Ceramah Master Cheng Yen: Benih Kebajikan Tumbuh Menjadi Tak Terhingga

Pemandangan yang kita lihat ini adalah Myanmar. Pada akhir bulan Juli, guyuran hujan deras selama berhari-hari telah mengakibatkan belasan wilayah di Myanmar tergenang banjir. Banyak wilayah yang tergenang banjir selama hampir setengah bulan. Insan Tzu Chi di Myanmar mulai memberikan bantuan ke wilayah pedesaan.

Dalam perjalanan pertama, mereka harus menempuh jalur darat dan air dan menghadapi banyak kesulitan. Satu kali perjalanan saja membutuhkan waktu selama belasan jam. Saat mereka melaporkan bahwa akses jalan masih terputus dan mereka harus menempuh jarak yang jauh dengan naik perahu, saya menyarankan mereka untuk mencurahkan perhatian di tempat yang lebih dekat terlebih dahulu, baru perlahan-lahan menjangkau wilayah lain. Kemudian, berhubung merasa bahwa relawan di Myanmar tidak cukup, saya pun meminta insan Tzu Chi Malaysia pergi ke sana untuk membantu.

Biasanya, insan Tzu Chi dari Penang selalu pergi ke Myanmar untuk memberikan bimbingan. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi Malaysia, Ji Yuan, yang memimpin sekelompok relawan untuk bersumbangsih di Myanmar.

Setelah melakukan survei, mereka mendapati bahwa ratusan ribu hektar sawah yang tergenang banjir merupakan milik petani kurang mampu. Sebelumnya, dalam tahun ini juga, bibit padi yang baru mereka taburkan hanyut terbawa banjir. Jadi, mereka kembali meminjam bibit padi untuk bercocok tanam. Akan tetapi, saat panen sudah di depan mata, malah terjadi banjir besar seperti ini. Setelah tergenang banjir selama hampir setengah bulan, tanaman padi mereka pun hancur.

Lihatlah, terendam air selama 12 hari membuat semua tanaman padi rusak. “Sawah-sawah tergenang banjir sehingga petani tidak bisa bercocok tanam. Yang paling mereka khawatirkan adalah tidak memiliki bibit padi,” jelas Guo Bao-yu, relawan Tzu Chi yang melakukan survey di sana.

Mereka sudah tidak mampu meminjam bibit padi lagi. Saat mereka tidak tahu harus bagaimana, insan Tzu Chi mulai menjangkau dan menolong mereka. Kita bekerja sama dengan sebuah kuil untuk menyiapkan makanan hangat. Kuil tersebut menggerakkan para sramaneri dan bhiksuni mereka untuk menyiapkan makanan hangat sehingga relawan kita dapat mengantarkannya ke lokasi bencana. Setelah semakin memahami kondisi bencana di sana, kita merasa bahwa kita harus menjalankan program bantuan lewat pemberian upah agar warga setempat dapat membantu memasak.

Wilayah yang tergenang banjir sangatlah luas. Karena itu, di beberapa desa, relawan kita mencari tempat yang lebih tinggi untuk mendirikan tenda dan membuat kompor sementara sehingga warga setempat dapat memasak di sana. Lalu, relawan kita mulai naik perahu untuk mengantarkan minuman dan makanan selama berhari-hari. Ini dilakukan di beberapa desa.

Program bantuan lewat pemberian upah ini telah membawa manfaat bagi ribuan orang. “Ikut dalam program bantuan lewat pemberian upah membuat kami semua bisa makan dengan kenyang. Saya tidak merasa lelah. Saya tidak memiliki pekerjaan sekarang. Jadi, saya rasa membantu memasak sangat baik. Tidak diupahpun saya rela membantu di sini,” ucap U Hla Thaung, salah satu partisipan program bantuan.

Program bantuan lewat pemberian upah sungguh sangat baik. Para petani yang melihat padi yang hampir bisa dipanen rusak akibat terendam banjir sungguh tidak tahu harus bagaimana. Namun, kita bisa membantu mereka dengan meminta mereka membantu memasak dan mengantarkan makanan hangat. Dengan begitu, selain dapat menolong orang yang membutuhkan, kelangsungan hidup mereka juga terjaga karena bisa memperoleh upah. Ini merupakan cara untuk memberikan bantuan.

Setelah penyaluran bantuan darurat berakhir, insan Tzu Chi mulai mencari cara untuk membantu para petani bercocok tanam. Kita melakukan survei dari rumah ke rumah dengan kasih sayang yang tulus. Demi menolong para petani tidak peduli harus menempuh perjalanan sejauh dan sesulit apa pun, insan Tzu Chi pasti akan mengatasinya dan membuka sebuah Jalan Bodhi.

Kita telah membagikan bibit padi kepada para petani. “Setelah menabur bibit padi, saya akan membangkitkan niat baik dan merawatnya dengan penuh cinta kasih. Saya yakin hasil panen saya pasti akan melimpah,” kata U Nyunt Shwe, salah seorang petani. Petani lainnya mengucapkan, “Saya menerima sepuluh karung bibit padi. Bibit padi ini direndam agar cepat berkecambah. Dua hari kemudian, bibit-bibit ini sudah bisa ditabur.”

U Myint Aung, petani lainnya menjelaskan, “Jika tidak menerima bibit padi dari Tzu Chi, saya terpaksa menanam kacang-kacangan. Namun, meminjam bibit kacang-kacanga juga harus dibayar dengan bunga dan saya tidak tahu hasil panennya bagaimana.”

“Saya hanya ahli dalam menanam padi. Ini merupakan bibit padi yang diberikan Tzu Chi. Mereka sudah berkecambah dan bisa ditabur. Kali ini pasti bisa memperoleh hasil panen. Semoga tidak terjadi banjir lagi,” harap U Myint Aung.

Kita juga bisa melihat kehidupan para petani yang kita bantu beberapa tahun yang lalu kehidupan para petani yang kita bantu beberapa tahun yang lalu menjadi semakin baik. Para petani yang tidak terkena dampak bencana juga menyumbangkan bibit padi mereka. “Kami merasa sangat gembira karena lewat bantuan insan Tzu Chi Taiwan, kami bisa menyalurkan cinta kasih ke tangan orang-orang yang membutuhkan,” ujar U Sein New, Kepala Desa.

U Myint Aung menambahkan, “ Berkat bantuan yang kami terima saat itu, barulah kami dapat berdiri kembali. Kini petani di wilayah lain juga mengalami kesulitan yang sama dengan kami saat itu. Karena itu, kami harus menggenggam kesempatan ini untuk menyalurkan kekuatan cinta kasih.”

U Aung Htwe, petani lainnya mengatakan, “Pada tahun 2010, kamilah yang menerima bantuan. Berkat insan Tzu Chi yang membagikan bibit padi saat itu, barulah kehidupan kami bisa menjadi lebih baik. Kini petani di Hmawbi dan Taikkyi membutuhkan bantuan. Kami tentu harus memberikan bantuan.”

Dengan adanya bantuan bibit padi, para petani tidak perlu meminjam bibit padi lagi. Mereka juga dapat berupaya sendiri untuk memulihkan kehidupan, seperti para petani yang menerima bantuan bibit padi beberapa tahun yang lalu. Kini kehidupan mereka menjadi lebih baik. Contohnya Bapak U Thein Tun. Setelah menerima bibit padi dari insan Tzu Chi, dia mengikuti saran insan Tzu Chi untuk tidak membunuh dan tidak menyemprotkan pestisida.

Selain itu, dia juga pergi ke sawah setiap hari untuk bertutur kata baik, berbagi Kata Renungan Jing Si, dan berdoa bagi tanamannya. Dia melakukannya setiap hari. Jadi, saat sawah petani lain diserang hama, Jadi, saat sawah petani lain diserang hama, hanya sawahnyalah yang selamat. Hasil panennya juga melimpah setiap tahun. Kini, dia telah menyewa lebih banyak lahan untuk bercocok tanam dan membangun kembali rumahnya. Dia sering berbagi pengalamannya dengan orang lain dan menyumbangkan bibit padi untuk sesama setiap tahun.

Tindakannya telah menginspirasi banyak orang untuk meneladani pola makan 80% kenyang dan menyisihkan segenggam beras setiap hari untuk menolong orang yang membutuhkan. Kini ada puluhan ribu hektar sawah yang dapat ditanami kembali.

Inilah lingkaran cinta kasih. Satu benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Para korban banjir di Myanmar kekurangan bahan pangan

Memberikan makanan dan bibit padi dengan kasih sayang yang tulus

Menyumbangkan bibit padi setelah memperoleh hasil panen yang melimpah

Satu kebajikan dapat menginspirasi kebajikan banyak yang tak terhingga

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Oktober 2015

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -