Ceramah Master Cheng Yen: Bersama Menjalankan Misi untuk Menghimpun Cinta Kasih

Saat-saat ini seharusnya adalah masa-masa turun salju di Italia. Kini, meski kondisi juga berkabut dan jarak pandang sangat rendah, tetapi ini bukan disebabkan oleh salju, melainkan oleh kabut asap dan polusi udara. Karena itu, pemerintah setempat membuat peraturan untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Semua ini disebabkan oleh umat manusia yang terlalu mengejar kenikmatan. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengendalikan diri. Kita hendaknya dapat sedikit berhemat dan berusaha menggunakan angkutan umum. Jika tempat yang dituju tidak begitu jauh, kita dapat berjalan kaki sekaligus berolahraga. Ini lebih baik daripada pergi ke gimnasium. Berolahraga di gimnasium perlu membayar dan menghabiskan waktu. Jika berjalan kaki, kita bisa lebih bebas. Saat diburu waktu, kita bisa berjalan cepat, saat tidak terburu-buru, kita bisa berjalan santai sambil melihat-lihat pemandangan di jalan. Ini semua bisa kita lakukan. Intinya, asalkan pola pikir kita berubah, banyak masalah yang dapat terselesaikan.

Kita juga melihat Spanyol yang saat ini seharusnya sedang mengalami musim dingin. Namun, suhu udara di sana masih tetap tinggi, bahkan memicu terjadinya kebakaran hutan. Entah mengapa ini bisa terjadi. Kebakaran ini menimbulkan asap dan menyebabkan polusi udara serta menghanguskan banyak pohon. Tiada yang tahu kapan kebakaran ini akan berakhir dan hutan itu dapat kembali seperti sediakala. Tentunya ini sangat sulit. Kita juga melihat saat orang terbakar, pori-pori dan kulitnya akan mengalami luka bakar. Demikian pula yang terjadi pada bumi ini. Bumi ini terus mengalami luka di berbagai tempat dan berbagai negara akibat berbagai bencana yang terus terjadi. Ini sungguh membuat orang merasa prihatin.

Kita juga melihat sebuah kawasan di Afrika Selatan yang mengalami lima kali kebakaran dalam tiga hari dan menghanguskan lebih dari 240 rumah. Para korban sungguh menderita. Sejak awal mereka sudah hidup kekurangan, kini ditambah dengan bencana kebakaran. Kehidupan memang penuh penderitaan, tetapi di dunia ini juga masih ada cinta kasih. Kita melihat di Kanada, para relawan Tzu Chi juga menjalankan semangat Bodhisatwa. Mereka bekerja sama dengan Balai Keselamatan dan organisasi lainnya untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang tinggal di penampungan karena tak memiliki tempat tinggal. Inilah kekuatan cinta kasih. Di saat musim dingin seperti ini, selama 50 tahun ini, setiap tahun kita mengadakan pembagian bantuan musim dingin di Taiwan. Dalam misi amal, musim dingin seperti ini adalah saat-saat untuk memberi perhatian lebih. Karena itu, kita akan bertambah sibuk. Ini berlaku sampai saat ini. Insan Tzu Chi di seluruh dunia melakukan hal yang sama.

Begitu pula di Tiongkok. Sebelum membagikan bantuan musim dingin, mereka harus melakukan banyak persiapan, seperti membeli berbagai barang dan keperluan. Untuk memastikan kualitas beras yang mereka beli, mereka harus meninjau pabriknya terlebih dahulu sebelum membuat pesanan. Begitu pula untuk pakaian, selimut, minyak, makanan, dan sebagainya. Intinya, mereka harus bersiap enam bulan di muka untuk terlebih dahulu melakukan survei pasar, baru kemudian melakukan pemesanan. Selain itu, para relawan lokal di Tiongkok juga mulai belajar memikul tanggung jawab. Dengan bimbingan relawan dari Taiwan, mereka mulai melakukan kunjungan kasih dari rumah ke rumah untuk memahami kondisi setiap keluarga. Setelah menerima data dari pemerintah setempat, para relawan akan melakukan survei dari rumah ke rumah sesuai data tersebut. Ini juga dimulai enam bulan di muka. Sejauh dan sesulit apa pun jalan yang harus ditempuh, insan Tzu Chi tetap rela bersumbangsih. Namun, saya juga melihat benih relawan setempat sudah mulai bertumbuh. Mereka dapat menghargai berkahsetelah melihat penderitaan. Mereka sudah banyak melihat penderitaan sehingga menyadari betapa beruntungnya diri mereka dan betapa mereka harus berpuas diri. Dengan mampu merasa puas, barulah mereka dapat sungguh-sungguh bersumbangsih dan mengasihi orang lain yang hidup kekurangan atau hidup sebatang kara. Jika para relawan dapat belajar mengasihi orang lain, akankah mereka tidak berbakti kepada orang tua? Saat bersumbangsih, para relawan juga memperoleh pelajaran. Lewat pengalaman bersumbangsih di luar, mereka meningkatkan rasa bakti dan kebajikan. Inilah yang harus ada dalam hidup.

Baru-baru ini, di Shenzhen, Provinsi Guangdong terjadi insiden longsor bukit buatan yang menghancurkan banyak bangunan. Insan Tzu Chi juga segera bergerak. Selama 8–9 hari, mereka memberi perhatian bagi tim penyelamat. Para anggota tim penyelamat biasa menolong orang. Ini pertama kalinya mereka menerima perhatian yang penuh kehangatan. Karena itu, mereka datang ke kantor perwakilan Tzu Chi di Shenzhen untuk menyampaikan terima kasih kepada insan Tzu Chi. Mereka juga menghadiri Pemberkahan Akhir Tahun. Saya sungguh merasa Tzu Chi dan tim penyelamat memiliki tekad yang sama untuk memberi perhatian bagi masyarakat. Sungguh membahagiakan saat kita yang bermisi sama dapat berkumpul bersama. Sikap saling peduli ini harus terus kita sebarkan di tengah masyarakat. Kerukunan antarsesama manusia di masyarakat bukanlah sesuatu yang mustahil terwujud asalkan kita berusaha untuk mewujudkannya.

Dunia bagai rumah yang terbakar

Pembagian bantuan musim dingin menolong mereka yang membutuhkan

Melihat penderitaan, menyadari berkah, dan kembali menciptakan berkah

Bersama menjalankan misi untuk menghimpun cinta kasih

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 31 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Desember 2015

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -