Ceramah Master Cheng Yen: Belajar Menapaki Jalan Bodhisatwa Menuju Kesadaran


“Tahun ini, Tzu Chi telah memasuki usia ke-60 tahun. ‘Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk. Demi semua makhluk’ terus dijalankan oleh Tzu Chi selama ini. Namun, mengenai ‘demi ajaran Buddha’, Master berharap kita dapat lebih bersungguh hati. Karena itu, kita membuka banyak stan dan menggunakan cara yang paling sederhana untuk membantu orang-orang mempelajari dan menghayati kebenaran dari ajaran Buddha serta dampak dan kontribusinya bagi dunia,”
kata Li Qiong-xun, Ketua Tzu Chi Amerika Serikat.

Bodhisatwa sekalian, setiap orang hendaknya menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Yang dapat menyebarkan Dharma bukan hanya saya. Bodhisatwa sekalian, kalian pun dapat melakukannya. Saat mencapai pencerahan, Buddha memahami seluruh kebenaran alam semesta yang merupakan kebenaran sejati. Kebenaran sejati adalah Dharma.

Saya sering berkata bahwa Buddha memiliki hati yang sangat lapang hingga mampu merangkul seluruh alam semesta. Hati-Nya dapat merangkul seluruh alam semesta, bukan hanya Bumi. Hati-Nya seluas alam semesta dan dapat merangkul segalanya. Karena itulah, dikatakan bahwa mampu merangkul alam semesta sebanyak atom.

Baik pegunungan, lautan, maupun dataran rendah, semuanya mengandung butiran pasir yang tak terhingga. Jadi, saya sering mengatakan bahwa Buddha memiliki hati yang sangat lapang hingga mampu merangkul alam semesta sebanyak atom. Buddha membabarkan kebenaran di dunia ini. Kini, kita mengenal berbagai agama di dunia ini.


Setiap orang menganut agama yang berbeda-beda, seperti Kristen Protestan, Katolik, Islam, dan Buddha. Sesungguhnya, semua agama ini pada dasarnya mengajarkan tentang baik dan buruk. Sesuatu itu termasuk perbuatan baik ataukah buruk? Orang-orang tersesat atau tersadarkan? Hanya demikian. Kita harus bisa membedakan baik dan buruk serta kesesatan dan kesadaran.

Sebagai makhluk awam, kita masih tersesat. Karena itu, kita harus membuka lembaran baru dan belajar. Kita harus mempelajari ajaran Buddha. Untuk itu, kita harus membangkitkan tekad dan ikrar untuk berbuat baik dengan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Jika digabungkan, aksara Mandarin "jalan" dan "inci" akan membentuk aksara "bimbing". Dalam dialek Taiwan, pelafalan kata "jalan" dan "bimbing" terdengar sama. Jika memahami jalan kebenaran, kita akan tahu ke mana jalan ini mengarah dan bagaimana hendaknya kita menapakinya.

Selain menapaki jalan kebenaran, kita juga harus bertekad untuk memahami kebenaran. Dengan memahami kebenaran, kita akan tahu di mana letak nilai kehidupan kita. Kita harus tahu batas agar tidak menyimpang dari jalan kebenaran. Sebagai manusia, kita harus tahu batas. Janganlah kita menyimpang sedikit pun ke arah yang buruk.


Saya sering menunjukkan gerakan seperti ini. Kalian mungkin tidak menyadari gerakan kecil tangan saya. Jika seperti ini, ia akan mengarah lurus ke depan. Jika seperti ini, ia akan mengarah ke sana. Meski perbedaan posisinya sangat kecil, tetapi arah tujuannya jauh berbeda. Semuanya berawal dari sesuatu yang kecil. Karena itulah, orang-orang zaman dahulu berkata bahwa manusia harus tahu batas. Artinya, dalam mempraktikkan jalan kebenaran, kita tidak boleh menyimpang. Kita bisa menapaki jalan ini dengan baik jika kita tahu batas.

Dalam hal yang sangat kecil pun kita harus tahu batas. Menyimpang sedikit saja, kita akan tersesat ke sana. Makin banyak menyimpang, makin jauh pula kita tersesat. Jadi, kita harus tahu batas. Selain mengenali jalan ini dengan baik, kita juga harus melapangkan dan meratakannya. Demikianlah Bodhisatwa. Untuk melihat jalan kebenaran, kita harus belajar. Kita harus belajar menapaki Jalan Bodhisatwa, baru bisa tersadarkan dan melihat jalan kebenaran.

Sebagai praktisi Buddhis, kita harus belajar mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Jika hanya memahami kebenaran tanpa mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, berarti kita hanya berdiam di tempat dan tidak melangkah. Jika demikian, kita akan selamanya seperti anak-anak yang diliputi ketidaktahuan. Sungguh, kita harus belajar. Belajar apa? Kita harus bisa membedakan baik dan buruk. Dengan demikian, kita bisa menapaki Jalan Bodhisatwa.

Kita harus bertekad dan berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih berkesadaran. Berhubung belum tersadarkan, kita harus belajar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Setelah benar-benar menapakinya, barulah kita bisa melihat pemandangan di sepanjang jalan. Setelah menapaki jalan kebenaran dan melihat berbagai pemandangan, barulah kita bisa memahami kebenaran di alam semesta. Ini disebut tersadarkan.


Setiap orang memiliki Buddha di dalam hati masing-masing. Karena itu, kita harus sangat bersungguh hati. Ingatlah, yang terpenting, karma baik ataupun buruk yang diciptakan, semua buah dan akibatnya harus ditanggung sendiri. Sebersit pikiran yang kita bangkitkan bisa memicu kita menciptakan karma baik ataupun buruk. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan kebenaran pada kita.

Bodhisatwa sekalian, dengan berbuat baik, kita akan menuai buah yang baik pula. Siapa yang menabur benih, dialah yang akan menuai buahnya. Siapa yang makan, dialah yang akan merasa kenyang. Keduanya dilandasi oleh prinsip yang sama. Kalian juga bisa berbagi kebenaran dengan orang-orang dan menyebarkan Dharma dengan perumpamaan.

Saat berbagi kebenaran dengan orang-orang, kita harus tetap menghormati Tiga Permata. Sebagai pelindung Dharma, kita hendaknya berusaha untuk menyebarluaskan ajaran Buddha di dunia. Yang sangat disayangkan ialah pada lebih dari 2.000 tahun yang lalu, jarang ada yang mempraktikkan Dharma di dunia.

Kini, kita telah mempraktikkan Dharma di dunia sehingga dapat memiliki begitu banyak insan Tzu Chi dan ladang pelatihan di berbagai negara. Semua ini bisa disaksikan secara nyata. Jadi, Bodhisatwa sekalian, praktikkanlah semangat Tzu Chi dalam menapaki Jalan Bodhisatwa.

Memahami kebenaran dan menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Berbuat baik bersama dengan kelapangan hati yang mampu merangkul seluruh alam semesta
Membuka dan membentangkan jalan tanpa menyimpang sedikit pun
Menjunjung Tiga Permata dengan cinta kasih berkesadaran

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 14 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 16 Mei 2025                     
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -