Ceramah Master Cheng Yen: Berempati terhadap Penyandang Cacat dan Menghimpun Cinta Kasih

“Tahun ini, daerah kami mengalami bencana kekeringan yang terparah dalam 20 tahun terakhir. Hasil utama kami adalah tanaman obat, seperti astragalus dan ginseng Dangshen. Tanpa air, tanaman ini tidak bisa bertumbuh. Contohnya ginseng Dangshen ini. Ini sudah ditanam selama setahun, tetapi masih begitu kecil. Jika pertumbuhannya seperti tahun-tahun sebelumnya, maka sekarang seharusnya sudah sebesar ibu jari, ujar  Zhao Guoying, pejabat pemerintah di Provinsi Gansu, Tiongkok.

Kekeringan berkepanjangan di Gansu telah memengaruhi kelangsungan hidup para petani yang mata pencahariannya adalah membudidayakan tanaman obat. Kali ini, insan Tzu Chi juga melakukan survei karena pemerintah setempat menyatakan bahwa warga setempat mulai hidup kekurangan. Petani setempat mengalami gagal panen yang sangat memengaruhi kehidupan mereka. Pemerintah setempat berharap kita dapat memberi bantuan di musim dingin karena musim dingin di sana sangat dingin dan kini warga hidup dalam kondisi sulit.

Jadi, pemerintah setempat sangat berharap kita dapat membantu warga setempat melewati musim dingin ini. Ada pula wilayah lain yang warganya hidup dalam kondisi sulit. Ini bukan hanya karena faktor alam, tetapi juga karena ulah manusia.

Di Jakarta, Indonesia, terdapat Kecamatan Kelapa Gading. Di wilayah yang terlihat sangat ramai ini, banyak orang yang mencari nafkah dengan menjadi pedagang kecil, tukang becak, atau tukang ojek. Mereka meninggalkan kampung halaman dan mencari nafkah dengan tenaga mereka. Namun, penghasilan mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena itu, saat jatuh sakit, mereka tidak punya uang untuk berobat. Karena itulah, insan Tzu Chi Indonesia pergi ke Kelapa Gading untuk menggelar baksos kesehatan bagi mereka yang datang ke wilayah perkotaan untuk mencari nafkah, tetapi mengalami kesulitan ekonomi.

Para relawan kita mengobati mereka.

Para relawan kita mengobati mereka. Para dokter gigi bukan hanya mengobati pasien yang sakit gigi, tetapi juga membuat gigi palsu bagi mereka. Dalam baksos mata, relawan kita juga membagikan kacamata. Pasien yang perlu menjalani operasi juga dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Inilah baksos kesehatan di Indonesia.

Kita juga bisa melihat dedikasi para Bodhisatwa di Malaysia dalam mendidik anak-anak. Sejak dini, anak-anak dibimbing untuk membangkitkan rasa empati agar mereka dapat merasakan penderitaan penyandang cacat.

Sekarang apa yang akan kita lakukan? (Menggosok gigi.) Kerahkan lagi tenagamu. Jepitlah, kamu tidak menjepitnya. Kamu harus menjepitnya. Mudah tidak? ( Tidak mudah?), kata  Huang Yue-qian, seorang Murid.

“Memiliki jari lebih mudah untuk beraktivitas. Tanpa jari, sulit untuk beraktivitas,” kata murid Xiao Kai-rou.

“Saya berusaha keras untuk melakukan hal-hal yang sulit,” kata Huang Yan-xiang, seorang murid.

“Bagaimana cara kamu menggosok gigi di rumah? Jadi, kepada siapa kamu harus berterima kasih?” tanya relawan.

“Saya berterima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah memberi saya tubuh dan jari yang sehat,” jawab Huang Yan-xiang.

Para relawan kita mengobati mereka.

Para guru membimbing anak-anak agar mereka dapat memahami penderitaan. Setelah itu, mereka baru mengajari anak-anak menghormati penyandang cacat. Saat bertemu penyandang cacat, anak-anak bukan hanya tak boleh menertawakan mereka, tetapi juga harus mengasihi dan menghormati mereka dengan penuh rasa empati karena hidup mereka sungguh tidak mudah. Anak-anak dididik seperti ini dari usia dini. TK Cinta Kasih di Malaysia menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Setiap kali, kita bisa melihat mereka membangkitkan cinta kasih anak-anak lewat pendidikan. Dari duduk di bangku TK, anak-anak sudah membina rasa empati.

Mereka juga menghormati kehidupan dan mengasihi hewan-hewan. Karena mengasihi hewan, mereka pun bervegetaris. Kini mereka semakin memahami bahwa bervegetaris bukan hanya untuk melindungi hewan, tetapi juga untuk mengasihi bumi. Untuk bersyukur dan membalas budi bumi, mereka bervegetaris. Para guru kita mendidik anak-anak lewat praktik dalam kehidupan sehari-hari agar mereka dapat memahami kebenaran di seluruh alam semesta. Dengan begitu, cinta kasih akan tertanam di dalam hati anak-anak.

Namun, masalah pengungsi masih terus-menerus terjadi. Akibat pergolakan masyarakat, mereka yang semula hidup damai dan sejahtera kini terus-menerus terkena serangan. Pemandangan seperti ini terlihat setiap waktu.

Para relawan kita mengobati mereka.

Presiden Obama yang terhormat, apakah Anda masih ingat dengan anak laki-laki yang dijemput dengan ambulans di Suriah? Bisakah Anda membawanya ke rumah kami? Kami ingin mengundangnya ke pesta ulang tahun. Dia juga bisa mengajari kami bahasa asing. Dia tidak membawa dan tidak memiliki mainan. Catherine akan meminjamkan boneka kelinci birunya dan saya akan meminjamkan sepeda saya serta mengajarinya naik sepeda. Saya akan mengajarinya penjumlahan dan pengurangan,” Alex yang berusia enam tahun dari Amerika Serikat  menulis surat kepada Presiden Barack Obama.

Kata-kata ini berasal dari seorang anak laki-laki berusia 6 tahun. Dia mengajari kita banyak hal. Ini sungguh menyentuh. Anak yang masih begitu kecil memiliki kepolosan dan rasa empati. Dibandingkan dengannya, banyak orang dewasa yang memilih untuk berpangku tangan saat melihat orang-orang yang menderita. Anak tersebut membangkitkan kasih sayang dan cinta kasih yang murni untuk bersumbangsih bagi sesama. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Sesungguhnya, orang yang penuh cinta kasih di dunia ini tidaklah sedikit.

Kita juga melihat RS Tzu Chi Dalin mengadakan bazar untuk menggalang dana bagi korban bencana di Haiti. Para staf kita menghimpun tetes demi tetes cinta kasih bagi korban bencana di Haiti. Saya sungguh sangat bersyukur kepada para staf dan relawan kita yang menyumbangkan barang dari rumah mereka, baik hasil pertanian maupun barang lainnya. Dengan cara inilah kita menggalang dana. Kita juga melihat penuangan celengan bambu. Para dokter, perawat, dan seluruh staf di rumah sakit kita memiliki celengan bambu. Berhubung kini Haiti membutuhkan bantuan, mereka pun menuangkannya. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih.

Saya sangat bersyukur. Inilah cinta kasih di dunia ini. Untuk menciptakan dunia yang harmonis dan damai, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih universal. Ini semua bergantung pada sebersit niat.

Menyurvei wilayah yang dilanda kekeringan dan membantu warga melewati musim dingin

Menjangkau area pelosok untuk memberi pengobatan

Anak-anak berempati terhadap penyandang cacat dengan cinta kasih yang murni

Menghimpun cinta kasih penuh kehangatan untuk menolong korban bencana di Haiti

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Oktober 2016
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -