana yang menggemparkan dunia. Dalam sekejap, peristiwa tragis seperti itu terjadi di Amerika Serikat dan membuat seluruh dunia tercengang. Dalam peristiwa besar ini, insan Tzu Chi mendedikasikan diri untuk membangkitkan potensi kebajikan mereka dengan bersumbangsih.

Belakangan ini, saya sering mengatakan kepada semuanya untuk mengingat kembali hal-hal di masa lalu dan melihat di mana letak nilai kehidupan kita. Jika ada sejarah yang dapat diceritakan, kita dapat saling mengingatkan satu sama lain. Sesungguhnya, nilai-nilai yang ada dalam kehidupan kita sangatlah banyak.

Setiap hari, insan Tzu Chi selalu berupaya untuk meringankan penderitaan dunia. Ketika ketidakkekalan terjadi, insan Tzu Chi memberikan penghiburan kepada mereka yang membutuhkan. Inillah yang disebut sebagai Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa tidak jauh dari kita. Ketika berada dalam penderitaan, kita tidak perlu memanggil Bodhisatwa untuk datang membantu kita. Tidak ada yang tahu di mana Bodhisatwa berada. Ketika mendengar ada yang menderita, Bodhisatwa di hati para relawan akan segera bangkit. Kita dapat menjadi Bodhisatwa dengan seribu tangan dan seribu mata. Hendaklah kita mengulurkan kedua tangan setiap detiknya. Semua orang dapat melakukan hal ini.


Hendaklah kita menjadi Bodhisatwa dengan seribu tangan dan seribu mata yang dapat bersumbangsih setiap detik. Namun, dibutuhkan upaya kita untuk terus menggalang Bodhisatwa. Tangan demi tangan yang terus menggenggam satu sama lain tanpa henti adalah suatu keindahan. Hati yang terus menginspirasi satu sama lain dengan ketulusan juga adalah suatu keindahan. Inilah kebenaran, kebajikan, dan keindahan.

Kita semua adalah satu kesatuan, tidak peduli di negara atau wilayah mana kita berada. Kita semua hidup bersama di alam semesta ini. Dalam naungan atmosfer yang luas ini, kita sebagai manusia hidup saling berdampingan dengan semua makhluk. Oleh karena itu, kita harus sungguh-sungguh peduli terhadap dunia ini. Kita harus menghilangkan segala noda batin yang ada di dalam hati kita.

Semua orang harus memiliki hati yang bersih dan pikiran tanpa noda. Setiap orang hendaknya memancarkan keluhuran cemerlang, mencerahkan diri sendiri, dan dapat menjadi seperti Buddha yang murni dan tak bernoda. Kita memiliki hakikat kebuddhaan dalam diri kita. Yang disebut memancarkan keluhuran yang cemerlang ialah membangkitkan hakikat kebuddhaan dalam diri kita. 

Menjaga ketenangan dalam diam dan gerak
Mempraktikkan kebajikan dengan hati yang penuh rasa syukur
Belajar dari sejarah dan membangunkan Bodhicitta
Membangkitkan hakikat sejati dan memancarkan keluhuran cemerlang

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 13 September 2023
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -