Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar untuk Membimbing Semua Makhluk

Saat tiba di sini tadi pagi, saya mendengar suara yang jernih. Saya melihat ada banyak relawan cilik yang memegang celengan bambu sambil menyanyikan lagu “Celengan Bambu”. Setiap orang menyisihkan uang belanja untuk membantu yang membutuhkan. Lagu itu mengingatkan saya pada awal mula berdirinya Tzu Chi. 52 tahun lalu, Tzu Chi berdiri di tengah masa-masa yang sulit.

Saat itu, saya membangkitkan sebersit niat untuk mendirikan sebuah organisasi amal. Hal ini tidaklah mudah di masa itu. Karena itu, saya mendukung para ibu rumah tangga untuk menyisihkan 50 sen setiap hari. Setiap kali menjinjing keranjang sayur, mereka terlebih dahulu menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu.

Saat itu ada 30 ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen tiap hari. Setiap bulan, mereka menyisihkan 15 dolar. Dalam sebulan, hanya tersisihkan 450 dolar dari 30 celengan bambu. Bagaimana cara kita memberi bantuan? Di bulan pertama Tzu Chi berdiri, kita sudah menerima kasus bantuan, yakni kasus Lu Dan-gui yang perlu menjalani operasi mata dan lansia pertama yang mendapat perhatian dari kita, yaitu Lin Zeng.

Tak peduli membantu orang kurang mampu ataupun memberikan bantuan pengobatan, demikianlah yang dilakukan Tzu Chi sejak berdiri pada 50 tahun lebih lalu. Lagu “Celengan Bambu” ini mengingatkan saya pada hal-hal dahulu. Kisah demi kisah pada 50 tahun lebih lalu kembali muncul di benak saya. Intinya, Bodhisatwa sekalian, kita harus memegang erat niat yang timbul pada saat ini dan jangan pernah melupakan tekad awal.

doc tzu chi indonesia

Kita harus selamanya mempertahankan niat awal yang pernah tumbuh dan jangan pernah melupakannya. Inilah cara untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Banyak relawan Tzu Chi yang berkata, “Master, saya mengasihi Master.” Jika sungguh-sungguh mengasihi saya, maka kalian harus mengasihi semua yang saya kasihi. Saya mengasihi semua orang di dunia, termasuk yang diliputi noda batin dan tidak berpikiran terbuka. Saya mengasihi semua orang yang menderita.

Saya juga berharap setiap orang dapat membuka pandangan dan mendalami prinsip kebenaran. Inilah semangat Mahayana. Kita jangan berlatih untuk pencapaian pribadi, tetapi juga harus membawa manfaat bagi semua orang di dunia. Ini yang disebut semangat Mahayana. Kita harus membimbing diri sendiri sekaligus orang lain. Dengan begitu, baru masyarakat dapat aman dan tenteram dan dunia dapat harmonis. Inilah yang harus kita usahakan.

Buddha datang ke dunia demi membimbing semua makhluk. Kita juga melihat salah seorang Anggota Tzu Cheng kita, Relawan Li. Sebuah insiden kecelakaan mobil membuatnya melihat ketidakkekalan hidup. Sejak saat itu, dia bertekad untuk

bergabung dengan Tzu Chi. Dia bertekad membina lima bibit relawan baru setiap tahun. Tadi kita sudah melihat barisan bibit Tzu Chi di atas panggung. Semuanya berjumlah lebih dari 100 orang.

doc tzu chi indonesia

Jika setiap bibit itu menginspirasi 5 orang atau 10 orang lagi, maka akan semakin banyak orang yang hatinya tersucikan dan mengerahkan kekuatan cinta kasih di dunia. Kekuatan seperti ini sangatlah besar. Selain anggota Tzu Cheng, anggota komite juga harus demikian. Baik anggota komite maupun Tzu Cheng, harus sama-sama memiliki semangat seperti ini untuk bersumbangsih.

Namun, beberapa tahun belakangan ini, masalah usia membuat saya khawatir. Beberapa relawan Tzu Chi mengkhawatirkan saya yang sudah berusia lanjut. Kini, untuk menyemangati para relawan agar merasa lebih muda, kini saya mendirikan sebuah “bank usia”. Saya mendukung para relawan lansia untuk menabung 50 tahun pertama di bank usia.

Setelah menyimpan 50 tahun pertama di bank usia, mereka akan bagaikan 40-an tahun, 30-an tahun, 20-an tahun, atau belasan tahun. Kalian dapat kembali bersumbangsih dengan pengalaman yang dimiliki. Pensiun bukan berarti kita harus berhenti bekerja. Jangan demikian. Dengan pengalaman yang dimiliki, kita harus segera bersumbangsih.

doc tzu chi indonesia

Seiring berlalunya hari demi hari, jiwa kebijaksanaan kita juga harus bertambah. Pada saat mewariskan kebenaran, kita juga harus memberikan pendampingan. Bukan berarti setelah mewariskan kebenaran, kita lalu beristirahat. Bukan. Di dalam Bab Usia Tathagata dikatakan bahwa usia Buddha tak terbatas. Dari kehidupan ke kehidupan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjalankan Enam Paramita.

Selama lebih dari 50 tahun ini, relawan Tzu Chi menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Saya berharap setiap orang dapat melangkah dengan mantap serta memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Hati Buddha adalah hati penuh cinta kasih dan welas asih. Tekad Guru adalah mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dengan ikrar luhur.

Kita harus memiliki hati Buddha dan tekad Bodhisatwa. Kalian dan saya bersama-sama mengemban tekad Bodhisatwa dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Paham? (Paham) Baik. Hati Buddha dan tekad Guru harus diwariskan dari generasi ke generasi karena masih ada banyak orang yang membutuhkan bimbingan. Masih ada banyak orang yang menunggu jangkauan kita dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang.

Untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, relawan Tzu Chi harus bekerja untuk menyucikan hati manusia. Jangan membiarkan saya menyucikan hati manusia sendiri. Setiap orang harus memikul tanggung jawab atas ini.

Kami murid Jing Si berikrar untuk membimbing semua makhluk dengan tindakan yang murni, menjaga kemurnian ucapan untuk melenyapkan noda batin, mendalami Dharma

dengan pikiran yang murni, dan bertekad untuk mencapai kebuddhaan. Kami mendoakan Master semoga selalu sehat dan senantiasa memutar roda Dharma. Panjang umur. Panjang umur. Panjang umur.

Mengingat masa-masa awal berdirinya Tzu Chi
Menginspirasi banyak orang untuk membimbing semua makhluk
Menabung usia agar dapat terus Menapaki Jalan Kebenaran
Membangun tekad luhur dengan penuh semangat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Januari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Januari 2018
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -