Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Menapaki Jalan Bodhisatwa yang Agung
“Tahun 2019, karena pekerjaan, saya dan suami pindah ke Batam. Namun, karena masalah pribadi, saya jarang ikut kegiatan di Tzu Chi. Selain itu, sempat juga terjadi konflik dalam keluarga kami,” kata Linda Liem, relawan Tzu Chi Batam.
“Sebagai murid Master, saya merasa sangat malu. Setelah itu, saya mulai mengemban tanggung jawab di Batam. Terkadang, saat terlibat masalah dengan beberapa relawan, saya merasa ingin menyerah. Namun, saya teringat akan Kata Renungan Jing Si, ‘Jangan karena satu ucapan orang lain, lalu kehilangan kesempatan untuk menciptakan berkah’,” lanjut Linda Liem.
“Kalimat ini membuat saya segera mengubah pandangan dan terus menjalin jodoh baik dengan semua orang. Berkat Tzu Chi pula, hubungan saya dan keluarga menjadi jauh lebih harmonis dan saya belajar untuk tidak lagi perhitungan dengan orang lain,” pungkas Linda Liem.
Ketika kita terlalu perhitungan dengan keluarga sendiri atau dengan suami, hubungan akan menjadi tegang. Kini, hubungan ini telah membaik. Ternyata, setelah diri sendiri berubah, anggota keluarga pun mulai memandang kita dengan cara yang berbeda. Anda telah menginspirasi anggota keluarga sehingga dapat berbagi kepada semuanya dengan sukacita. Inilah yang disebut dengan kekayaan berlimpah.
Ketika Anda tahu berpuas diri, benih kebajikan di hati pun akan berlimpah dan dapat dibagikan kepada semua orang. Ketika orang lain mendengarkan kisah Anda, mereka pun akan merasa sukacita dan mulai berubah. Dengan begitu, mereka akan menggarap ladang batin diri sendiri. Saat hati mereka menjadi lebih jernih, benih kebajikan itu akan tertanam dan diteruskan kepada orang lain. Inilah yang disebut saling menginspirasi.
Hendaknya kita lebih sering berbagi kata-kata baik, melakukan perbuatan baik, dan mengubah kebiasaan buruk. Asalkan sesuatu itu benar, kita harus melakukannya dengan tekun dan bersemangat. Kita harus terus berubah hingga orang-orang di sekitar kita juga berubah.

Saya telah mendengar bagaimana pasangan suami istri bersama-sama melatih diri. Inilah keluarga yang paling bahagia. Suami dan istri yang melatih diri bersama akan mengubah kondisi keluarga dan menjadi keluarga yang bahagia. Hal ini juga akan dilihat oleh tetangga sekitar dan perlahan-lahan menginspirasi masyarakat. Jadi, jangan meremehkan diri sendiri.
Lihatlah, awalnya saya juga sendiri. Saya mendedikasikan waktu saya dengan terus berpegang pada tekad awal saya. Selama hati ini memiliki tekad untuk terus tekun dan bersemangat, semua bisa dimulai dari diri sendiri agar dapat dilihat oleh orang lain. Memang sangat berat. Ketika mulai menjalankan Tzu Chi, saya tidak memiliki uang. Jadi, bagaimana caranya? Saya mulai menyerukan praktik menyisihkan 50 sen.
Pada saat itu, ada sebuah kasus tentang seorang nenek berusia lebih dari 80 tahun yang jatuh sakit dan tinggal di rumah yang sangat reyot. Kita mulai menjenguknya dan meminta orang untuk mengantarkan makanan setiap hari. Kita terus membantu dan merawatnya. Tak lama kemudian, beliau meninggal dunia. Itulah salah satu kasus kita. Jadi, bisa dikatakan bahwa Tzu Chi berawal dari 50 sen.
Sejak saat itu, bagi orang yang kurang mampu, kita tidak hanya menyediakan makanan 3 kali sehari, melainkan juga merawat kesehatan mereka. Kalau mereka sakit, kita akan membawa mereka berobat. Namun, mengantar mereka berobat juga menghadapi berbagai rintangan sehingga kita akhirnya mendirikan klinik gratis.
Di klinik gratis ini, kita menyadari bahwa yang datang mengambil obat dan berobat hanya pasien dengan penyakit ringan. Lalu, bagaimana dengan yang sakit parah? Kita berkunjung ke rumah mereka dan membawa mereka ke rumah sakit. Pasien yang sakit parah harus dibawa ke Taipei atau Kaohsiung. Pasien yang tinggal di daerah Taitung akan dibawa ke Kaohsiung; pasien yang tinggal di Hualien akan dibawa ke Taipei. Itulah yang kita lakukan.
Namun, kita merasa bahwa melarikan pasien yang sakit berat ke daerah lain mungkin akan terlambat. Karena itulah, timbul niat untuk membangun rumah sakit di Hualien. Begitulah awal mula rumah sakit berdiri. Namun, bagaimana cara membangunnya? Kita kembali mengajak masyarakat untuk menjalankan praktik 50 sen dan memberi tahu mereka bahwa Tzu Chi akan membangun rumah sakit.
Perlahan, banyak donatur yang mendukung. Dalam Buletin Tzu Chi, kalian bisa lihat ada yang menyumbang 3 dolar NT dan 5 dolar NT. Bulan demi bulan, semuanya terus terakumulasi hingga seperti sekarang ini.

Lahir di dunia ini, kehidupan semua orang tak luput dari hukum alam, hanya panjang dan pendeknya usia yang berbeda. Berapa lama lagi kita hidup tergantung pada jalinan jodoh dan hukum alam. Berapa lama lagi saya ada di dunia ini? Tidak tahu. Namun, saya tahu bahwa usia saya sudah lanjut dan hari yang tersisa tidak banyak.
Saya hanya tahu bahwa waktu yang tersisa tidak banyak. Tidak banyak berarti singkat. Namun, seberapa singkat waktunya? Berapa lama lagi saya bisa duduk di sini untuk bertemu dan berbicara dengan semua orang? Saya tidak tahu. Oleh karena itu, saya harus menghargai setiap hari.
Saya tidak berani beristirahat di dalam kamar. Setiap hari, saya tetap menjaga rutinitas seperti biasa. Setelah bangun tidur, meski saya tidak pergi ke Aula Buddha, di kamar saya juga ada altar Buddha. Saya tetap bersujud kepada Buddha dan membaca buku. Saya tidak akan berhenti. Inilah yang saya lakukan dalam keseharian.
Saya tidak tahu berapa lama lagi waktu yang tersisa. Dahulu, saya telah melatih diri dengan tekun, sekarang pun saya tetap demikian. Berkat ketekunan masa lalu itulah, hari ini saya bisa duduk di sini dan mendengarkan kisah kalian.

“Dengan welas asih, Master memberi saya nama Dharma ‘Ben Gong’. Nama ini selalu menjadi pengingat bagi saya karena dahulu, saya adalah orang yang tidak mau mengalah. Selama saya yakin pendapat saya benar, saya tidak akan mundur sedikit pun. Sejak menerima nama Dharma ini, saya sungguh merasakan harapan Master agar saya senantiasa menghormati setiap orang, bahkan semua makhluk hidup,” kata Susanto Chua, relawan Tzu Chi Batam.
“Saya berterima kasih kepada Master atas pengingat yang begitu berharga ini sehingga saya belajar untuk lebih pengertian dan berlapang hati,” pungkas Susanto Chua.
Dharma memang harus disebarluaskan agar bisa membimbing keluarga serta orang-orang di sekitar kita untuk mengenal kebajikan yang ada di dunia.
Komunitas Tzu Chi adalah kelompok Bodhisatwa yang mengekspresikan cinta kasih dengan tulus. Tzu Chi merupakan sebuah ladang pelatihan yang sangat luas. Kita menggunakan berbagai fenomena di dunia untuk menghimpun orang-orang dan membuka Jalan Bodhisatwa bagi mereka. Hendaknya kita bersama-sama membuka Jalan Bodhisatwa agar terbuka makin lebar.
Mengubah diri sendiri dengan tekun dan bersemangat
Saling menginspirasi untuk menggarap ladang batin
Menjaga tekad awal dengan teguh di Jalan Bodhisatwa
Menyebarkan Dharma secara luas dan mempraktikkan kebenaran Bersama
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 09 November 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 11 November 2025







Sitemap