Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang Teguh pada Semangat Buddha untuk Mewariskan Pelita Hati


Bodhisatwa sekalian, setelah melewati pergantian tahun baru Masehi, kita akan segera menyambut Tahun Baru Imlek. Seiring berjalannya waktu, sangat disayangkan karena usia kehidupan pun terus berkurang. Namun, kita juga melihat anak-anak telah tumbuh dewasa. Saya melihat seorang anak kecil yang telah tumbuh dewasa, Ning-er.

Saya adalah Ning-er Kecil yang telah tumbuh dewasa. Saya adalah generasi Tzu Chi ke-2 dan yang di sebelah saya adalah ibu saya. Saya teringat akan kejadian gempa 21 September 1999. Saat itu, ibu saya adalah ketua tim dokumentasi dan harus berkeliling untuk mendokumentasikan semua orang dan peristiwa. Saya menjadikan meja kantor di Kantor Perwakilan Tzu Chi Minquan sebagai tempat saya untuk tidur. Inilah kisah saya bertemu dengan Tzu Chi,” kata Chen Yan-ning relawan Tzu Chi.

“Kakek Guru, anakmu akan selalu ada di sini. Meski di luar sana kami menghadapi banyak tantangan dan adakalanya terjatuh, hati kami tidak akan pernah berubah. Saya berharap kami dapat menginspirasi lebih banyak anak muda untuk mengenal lingkungan tempat kami bertumbuh, yaitu Tzu Chi,” pungkas Chen Yan-ning.

Saya telah melihatnya sejak dia masih balita, bertumbuh menjadi seorang anak yang memasuki taman kanak-kanan dan sekolah dasar, hingga lulus dari universitas, dan saat ini telah bekerja. Waktu telah mewujudkan segala hal.

“Master yang terkasih, anakmu telah kembali. Saat duduk di kelas 3 SMP, saya menjadi penerima bantuan Tzu Chi. Oleh karena bicara saya tidak lancar, semua orang menganggap saya sebagai anak yang buruk dan itu membuat saya menjadi rendah diri. Namun, berkat cinta kasih dari keluarga besar Tzu Chi, saat masuk perkuliahan, saya berikrar untuk bergabung dengan Tzu Ching,” kata Zhuang Han-jie relawan Tzu Chi.

“Saya berterima kasih kepada semua orang tua yang telah mendampingi dan merawat saya dalam semua aktivitas yang ada. Saya ingin menjadi seseorang yang dapat terus berbagi dengan orang lain. Kakek Guru, anakmu telah kembali. Saya akan memikul bakul beras dunia dan mengemban tanggung jawab yang besar. Saya juga akan melayani semua makhluk dengan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih sesuai dengan nasihat Master,” pungkas Zhuang Han-jie.


Saya bersyukur karena Tzu Chi dapat bertumbuh di Hualien dan menyebar ke kampung halaman saya sehingga semua orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa. Di Taiwan Tengah, ada banyak sekali Bodhisatwa. Terlebih lagi, semuanya selalu menyerap Dharma ke dalam hati. Relawan selalu berbagi tentang masa lalu mereka dan saat ini setelah bergabung dengan Tzu Chi. Mereka membawa hati yang lapang dan pikiran yang murni untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan menggalang Bodhisatwa setiap hari.

Saya telah mendengar kisah dari setiap Bodhisatwa. Semuanya saling berbagi dan menjadi saksi satu sama lain. Dengan mencatat setiap kisah, kita akan membuat sebuah sejarah. Saya harap selama saya masih ada, saya dapat melihat catatan sejarah Tzu Chi Taiwan Tengah. Saat ini, itulah satu keinginan saya. Saya sungguh telah mengerahkan kekuatan saya. Saya melakukan segala hal dengan sepenuh hati dan segenap kekuatan. Saya telah setiap Bodhisatwa. Ini adalah pemandangan yang sangat agung. Semua kisah yang kalian bagikan membuat saya tersentuh.

Semua relawan sangat tulus dan sungguh-sungguh dalam meneruskan jiwa kebijaksanaan mereka bagaikan menarik seutas tali dari generasi ke generasi. Semuanya menjaga silsilah Dharma Jing Si dengan sangat baik. Hendaknya kita membuka pintu mazhab Tzu Chi dengan lebar dan terus menggalang Bodhisatwa tanpa henti. Ketika silsilah Dharma terjaga dengan baik, meski saya sudah tiada, semuanya akan tetap sama dan saya tidak akan khawatir.

Murid-murid monastik saya dari generasi ke generasi melatih diri dengan sungguh-sungguh dan bersumbangsih bagi dunia dengan ketulusan. Jadi, saya merasa tenang ketika mereka membimbing insan Tzu Chi nanti. Hendaknya kita meneladan hati Buddha yang penuh dengan cinta kasih dan welas asih. Misi saya ialah membawa semangat cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin Buddha ke dunia. Jadi, apa yang saya dengar dan saya pahami akan terus saya bagikan kepada kalian sehingga kalian dapat menyebarkannya kepada dunia. Inilah ikrar saya.


Saat dilantik, lencana di dada kalian bermakna, "Menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri; menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri." Hendaknya kalian meneladan hati Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih. Saya pun meneladan hati Buddha sehingga saya tidak sampai hati jika ada orang yang tidak memahami Dharma. Jadi, saya mengerahkan seluruh kehidupan saya untuk membantu orang-orang memahaminya.

Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa dan membimbing semua orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa Jadi, inilah alasan saya untuk terjun ke tengah masyarakat dan memberi tahu kepada semuanya untuk meneladan welas asih Buddha. Untuk meneladan Buddha, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa.

Hendaknya kita melenyapkan penderitaan semua makhluk. Dengan jalinan jodoh yang dilandasi oleh welas asih dan cinta kasih, kita dapat menjalin jodoh baik dengan semua makhluk dan membimbing mereka. Pada kehidupan berikutnya, kita berharap dapat memiliki jalinan jodoh baik dengan banyak orang.

Saya juga telah memberi tahu kalian bahwa di kehidupan lampau, saya telah menjalin jodoh dengan kalian yang tidak kita ketahui berapa dalamnya. Saya tidak pernah pergi ke rumah kalian untuk membimbing kalian secara langsung. Saya hanya membabarkan Dharma dan puluhan ribu orang merespons dengan baik. Ketika mendengar seruan saya, banyak orang merasa senang dan tersentuh sehingga terinspirasi untuk turut menjalankan misi Tzu Chi. Bukankah kalian semua seperti ini? (Ya.)


Kini, tibalah giliran kalian untuk membimbing semua orang. Dengan membimbing orang lain, kalian akan terus menjalin jodoh yang baik. Dahulu, saya sama seperti kalian. Saya juga menapaki Jalan Bodhisatwa dan terus membimbing oran lain agar mengenal Buddha. Saat ini, kalian selalu membimbing orang lain untuk mengenal saya. Saya akan menjadi saksi kalian. Apa yang kalian lakukan sudah benar.

Hendaknya Anda, dia, dan semuanya melakukan hal ini. Inilah yang saya lakukan selama ini. Saya selalu mengerahkan hidup dan kekuatan saya untuk terus bertemu dengan kalian dan berinteraksi secara langsung dengan kalian. Saat berbicara, saya terus berpikir, "Apakah saya masih dapat melakukan perjalanan?" Jika tidak ada … (Ada.) Saya berharap begitu. Intinya, kalian harus mendengarkan ini dengan baik. Ada atau tiada saya, kalian harus tetap mempraktikkan Dharma.

Ada banyak makhluk hidup yang menunggu kalian untuk membimbing mereka. Mereka mengandalkan kekuatan kalian. Saya ingin berkata kepada kalian bahwa hendaknya kalian mewariskan Dharma dari generasi ke generasi hingga 50 generasi. Hendaknya kalian memulai dari keluarga sendiri. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Baik.

Saya harap setiap keluarga dapat terus mewariskan Dharma dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Ketika seluruh dunia terisi dengan Dharma, hati manusia akan menjadi murni dan di setiap tempat akan ada jejak Bodhisatwa. Inilah sebabnya di meja saya terdapat 2 buah batu berbentuk telapak kaki. Saya selalu berkata dalam hati untuk terus tekun dan bersemangat setiap hari, setiap menit, dan setiap detik. Langkah demi langkah hendaknya kita jalani dengan tekun dan bersemangat. Inilah cara saya untuk menyemangati diri sendiri. 

Mengubah sikap hati dan memupuk karma baik
Mengembangkan jiwa kebijaksanaan untuk membimbing mereka yang berjodoh
Meneladan welas asih Buddha dan mempraktikkannya secara nyata
Mempraktikkan kebajikan setiap menit dan detik serta mewariskan pelita hati

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 21 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 23 Januari 2024
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -