Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Kebajikan untuk Menciptakan Berkah dan Berdoa demi Keselamatan


Demikianlah ketidakkekalan hidup dan bumi yang sangat rentan. Kita juga melihat ambruknya Jalan Raya Suhua dan jalan di depan terowongan. Karena itu, saya mengatakan bahwa bumi sangatlah rentan. Begitu terjadi sedikit guncangan, permukaan tanah akan retak bagaikan potongan tahu. Ternyata, bumi ini tidak sekokoh yang kita bayangkan. Tiada satu pun tempat di dunia ini yang benar-benar kokoh.

Buddha memberi tahu kita bahwa kehidupan tidaklah kekal dan bumi sangat rentan. Ini disebutkan dalam beberapa Sutra Buddha dan sekarang kita tengah mengalaminya. Ketika duduk di sini, kita dapat merasakan dengan jelas bahwa bumi ini bergetar. Saya yang sedang duduk di sini pun dapat merasakan getaran pada bumi yang saya pijak. Ini disebut pergeseran lempeng tektonik. Jadi, orang-orang yang hidup aman dan tenteram seharusnya mengetahui bahwa ini berkat jalinan jodoh baik. Karena itu, kita harus membawa manfaat bagi dunia. Yang pertama, kita harus membangkitkan kesadaran.

Beberapa hari ini, saya selalu mengatakan bahwa perbedaan antara aksara Mandarin "belajar" dan "sadar"   hanya terletak pada satu aksara, yaitu aksara "anak" dan "lihat". Sebagai makhluk awam, kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk terus belajar karena belajar itu tiada habisnya. Kemarin, saya juga mengatakan kepada semua orang bahwa belajar ialah sebuah perjalanan yang tanpa akhir. Karena itu, kita harus terus belajar.

Kita harus kembali pada hati yang murni bagai anak kecil. Artinya, kita harus memiliki hati yang bersih seperti anak kecil. Kita seharusnya terus belajar seiring bertambahnya usia. Kita harus menjalankan praktik Bodhisatwa. Sebagai makhluk awam, kita harus menerima edukasi dengan hati yang murni hingga bisa memahami prinsip kebenaran.

Hari ini, kalian telah melihat ketidakkekalan hidup dan bumi yang rentan. Kalian juga telah melihat bagaimana gunung yang begitu kokoh dapat tiba-tiba longsor. Gunung-gunung itu penuh dengan batu, bukan tanah. Ketika terjadi gempa bumi, batu yang keras pun retak dan jatuh. Jadi, kita tidak boleh mengatakan bahwa kita tidak takut. Kita justru harus lebih sering mengingatkan diri sendiri bahwa manusia sangatlah kecil, seperti semut kecil yang selalu saya tunjukkan kepada kalian akhir-akhir ini.

Jalan kehidupan kita bagaikan Gunung Sumeru. Gunung Sumeru sangatlah besar. Tanpa mengukur kekuatan sendiri, semut kecil ini mencoba menantang Gunung Sumeru. Ia tanpa henti mendaki ke atas gunung. Singkat kata, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita pun harus demikian. Kekuatan manusia sangatlah kecil.


“Perabot yang agak ringan, seperti kipas angin, semuanya bergeser.”

“Apakah Anda mengalami patah tulang? Benar, patah tulang di bagian ini. Apakah Anda tadinya mengalami keterbatasan gerak?”

“Ya, saya harus menggunakan alat bantu jalan.”

“Setelah mengetahui besarnya jumlah korban luka-luka, para staf medis dan staf administrasi langsung datang untuk membantu. Kini, kami tengah melakukan upaya penyelamatan,” kata salah seorang pihak RS Tzu Chi Hualien saat melakukan evakuasi darurat terhadap pasien dan mengaktifkan mekanisme untuk menangani korban secara massif.

Bencana gempa kali ini benar-benar memberikan pelajaran besar bagi kita. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia mengingatkan kita akan ajaran Buddha. Kita hendaknya mengaitkan peristiwa yang terjadi di dunia dengan ajaran Buddha yang biasa kita dengar. Setelah terjadi bencana seperti ini di dunia, sudahkah kita mengubah pola pikir dan mengingat kembali ajaran yang tersimpan di dalam kesadaran kedelapan kita?  

Kita sering mendengar tentang ketidakkekalan hidup dan hal ini benar-benar terjadi sekarang. Apakah kita pernah merenungkan tentang ketidakkekalan hidup dan memikirkannya lebih mendalam hingga menjangkau kesadaran kesembilan? Sekarang, gempa telah berlalu. Apakah kita perlu mengungkapkan rasa syukur kita? Kita tentu harus mengungkapkannya. Yang paling penting ialah menggunakan kebijaksanaan kita untuk menganalisis situasi saat ini. Demikianlah kehidupan. Jadi, kita benar-benar   telah mendapatkan sebuah pelajaran nyata.  


“Para petugas penyelamat dari berbagai daerah yang telah berkumpul di sini hampir mencapai 300 orang. Jadi, kami sekarang menyediakan makanan dan air minum untuk mereka,”
kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Kami adalah petugas penyelamat dari Hualien.”

Apakah kalian semua dari Hualien?

“Ya, kami semua dari Hualien.”

Jagalah keselamatan diri kalian.  

“Terima kasih, Master.”

“Mereka adalah mahasiswa jurusan keperawatan TCUST. Sekarang, mereka adalah mahasiswa tahun ketiga. Mereka datang ke sini untuk membantu atas inisiatif diri sendiri,” kata relawan Tzu Chi.

“Dia juga salah satunya dan sudah datang dari pagi hari,” kata relawan Tzu Chi lainnya.

Kalian telah melakukan hal yang benar. Jagalah keselamatan diri kalian dan jangan tergesa-gesa. Harap kalian dapat menjaga diri dengan baik. Apakah kalian semua aman? (Ya) Apakah ladang pelatihan kalian aman? (Ya, terima kasih)

“Terima kasih atas perhatian Master. Terima kasih,” kata Bhiksuni Miao Xun.

Jika memerlukan bantuan, kalian bisa mengatakannya.

“Baik,” jawab Bhiksuni Miao Xun.

Kami juga menyediakan air minum dan makanan. Kalian dapat mengambilnya.

“Baik. Terima kasih,” pungkas Bhiksuni Miao Xun

Berdasarkan laporan dari Biro Cuaca Pusat, gempa susulan masih akan terjadi dalam 3 hari ke depan. Namun, kita tidak perlu merasa takut. Kita hendaknya meningkatkan kewaspadaan untuk memastikan keselamatan kita. Yang paling penting ialah membangkitkan ketulusan dan selalu bersyukur karena kita dapat selamat dan aman. Tentu saja, melafalkan nama Buddha dapat membuat hati kita menjadi lebih tenang dan memurnikan hati kita sehingga kita dapat memahami Empat Kebenaran Mulia. Singkat kata, kita harus senantiasa membangkitkan ketulusan serta selalu tekun dan bersemangat.


“Orang Taiwan sangat baik hati. Kita memanjatkan doa untuk orang-orang yang berhati baik. Semoga Allah   dapat menghapus penderitaan mereka. Kami berharap para korban luka-luka dapat pulih dan yang mengalami kerugian mendapatkan kompensasi,”
kata Ahmad Alian Kepala sekolah dasar dan menengah.

Pagi-pagi setelah bangun tidur, saya melihat berita tentang gempa yang terjadi di Taiwan. Saya sangat sedih,” kata salah seorang murid Sekolah Internasional El Menahi.

“Kami sangat sedih atas gempa yang terjadi di Taiwan. Saya ingin mengatakan kepada saudara-saudara kita yang berada di Taiwan bahwa kami akan mendukung kalian selamanya. Kami sangat menyayangi kalian,” kata salah seorang murid lainnya.

Dengan kecanggihan teknologi saat ini, kita dapat dengan cepat mengetahui apa yang terjadi di dunia. Buddha mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu bergantung pada sebersit pikiran kita. Ketika kita semua membangkitkan ketulusan serta senantiasa berbuat kebajikan dan menciptakan berkah, kita dapat menciptakan energi kebaikan.

Saya juga sering mengatakan bahwa banyaknya bencana di dunia disebabkan oleh karma buruk kolektif semua makhluk. Ketika keburukan lebih banyak dari kebaikan, akumulasi karma buruk kolektif dapat menyebabkan bencana terjadi. Sebaliknya, jika lebih banyak menciptakan berkah, kita dapat mengurangi bencana dan orang-orang dapat hidup aman dan tenteram. Jadi, kita benar-benar harus fokus untuk menciptakan berkah bagi dunia. Ini sangatlah penting.   
         
Kehidupan tidaklah kekal dan bumi sangat rentan  
Belajar dan memahami kebenaran dengan hati yang murni bagai anak kecil  
Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan dan selalu waspada  
Berbuat kebajikan untuk menciptakan berkah dan berdoa demi keselamatan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 04 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 06 April 2024
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -