Ceramah Master Cheng Yen: Berdoa dengan Tulus dan Penuh Cinta Kasih

“Banjirnya sampai begitu tinggi, ya? Saat itu Anda berada di mana? Apa yang Anda lakukan?”

“Saya mengambil kursi dan naik ke atas tempat tidur,” jawab Li Gaoban, lansia sebatang kara.

“Tempat tidurnya juga terkena banjir sampai setinggi itu, ya? Master Cheng Yen ada menulis sepucuk surat. Master tahu bahwa di sini dilanda banjir dan merasa sangat khawatir. Nenek, kami adalah relawan Tzu Chi. Kami datang untuk mendoakan kalian. Meski peralatan rumah sudah rusak, tetapi semua anggota keluarga selamat.”

“Yang penting kami selamat,” balasnya lagi

“Yang penting semua orang selamat.”

“Ya,” kata Li Gaoban.

“Asalkan rumah masih ada, tak usah takut tak bisa dibangun kembali.”

“Saat terjadi banjir, saya juga berpikir seperti itu,” jawabnya lagi.

“Benar. Sungguh,  Master sangat tak tega  dan sangat mengkhawatirkan kondisi bencana. Master berharap kalian semua menjaga kesehatan dengan baik.”


“Saya sangat berterima kasih kepada kakak-kakak dari Tzu Chi yang kali ini telah membantu untuk mengantarkan makanan sehingga para warga korban bencana memiliki makanan yang bisa dimakan. Jika hanya mengandalkan kantor desa kami, sumber daya manusia juga tak cukup,” ujar Yan Chai Shu-hui, kepala desa Yizhu, Chiayi.

“Setiap kali desa saya mengalami kesulitan, saya selalu melihat insan Tzu Chi datang membantu. Terlebih lagi, hari ini melihat kalian lagi, saya sangat tersentuh. Saya berterima kasih sekali lagi kepada kalian semua. Terima kasih,” kata Zhang Genghao, Kepala Dusun Houzhen, Yizhu, Chiayi.

Bantuan bencana di wilayah selatan Taiwan telah berlangsung selama lebih dari 10 hari. Hujan deras pada tanggal 23 Agustus telah menyebabkan banjir besar di Tainan serta Budai dan Dongshi, Kabupaten Chiayi. Banyak desa yang terendam banjir. Insan Tzu Chi juga ada yang terkena dampak bencana, tetapi mereka mengesampingkan urusan keluarga dan ikut menyalurkan bantuan bencana. Rumah seorang relawan terendam banjir setinggi pinggang, tetapi dia mengesampingkannya dan segera bergabung dengan tim tanggap darurat.

Banyak relawan Tzu Chi yang mendedikasikan diri untuk memberi bantuan dan perhatian. Mereka segera melakukan survei dan memberikan bantuan. Melihat mereka memberi bantuan di tengah banjir dan harus membantu membersihkan rumah warga, saya sangat khawatir. Beberapa tahun yang lalu juga terjadi banjir besar. Ada seorang relawan yang menginjak paku. Paku itu menembus sepatunya hingga sangat dalam.

Saya sangat tak tega melihatnya. Jadi, saya meminta DA.AI Technology untuk berfokus mengembangkan sepatu yang anti tusukan benda tajam. Saya mendorong mereka untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Mereka sungguh mengembangkannya. Mereka juga mengembangkan sarung tangan anti potong.


“Mereka membuat ini melalui beberapa pengujian dan petunjuk dari Master. Alas sepatu dan sarung tangan ini dapat melindungi tangan dan kaki kita,” jelas Lai Ning-sheng, kepala RS Tzu Chi Dalin.

“Ini sangatlah aman dan anti tusukan. Saat memindahkan barang, pegangannya lebih kuat dan lumayan enak dipakai. Saat mengangkat barang-barang kayu itu, tangan tentara rentan tertusuk sehingga kita tak bisa menjalankan bantuan bencana lebih lanjut.”

“Dengan adanya sarung tangan anti potong itu, saya yakin saudara-saudara tentara kita, saat menjalankan pekerjaan pembersihan, bisa mendapat perlindungan yang sangat baik. Kami sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang memiliki semangat cinta kasih universal,” ujar Mayor Jendral Liu Peizhi, komandan pusat pengawasan wilayah Selatan Taiwan.

Sarung tangan itu telah dimanfaatkan dengan baik kali ini. Saya bertanya kepada mereka, "Apakah sarung tangan itu enak digunakan dan cocok digunakan?" Mereka menjawab, "Sangat enak digunakan."

Kita juga memberikan sarung tangan itu kepada para tentara. Kita juga sangat berterima kasih atas dedikasi para tentara. Mereka telah membantu para lansia memindahkan barang dan lain-lain. Insan Tzu Chi memberi mereka sarung tangan itu. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada mereka. Mereka telah bersumbangsih di garis depan dan bekerja keras, maka kita harus memikirkan cara agar mereka aman. Ini juga sangatlah penting.

Saya juga sangat berterima kasih kepada relawan kita yang tidak mengeluh lelah dalam mendedikasikan diri siang dan malam. Mereka tak tega untuk berhenti. Saya sendiri juga sangat tak tega kepada para relawan. Namun, melihat sekelompok lansia yang putra-putrinya tak berada di sisi mereka atau lansia yang hidup sebatang kara, saya sungguh tak tega. Meski tak tega relawan kita begitu lelah, tetapi kita tak bisa membiarkan para lansia atau orang berketerbatasan fisik begitu saja.


Singkat kata, mereka telah bekerja keras selama berhari-hari. Saya lebih berterima kasih lagi kepada tim medis kita. Kepala RS Lai dari RS Tzu Chi Dalin telah mengajak seluruh petugas medis dan staf administrasi untuk  mendedikasikan diri. Baik mengadakan pengobatan gratis, membantu membersihkan rumah warga, maupun melakukan kunjungan kasih, para staf RS Tzu Chi Dalin tak pernah absen.

Kepala RS, Wakil Kepala RS, dan Kepala Departemen telah mengajak para staf mereka untuk mendedikasikan diri selama 10 atau 11 hari. Mereka sangat bersungguh hati. Saya juga sangat berterima kasih kepada Kepala RS Zhao dari RS Tzu Chi Taipei. Beliau juga menggenggam waktu yang ada. Dua hari lalu beliau membawa petugas medis dari RS Tzu Chi Taipei ke Tainan untuk memberi bantuan medis dan perhatian.

“Hari ini Tzu Chi berkesempatan untuk memberi layanan medis kepada warga dan mengundang spesialis penyakit dalam dari RS Tzu Chi Taipei,” kata Pak Lurah.

Ini sangatlah menyentuh. Melalui pengeras suara, Pak Lurah mengumumkan bahwa dokter dari Taipei akan datang. Setelah mendengarnya, semua orang sangat gembira dan bersyukur. Kemarin, Kepala RS Jian juga membawa lebih dari 20 petugas medis untuk mendedikasikan diri. Mereka menjangkau para lansia yang tak bisa keluar untuk berobat. Mereka benar-benar penuh perhatian.

Ada seorang nenek yang terluka. Dia hanya memakai perban saja sehingga lukanya merah dan bengkak. Jika dokter kita tak pergi ke sana, entah lukanya akan jadi seperti apa setelah terkena air kotor. Singkat kata, baik staf badan misi maupun relawan kita telah bekerja keras. TIMA juga telah mendedikasikan diri dari hari pertama hingga kini.


“Saya teringat bahwa TIMA dari wilayah tengah Taiwan sering pergi ke luar negeri untuk ikut membantu tim tanggap darurat. Kini, yang terkena dampak bencana adalah warga kita sendiri, maka kita semakin harus ikut berpartisipasi,” ucap Dr. Ji Bang-jie, penanggung jawab TIMA wilayah tengah Taiwan.

“Jika para lansia tak memiliki saudara yang bisa menjaga mereka, tentu saja akan lebih sulit. Terlebih lagi, pascabanjir, yang bisa kita lakukan sangat terbatas. Namun, setidaknya dalam beberapa waktu ini, bisa membuat mereka merasa ada petugas medis dari Tzu Chi yang merawat mereka di sini dan menghilangkan beberapa ketidaknyamanan fisik mereka,” jelas Dr. Liang Zhang-zhou, dokter TIMA.

Banyak dokter TIMA yang memiliki klinik sendiri. Selama lebih dari 20 tahun, para dokter TIMA yang membuka praktik di klinik masing-masing juga akan ikut mendedikasikan diri ketika dibutuhkan. Kita sungguh harus menghargai cinta kasih mereka ini. Kita harus berdoa dengan hati yang tulus semoga dunia aman dan tenteram. Untuk itu, dibutuhkan cinta kasih dan ketulusan hati semua orang. Jadi, kita harus saling mendorong untuk tulus dan bersungguh hati. 

Memberi bantuan di wilayah yang terkena dampak bencana banjir

Bergerak membantu warga korban bencana dengan welas asih

DA.AI Technology mengembangkan sepatu anti benda tajam

Mengadakan pengobatan gratis yang disertai cinta kasih

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 September 2018

Editor: Stefanny Doddy

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -