Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar Menjangkau Makhluk yang Menderita

“Kami mengira bahwa kondisi Malawi lebih baik dari Afrika Selatan, tetapi apa yang kami lihat? Mereka adalah yang paling kekurangan di antara yang kekurangan. Kami melihat banyak orang hidup di sudut kegelapan. Misi kami kali ini adalah mengeluarkan mereka dari sudut kegelapan. Mereka harus melepaskan semua kepedihan dan penderitaan yang mereka alami sebelumnya. Mereka harus memulai hidup baru,” tutur Lü Du, relawan Tzu Chi Afrika Selatan.

“Misi kami di Malawi adalah menanam benih cinta kasih universal. Saat Kakak Pan Ming-shui memberi tahu kami tentang kondisi di Malawi, kami tidak menyangka bahwa kondisinya seburuk ini,” kata Ci Di, relawan Tzu Chi Afrika Selatan.

Malawi berjarak lebih dari 2.400 kilometer dari Durban dan Johannesburg yang terdapat insan Tzu Chi. Jalinan jodoh Tzu Chi dan Malawi berawal dari Bapak Zhou Xian-bin. Berhubung menghirup keharuman Dharma, dia memahami bahwa saya sangat bekerja keras agar murid-murid saya dan semua orang dapat mengenal Dharma dan memahami bagaimana menapaki Jalan Bodhisatwa. Dia juga sangat bekerja keras.

Melihat saya yang sudah lanjut usia masih begitu bekerja keras, dia merasa tidak tega sehingga membangun tekad dan ikrar untuk menabur benih Dharma di Afrika. Dia bersedia bersumbangsih di berbagai negara. Jadi, berkat adanya jalinan jodoh ini, insan Tzu Chi bisa menjangkau Malawi. Pertama kali pergi ke sana, relawan kita melihat kondisi yang memprihatinkan dan berusaha mencari cara untuk menolong warga setempat.


“Tidak ada apa-apa di rumah nenek ini selain tembok dari batu bata, atap yang bocor, dan lantai yang kotor. Pertama kali kami datang dan membantu membersihkan rumahnya, kami digigit oleh serangga karena tidak ada pintu dan jendela. Jadi, tidak ada perbedaan antara luar dan dalam. Untuk membantunya dalam jangka panjang, kita membutuhkan bantuan warga setempat. Kita harus menginspirasi lebih banyak warga setempat, baru bisa mengembangkan kekuatan yang tak terhingga,” kata Pan Ming-shui, relawan Tzu Chi.

“Kami telah melakukan hal yang sangat baik. Melihat rumah di komunitas diperbaiki dan lansia menerima bantuan, kami bisa mempelajari banyak hal. Ini jugalah yang selalu ingin saya lakukan,” ujar Mike Kachimanea, relawan Malawi.

“Saya dan Mike bagaikan saudara sejak kecil. Kami telah melakukan hal seperti ini dalam waktu yang lama. Kami menolong orang-orang yang membutuhkan. Lewat Tzu Chi, saya berharap saya bisa berbuat lebih banyak dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan,” kata Richard Matiya, relawan Malawi.

Kekuatan karma seperti apa yang mengondisikan mereka terlahir di sana? Selain hidup di lahan tandus yang luas, warga setempat juga terancam oleh berbagai jenis penyakit menular. Kita juga melihat Lü Du. Dia sudah sangat berpengalaman, juga sudah lanjut usia. Namun, dia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bersumbangsih. Selama masih bernapas, dia tetap mendedikasikan diri untuk mengemban misi Tzu Chi.

Kali ini, dia juga pergi ke Malawi. Begitu pula dengan Ci Di. Mereka merupakan generasi pertama relawan Tzu Chi di Afrika Selatan. Saat mereka tiba di Malawi, kondisi yang terlihat sungguh memprihatinkan. Ci Di berkata bahwa Relawan Pan menyebarkan Dharma di Afrika Selatan dan membimbing warga setempat untuk menaati aturan dan membuka pintu hati.

Dia juga sering berbagi tentang apa yang Tzu Chi lakukan dan apa yang saya ajarkan. Mereka bersungguh hati mendengar Dharma serta menyerap dan mempraktikkannya. Setiap relawan seperti ini. Saya selamanya tidak akan melupakan murid-murid saya yang baik ini. Meski berada di belahan bumi yang berbeda, tetapi hati mereka sangat dekat dengan saya.


Muda mudi setempat juga sangat baik hati. Mereka menggenggam kesempatan untuk bersumbangsih. Mereka bersedia mendampingi Bodhisatwa lansia menempuh perjalanan ribuan kilometer. Perjalanan sejauh apa pun, mereka bersedia mendampingi para relawan lansia. Demikian pula dengan perjalanan ke Malawi kali ini. Relawan kita berbagi pengalaman dengan warga setempat sehingga mereka tersentuh.

Seorang kepala suku yang sifatnya keras juga terinspirasi sehingga bisa melepas status sosialnya. Dengan mengenakan rompi relawan dan senyuman di wajahnya, dia mulai melakukan praktik Bodhisatwa. Saya berharap semangat Tzu Chi dapat terus diwariskan pada lebih banyak orang. Setiap kali kita melakukannya, orang yang kehidupannya membaik akan bertambah. Intinya, kekuatan cinta kasih dan semangat kemanusiaan harus terus diwariskan.

Saya juga mendengar tentang kebaikan hati warga setempat. Berhubung barang bantuan yang kita bawa tidak banyak, tetapi banyak orang yang membutuhkan, kita pun berbagi dengan mereka bahwa ada orang yang lebih kekurangan dan lebih membutuhkan dari mereka. Kita mengimbau mereka untuk memberikannya pada orang yang lebih membutuhkan. Mereka pun bersedia memberikan barang bantuan kepada orang yang lebih membutuhkan. Betapa kayanya batin mereka.

Kita bisa melihat harapan di sana. Setidaknya, kita bisa menanam benih kebajikan di sana. Di kehidupan sekarang, mereka mungkin tidak berkesempatan untuk kaya secara materi, tetapi dengan batin yang kaya, mereka bisa menanam benih berkah untuk kehidupan mendatang. Demikianlah kita menggarap ladang batin semua makhluk dan menabur benih kebajikan di sana.

Bodhisatwa harus terjun ke tengah masyarakat untuk menjangkau orang yang menderita dan menginspirasi mereka membangkitkan kekayaan batin di kehidupan sekarang. Dengan membangkitkan kekayaan batin, mereka bisa menabur benih berkah bagi kehidupan mendatang. Inilah yang bisa kita lakukan. Jadi, orang yang kekurangan dapat memperoleh penghiburan dan barang bantuan meski tidak banyak. Inilah yang bisa kita lakukan di negara yang kekurangan.


Negara yang kekurangan itu merupakan negara kedelapan di Afrika yang ditaburi benih cinta kasih dengan Dharma oleh insan Tzu Chi. Relawan kita berbagi ajaran kebajikan untuk menginspirasi kekayaan batin warga kurang mampu.

 

Meski terpisah oleh jarak yang jauh, hati Master dan murid-muridnya sangat dekat

Menolong orang yang menderita dengan keyakinan, ikrar, dan praktik nyata

Menggarap ladang batin semua makhluk dan menabur benih kebajikan

Membangkitkan kekayaan batin dan menyambut kebahagiaan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 November 2018

Editor: Khusnul Kotimah
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -