Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Menapaki Jalan Menuju Pencerahan dengan Tekun


“Saya ingin melaporkan kepada Master tentang kondisi pekerjaan, misi, dan keluarga saya. Sebelum datang ke sini, saya merasa sudah bisa menyeimbangkan semuanya dengan baik. Namun, di dalam keluarga, ternyata anak-anak merasa bahwa saya kurang menemani mereka; di perusahaan, karyawan merasa bahwa saya sering tidak ada di tempat; di Tzu Chi pun, banyak kegiatan yang tidak bisa saya hadiri secara langsung,”
kata Zheng An-shun, relawan Tzu Chi.

“Kali ini, saya datang untuk meminta petunjuk dari Master tentang bagaimana seharusnya saya mengatur semuanya. Namun, pada akhirnya, saat mengikuti kamp pengusaha dan mendengarkan ceramah Master, saya seperti menemukan jawabannya. Master berkata bahwa sesungguhnya, akar masalahnya ialah ketamakan. Di mata saya, segala sesuatu terlihat seperti peluang untuk menghasilkan uang. Padahal, mungkin itu hanyalah hasil dari ketamakan. Saya berharap bisa belajar untuk mengatur dan memutus ketamakan ini,” pungkas Zheng An-shun.

“Waktu pertama kali saya bergabung di Tzu Chi, hal yang saya rasa paling berarti ialah bisa membawa suami dan anak-anak ikut serta. Berkat adanya mereka, jalan yang saya jalani terasa lebih lancar. Namun, ketika harus memimpin tim, saya merasa masih kurang memiliki kebijaksanaan. Kali ini adalah pertama kalinya saya mengikuti agenda Master. Dalam proses ini, saya banyak mendengar hal-hal yang bisa saya pelajari,” kata Chen Xue-feng, relawan Tzu Chi.


Hendaknya semua orang memiliki hati yang penuh rasa syukur. Ketika kalian mengenal Tzu Chi dan mendedikasikan diri dengan sukacita, itu sudah merupakan rasa syukur yang pertama. Dalam hidup ini, sungguh tidak mudah untuk menemukan jalan kehidupan yang benar-benar bernilai dan bermakna bagi diri sendiri. Bersumbangsih bagi dunia adalah hal yang sangat bermakna.

Hendaknya kita menilai diri sendiri. Jika apa yang kita lakukan sungguh bermakna bagi dunia dan semua orang di Tzu Chi hidup dalam keharmonisan, ini patut disyukuri. Ketika diri sendiri melakukan hal baik dan bersumbangsih dengan tulus untuk hal-hal yang bernilai, kita harus bersyukur pada diri sendiri. Kalian pasti sudah mendengar bahwa belakangan ini, saya selalu bersyukur kepada diri sendiri.

Dalam hidup ini, saya diberikan tubuh, waktu, dan ruang sehingga bisa melakukan apa yang ingin saya lakukan. Oleh karena itu, saya bersyukur pada diri sendiri. Saya bersyukur karena memiliki jalinan jodoh baik yang luas. Selain itu, saya juga bersyukur atas jalinan jodoh baik yang telah terjalin di kehidupan lampau sehingga banyak orang bisa merasa sukacita ketika melihat saya.

Jika kalian memiliki niat dan tekad untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan, saya sungguh berterima kasih. Apakah saya sering ada di sisi kalian? Selama kalian mengingat saya, pada saat itu juga saya ada di sisi kalian. Ketika Anda melakukan sesuatu dengan keyakinan bahwa itu sudah benar, saya sangat memuji dan merasa sukacita. Buddha akan merasa sukacita, begitu pula dengan saya.

Kalian juga harus berbahagia atas diri sendiri karena hati Buddha dan tekad Guru telah kalian wujudkan. Inilah yang disebut melakukan hal yang benar. Kalian semua telah melakukannya sehingga harus bersyukur pada diri sendiri. Hal paling bernilai dalam hidup ialah melakukan hal yang benar.


Hendaknya kita membalas budi orang tua karena telah memberikan tubuh ini. Jadi, melakukan hal yang benar berarti membalas budi orang tua. Lalu, bagaimana cara membalas budi guru? Dengan melakukan apa yang saya ingin lakukan. Kalian telah melakukannya dengan tekun. Inilah bentuk membalas budi guru.

Semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Kita harus percaya bahwa kita dapat mencapai pencerahan yang sama dengan Buddha. Buddha telah melalui banyak kehidupan. Entah sudah berapa banyak kehidupan, Beliau tetap datang ke dunia untuk mempelajari Dharma. Buddha adalah sifat hakiki itu sendiri. Berkat belajar dengan tekun dan benar, Buddha pun mencapai pencerahan. Sejak awal, keinginan Beliau memang menapaki jalan menuju kebuddhaan.

Setiap orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Kita hanya perlu kembali pada kewajiban kita dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Begitulah cara menapaki jalan Buddha. Saya pun mengajarkan kepada kalian untuk melangkah di jalan itu.

Bersyukurlah atas jalinan jodoh yang ada saat ini. Ketika mampu menjalankan apa yang saya ajarkan, kalian harus bersyukur kepada diri sendiri karena mau mendengarkan dan menerapkannya dalam tindakan nyata. Ketika ada hal yang belum dipahami, hendaknya kita belajar dengan tekun. Saat sudah melangkah di jalan yang benar, kita akan tersadarkan dan melihat dengan jelas jalan kebenaran sejati.

Jalan yang sejati itu harus ditapaki dengan ketulusan hati yang mendalam. Saya selalu berkata bahwa kita harus memiliki keyakinan yang mendalam agar tidak menyimpang. Hidup ini hendaknya dijalani di atas jalan yang agung dan tanpa penyimpangan. Itulah jalan menuju kesadaran sejati. Jadi, ketika belajar di Jalan Bodhisatwa, kita akan melihat dan menyadari kebenaran.


Semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Sebenarnya, prinsip ini sangat sederhana. Bagi orang yang memiliki kesadaran, semua ini mudah dipahami. "Ternyata maksud perkataan Master hanya begitu saja." Hendaknya kalian belajar dengan sungguh-sungguh. Apa yang harus dipelajari? Menapaki Jalan Bodhisatwa.

Jika kalian menapaki Jalan Bodhisatwa dengan sungguh-sungguh dan arahnya tidak menyimpang, kalian akan melihat pengetahuan dan pandangan yang benar. Inilah yang disebut tersadarkan. Prinsip kebenaran ini sangat sederhana. Jadi, saya berharap bahwa kalian sungguh-sungguh mendengarkan apa yang saya katakan. Jalankan saja kewajiban kita sebagai manusia di dunia ini dengan sebaik-baiknya.

“Saya merasa sangat menyesal karena di usia yang sudah 70 tahun ini baru mengenal Tzu Chi. Namun, Master pernah berkata bahwa ini adalah sebab dari masa lalu dan kondisi di kehidupan sekarang. Hanya saja, jalinan jodoh itu datangnya sedikit terlambat. Meski begitu, saya akan benar-benar menggenggam jalinan jodoh ini sebaik mungkin. Meski datangnya terlambat dan waktu yang tersisa di usia ini sudah tidak banyak, saya tetap ingin mengingatkan diri sendiri untuk menginventarisasi kehidupan dan melakukan dengan baik apa yang Master katakana,” kata Liu Yi-hua, relawan Tzu Chi.

Selama ada jalinan jodoh yang mendalam, tidak perlu takut jalinan jodoh itu datang terlambat. Saya berharap semuanya tahu bahwa kalian dan Tzu Chi memiliki jalinan jodoh yang erat. Kita semua sama-sama berada di Tzu Chi, tetapi bagaimana membina jalinan jodoh itu tergantung pada diri masing-masing.

Lihatlah kesempatan kali ini. Kali ini, semuanya bisa berkumpul untuk saling belajar. Ketika mendengarkan kisah kehidupan orang lain, kita bisa mempelajarinya. Ketika mendengar bagaimana orang lain menghadapi kesulitan dan menyadari bahwa keluh kesah itu tidak ada gunanya, kita bisa mengingatkan diri sendiri. Inilah yang disebut dengan pembelajaran seumur hidup yang tidak ada habisnya.

Jalinan jodoh istimewa mempertemukan kita
Memiliki tekad yang sama untuk membawa manfaat bagi dunia
Bersumbangsih dengan sukacita demi membalas budi luhur Buddha, orang tua, dan semua makhluk
Bersama-sama menapaki jalan menuju pencerahan dengan tekun

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 01 November 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 03 November 2025
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -