Ceramah Master Cheng Yen: Berdoa dan Memanjatkan Tiga Ikrar dengan Ketulusan Hati

Kita bisa melihat Lesotho. Saya sering kali dibuat terharu oleh kecemerlangan para relawan lokal di sana. Mereka sangat bijaksana. Meski berada jauh dari saya dan kondisi kehidupan mereka serba sulit dan kekurangan, tetapi hati mereka sangat murni. Kemurnian hati selalu bisa menyentuh hati orang lain.

Setiap kali teringat dan melihat mereka, saya merasa mendapat kekuatan besar. Selama beberapa tahun ini, mereka terus menggalakkan semangat celengan bambu. Dengan hati penuh cinta kasih yang murni tanpa ketamakan, mereka bersumbangsih semampu mereka. Mereka telah membangkitkan kekayaan batin sehingga bisa bersumbangsih bagi sesama. Dana yang terkumpul dari penuangan celengan bamboo bisa mereka gunakan kapan dan di mana pun untuk menolong orang-orang yang membutuhkan.

Inilah kekuatan dari menginspirasi welas asih orang-orang dengan cinta kasih dan kebijaksanaan. Dengan menginspirasi cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin orang-orang, maka akan terbentuk kekuatan yang luar biasa. Dengan kebijaksanaan yang tidak terbatas, mereka bisa menyebarkan kekuatan cinta kasih ke berbagai tempat. Semua orang bersatu hati dan terus meneruskan estafet cinta kasih. Semua orang bersumbangsih dengan penuh cinta kasih.

Kita juga bisa melihat Mozambik. Lihatlah, relawan di sana sungguh mengagumkan. Mereka tidak memiliki apa pun, tetapi batin mereka sangat kaya. Mereka menggambar lingkaran di atas tanah yang melambangkan kesatuan hati. Setiap tempat adalah ladang pelatihan mereka. Mereka merancang dan menciptakan ladang pelatihan dengan sepenuh hati. Mereka juga mendengar Sutra Teratai dengan sepenuh hati.

doc tzu chi

Meski saya membabarkannya dalam dialek Taiwan, tetapi mereka bisa memahaminya lewat terjemahan bahasa Inggris. Isi Sutra Teratai, seperti bab Perumpamaan, bab Keyakinan dan Pemahaman, dan lain-lain, semuanya mereka serap ke dalam hati. Mereka mementaskan Dharma yang dalam agar mudah dipahami oleh orang-orang.

Lihatlah, mereka tidak memiliki panggung. Mereka hanya menggunakan sumber daya seadanya untuk mempertunjukkan kisah rumah yang terbakar. Di luar rumah yang terbakar seorang lansia terus menyerukan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Meski lansia itu terus menyerukannya, tetapi para penghuni di dalam rumah itu sangat keras kepala. Mereka tetap tidak mendengarkan dan tidak tersadarkan.

Karena itu, lansia itu menggunakan metode praktis. Ada kereta kambing, kereta rusa, dan kereta lembu putih yang merupakan kereta kecil, kereta sedang, dan kereta besar yang bisa mereka pilih. Sesuai kemampuan mereka, lansia berbagi tentang tiga jenis kereta. Mereka juga mempertunjukkan kisah seorang anak miskin yang di dalam pakaiannya terdapat mutiara. Mereka juga mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak lewat kisah sekelompok anak muda yang hidup dalam ketersesatan.

Di dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan, ada banyak orang yang tersesat. Hubungan asmara yang tidak sehat menimbulkan banyak penderitaan. Mereka juga mempertunjukkan kisah di penjara. Lihatlah, orang tua pergi ke penjara untuk mencurahkan perhatian. Mereka juga mempertunjukkan adegan-adegan seperti ini. Ada lebih dari 1.000 orang yang duduk tenang di bawah terik matahari untuk menonton pertunjukan mereka.

doc tzu chi

Melihat semangat mereka di tengah kondisi yang begitu kekurangan dan serba sulit, bisakah kita tidak terharu? Mereka juga menyanyikan lagu “Dengan Ketulusan Memanjatkan Tiga Ikrar”.

“Oh, Buddha Saya rela mendedikasikan jiwa dan raga saya untuk menolong orang yang menderita. Dahulu saya telah melakukan kesalahan. Kini saya bertobat dengan ketulusan hati. Saya berikrar berpegang pada ajaran Buddha dan menuju arah kebajikan. Oh, Buddha Berilah saya lebih banyak kebijaksanaan untuk menolong orang yang menderita”.

Lagu “Dengan Ketulusan Memanjatkan Tiga Ikrar” mereka membuat orang sangat tersentuh. Mereka tidak memohon berkah, kekayaan, ketenteraman, atau keuntungan pribadi lainnya. Tidak. Mereka memohon kepada Buddha untuk memberi mereka lebih banyak kebijaksanaan agar mereka bisa menolong orang yang menderita. Mereka tidak memohon keuntungan pribadi, melainkan memohon semoga mereka memiliki kekuatan untuk menolong orang yang menderita. Mereka juga termasuk orang yang kekurangan. Akan tetapi, meski kekurangan secara materi, tetapi batin mereka sangat kaya.

doc tzu chi

Bisakah kita tidak tersentuh melihat mereka? Saya mengasihi mereka dari lubuk hati saya. Di sana, mereka juga mengucapkan “bersujud di kaki Buddha” dan “menerima harumnya bunga” dengan bahasa Mandarin. Upacara pemandian rupang Buddha di sana sangat sederhana. Dengan memetik bunga liar dan sayuran yang mereka tanam sendiri, mereka juga bisa memberi persembahan dengan tulus. Saya yakin gema doa mereka bisa menjangkau para Buddha dan Makhluk Pelindung Dharma.

Tadi, saya berkata bahwa kita tidak bisa memohon berkah dengan berdoa saja. Tidak. Jika kita tidak menciptakan berkah, bagaimana kita bisa memperoleh berkah? Jika kita tidak menabung di bank, apa kita bisa menarik uang? Itu tidak mungkin.

Kemudian, mereka juga menyanyikan lagu “Semut Kecil Memanjat Gunung Sumeru”. Saya pernah berkata bahwa kita semua harus memiliki semangat semut kecil yang bisa memanjat Gunung Sumeru. Mereka bisa memahami seruan saya sehingga menggubah sebuah lagu yang berbunyi, “Semut kecil, terima kasih telah membangkitkan kekompakan kami.” “Semut kecil, kami berharap dapat kompak seperti kalian.” Berhubung kekompakan adalah kekuatan, mereka pun meneladani semangat semut kecil.

Bodhisatwa sekalian, apakah kita juga memiliki semangat seperti itu? Meski hanya semut kecil, tetapi jika semuanya bisa bekerja sama, bukankah dunia yang penuh kekeruhan ini bisa tersucikan? Jika setiap orang bisa menyucikan hati diri sendiri dan membangkitkan cinta kasih, bukankah kita bisa menciptakan dunia yang harmonis? Sungguh, kita harus menggenggam waktu untuk melakukan hal yang bermanfaat. Dengan begitu, barulah hidup kita tidak sia-sia. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur.

Melihat kecemerlangan para relawan lokal di Afrika
Menyatukan hati serta mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan
Semua makhluk hendaknya meninggalkan “rumah yang terbakar”
Berdoa dan memanjatkan tiga ikrar dengan ketulusan hati

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Mei 2017

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -