Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar untuk Menyebarkan Dharma demi Menyucikan Hati Manusia

Bodhisatwa sekalian, di dunia ini waktu terus berlalu. Kehidupan kita sungguh sangat singkat. Dalam waktu puluhan tahun yang singkat, apa yang bisa kita lakukan untuk dunia? Apa tujuan kita datang ke dunia? Kita harus merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Jika kita tidak memiliki tujuan hidup, tidak tahu mengapa kita datang ke dunia, dan tidak tahu untuk apa kita hidup, maka kehidupan yang kita jalani akan berlalu sia-sia. Bukankah ini sama seperti makhluk lainnya?

Manusia berharga karena manusia paling bijaksana dibanding makhluk lainnya. Jadi, kita harus mengembangkan kebijaksanaan kita untuk bertanya pada diri sendiri, "Mengapa saya datang ke dunia?" "Untuk apa saya hidup?" Kita sungguh harus memahami jawaban dari pertanyaan itu.

Sungguh, masalah di dunia sulit diprediksi. Inilah yang Buddha katakan kepada kita. Kehidupan memang penuh penderitaan karena harus melalui fase sakit, tua, dan mati. Inilah yang harus kita lalui.

“Pada tahun 2012, putra pertama saya mengalami tidak enak badan. Dia meninggal pada tanggal 20 Agustus 2012 pukul 8 malam. Satu tahun setelah putra saya meninggal, tepatnya tanggal 31 Oktober 2013, saat saya pulang dari posko daur ulang pada siang hari, suami saya mengobrol dengan saya dengan gembira, tetapi tiba-tiba dia tersedak saat minum air dan mengalami serangan jantung, lalu meninggal. Saya merasa sangat sedih karena dia tiba-tiba meninggal. Saya baru keluar dari kesedihan karena kepergian putra saya, tetapi kembali sedih karena kepergian suami saya. Saya melewati hari dengan sangat sedih. Namun, setelah sedih dan menangis, saya tetap harus menghadapi kehidupan dengan berani. Saya tetap harus melewati hari-hari,” tutur Lan Cai-xiang, relawan Tzu Chi.

 

Kehidupan penuh dengan penderitaan. Inilah sebabnya Buddha mengajarkan kepada kita Empat Kebenaran Mulia. Di dalam Empat Kebenaran Mulia, yang pertama diajarkan ialah penderitaan. Buddha menjelaskan banyak hal agar kita memahami penderitaan. Bukan hanya penuh penderitaan, hal-hal di dunia juga sulit diprediksi. Ketidakselarasan empat unsur telah menyebabkan bencana alam.

Kita tidak punya cukup waktu lagi karena hal yang harus kita lakukan sangat banyak. Kini, Tzu Chi telah menyebar ke seluruh dunia. Ketidakselarasan empat unsur telah menyebabkan banyak bencana alam. Berhubung populasi manusia semakin bertambah, sarana transportasi pun ikut bertambah. Baik dalam transportasi udara, darat, maupun laut, sering terjadi ketidakkekalan akibat kecelakaan di seluruh dunia. Ditambah lagi, banyak bencana alam terjadi akibat ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin.

Jadi, relawan Tzu Chi di seluruh dunia sering memberi laporan tentang berbagai bencana di dunia dan meminta petunjuk tentang bagaimana memberi bantuan darurat kepada mereka yang membutuhkan. Ketika mengetahui ada orang yang menderita, kita harus tanggap dan segera pergi membantu. Inilah tujuan hidup kita.


Dalam kehidupan kita, kita harus saling menjadi penyelamat. Saya menjadi penyelamat bagi kalian, sebaliknya kalian juga menjadi penyelamat bagi saya. Karena ada kalian yang menjadi relawan Tzu Chi, kita bisa menyebarkan ajaran Buddha di dunia. Demi menyucikan hati manusia di seluruh dunia, kita harus menyebarluaskan ajaran Buddha.

Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk, saya harus menyebarkan ajaran Buddha. Berhubung ada begitu banyak orang yang bersedia menerima ajaran Buddha, maka saya tidak berani bermalas-malasan. Jadi, dalam hal ini, kalian juga merupakan penyelamat bagi saya.

Kata-kata yang saya ucapkan, jika dapat membawa manfaat bagi kalian dan mengubah kehidupan kalian, saya juga merupakan penyelamat bagi kalian. Kita menjadi penyelamat bagi satu sama lain. Dalam interaksi antarsesama,  kita harus bersyukur. Orang yang duduk di samping kiri, kanan, depan, atau belakang kita, semuanya adalah penyelamat bagi Anda dan saya. Jadi, kita harus memiliki rasa syukur setiap saat.

 

Seperti inilah kita menerapkan ajaran Buddha dalam keseharian. Kita mempraktikkan Dharma lewat tubuh, ucapan, dan pikiran kita. Tubuh kita

harus melakukan tindakan nyata. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus mempraktikkannya secara nyata. Setelah mendengar Dharma, kita harus menjadi orang yang bisa membabarkan dan menyebarkan Dharma.

Jadi, kita harus bertutur kata baik setiap saat.

Untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia, kita harus memahami ajaran Buddha, memahami Tzu Chi, dan memahami ajaran Jing Si agar kita bisa menceritakannya kepada orang lain. Kita bertutur kata baik untuk menyebarkan Dharma yang telah kita pelajari. Sebagai Bodhisatwa dunia,

kita harus menjadi penyelamat bagi satu sama lain.

Setiap orang dari kita harus menghargai jalinan jodoh ini. Kita harus melindungi tempat pelatihan kita dengan sungguh-sungguh karena kita memilih untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa yang merupakan Dharma yang sesungguhnya. Kalian harus menghirup keharuman Dharma dengan sepenuh hati.

Setiap hari, setelah mendengar ceramah pagi saya, kalian harus menghubungkan ajaran ini dengan hal-hal yang terjadi sehari-hari. Ajaran Buddha ditunjukkan lewat kisah-kisah yang terjadi di dunia. Inilah Dharma yang sesungguhnya. Jadi, kita harus melindungi ladang pelatihan Bodhisatwa ini.

 

Bagaimana kita belajar untuk melakukan ini? Kita harus belajar membabarkan dan menyebarkan Dharma serta terjun ke tengah masyarakat untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Kita harus lebih banyak menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik. Di tengah masyarakat, kita membangkitkan kebijaksanaan. Ini semua adalah Dharma yang sesungguhnya. Kita harus sungguh-sungguh menghargainya.

Bodhisatwa sekalian, cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin adalah semangat mazhab Tzu Chi dan ajaran Jing Si. Cinta kasih ialah mempraktikkan mazhab Tzu Chi di dunia. Welas asih ialah berjalan di Jalan Bodhi. Sukacita ialah menyelami Sutra. Dengan menyelami Sutra, hati kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Keseimbangan batin ialah merenung secara mendalam.

Kita harus melepaskan ketamakan kita untuk tidur. Kita harus melepaskan nafsu keinginan, kegelapan batin kita, dll. Kita juga harus melepaskan keinginan untuk bersenang-senang. Kita harus menggenggam waktu yang ada untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Jika bisa melakukan ini, kita bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan meneruskan silsilah Dharma Jing Si. Mazhab Tzu Chi bertujuan untuk menciptakan berkah di dunia.

 

Kehidupan singkat dan penuh penderitaan

Bersungguh hati untuk merenungkan tujuan kita datang ke dunia

Berikrar untuk menyebarkan Dharma demi menyucikan hati manusia

Menjadi penyelamat bagi satu sama lain dan menciptakan berkah

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 April 2019

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -