Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati dalam Keluarga Besar Tzu Chi

Silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi, kalian semua seharusnya sudah tahu. Kita telah menjalankan Tzu Chi di dunia selama lebih dari lima puluh tahun. Kalian semua sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Sesungguhnya, sejak kalian menjadi relawan hingga kini, berapa banyak orang yang telah kalian bimbing? Saat menyalurkan bantuan bencana ataupun membantu warga kurang mampu, kalian benar-benar tidak melekat pada "pemberi", "penerima", dan "yang diberi". Ini adalah kondisi batin tertinggi dalam ajaran Buddha.

Sebanyak apa pun ajaran Buddha dibabarkan, semua berpulang pada praktik melepas dan pemahaman atas kekosongan Lima Agregat. Ini memang mudah diucapkan. Bukan hanya itu, rupa, perasaan, persepsi, dorongan, dan kesadaran kita setiap hari terus bersentuhan dengan kondisi luar. Saat melihat orang yang menderita, kita tidak pernah berhenti membantu mereka. Di mana pun dan kapan pun kondisi darurat terjadi, begitu mendapat berita, kita selalu bergerak.

Di lokasi kejadian, kita tentu bisa merasakannya. Tak peduli kapan pun hal itu terjadi, semua orang segera bergerak. Mengingat masa lalu, saya sering berkata kepada kalian agar tidak melupakan sejarah dan kisah yang telah diukir oleh semua orang. Kisah yang kalian ingat, pengalaman yang pernah kalian dapat, orang-orang yang pernah kalian temui, sesungguhnya ada berapa banyak? Berapa banyak pula orang yang tersentuh oleh kalian?


Melihat penderitaan orang lain, kita turut berempati. Kita turut merasakan penderitaan mereka dan merasa tidak sampai hati. Semua ini pernah kalian rasakan dan lalui sehingga kalian mengerti cara membawa kebahagiaan. Contohnya di Indonesia, pada tahun 1998, saya hanya mengatakan sepatah ucapan. "Hanya cinta kasih yang bisa melenyapkan bencanadan menyembuhkan luka. Untuk meredam kekacauan yang ada, kalian harus segera memberikan cinta kasih. Kalian harus bersumbangsih dengan tulus, sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat."

Terhadap orang yang kekurangan, bagaimana kita membantu mereka? Kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dan penuh rasa hormat. Para insan Tzu Chi Indonesia yang juga adalah pengusaha sejak awal begitu bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Keempat semangat ini sungguh-sungguh mereka praktikkan. Hingga kini, mereka terus mengemban misi Tzu Chi dan tidak pernah mengaku berjasa.

Saat berbagi cerita, mereka selalu menyampaikan rasa terima kasih kepada para relawan lain yang membuat semuanya dapat terwujud. Mereka tidak membanggakan diri sendiri. Setiap orang bersumbangsih tanpa ego demi mewujudkan pencapaian bersama. Mereka semua sangat harmonis, bersatu hati, dan saling mengasihi.

Kita juga mendengar relawan Tzu Chi Taiwan sering mengunjungi lembaga pemasyarakatan. Begitu relawan menghubungi pihak lapas, pihak lapas sangat menyambut baik kehadiran para relawan ke sana.

Dengan semangat Bodhisatwa Ksitigarbha, para relawan membimbing para narapidana. Para relawan bertekad untuk menginspirasi dan membimbing mereka lewat kegiatan yang mengajarkan pentingnya berbakti dan berbuat kebajikan. Ini dapat menginspirasi banyak orang.


Mereka dapat becermin, melihat diri sendiri, dan berintrospeksi atas masa lalu mereka. Mereka dapat menyadari kesalahan masa lalu mereka. Karena itu, setelah kegiatan berakhir, mereka juga bisa berbagi cerita dan mengutarakan isi hati mereka. Para relawan juga mendorong mereka untuk menggenggam kesempatan untuk berbuat baik. Saya sangat bersyukur. Para relawan bahkan bisa membimbing para narapidana untuk memperbaiki diri. Jika mereka dapat dibimbing dengan baik, ini sama dengan menolong masyarakat.

Terhadap orang yang tidak kita kenal, kita dapat mengembangkan cinta kasih dan welas asih. Cinta kasih agung bebas dari penyesalan; welas asih agung bebas dari keluh kesah; sukacita agung bebas dari kerisauan; keseimbangan batin agung bebas dari pamrih. Namun, selain itu kita juga harus memperhatikan saudara se-Dharma.

Saya merasa banyak relawan Tzu Chi yang usianya tak jauh berbeda dari saya kini sudah lebih jarang berkegiatan. Kalian yang usianya juga tak berbeda jauh dari saya, atau yang seusia dengan saya, atau kalian yang bahkan lebih tua dari saya, tetapi masih aktif berkegiatan hendaknya berbicara kepada mereka, "Master terus menyerukan agar kita tetap merasa baru berusia 30 atau 40 tahun."

Saya sendiri juga "menyimpan" 50 tahun sehingga usia saya bagaikan baru 30-an tahun. Inilah cara saya memotivasi diri sendiri. Saya "menyimpan" 50 tahun. Namun, saat berusia 30-an tahun, saya sedang berjuang menjalankan Tzu Chi dalam kondisi yang serba sulit dan terbatas.

Saat itu Tzu Chi baru dimulai. Saat saya singgah di Taichung,  sekelompok relawan senior datang dan berikrar kepada saya, "Master, kami akan terus menjalankan pendampingan warga lansia di komunitas. Kami tak mau jadi orang yang harus didampingi atau dirawat oleh orang lain. Kami akan saling memperhatikan antarsaudara se-Dharma." Pendampingan saudara se-Dharma di Taichung dan Taoyuan merupakan teladan dan dijalankan dengan sangat baik.

Program pendampingan bagi relawan lansia dimulai di Taoyuan. Para relawan Tzu Chi memberi perhatian  kepada para relawan lansia yang anak cucunya tinggal di kota lain. Saat mereka sakit atau harus dioperasi, para relawan mendampingi dan mengantarkan mereka ke rumah sakit. Saat anak cucu mereka sibuk dan tak dapat mengantar mereka ke RS, mereka tak perlu khawatir karena ada keluarga besar Tzu Chi yang mendampingi dan merawat mereka. Ini sungguh mengharukan.


Saya berharap kalian semua dapat bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Jasa para relawan senior bagi Tzu Chi sungguh tak dapat diabaikan. Selama mereka adalah bagian

dari keluarga besar Tzu Chi, kita tak boleh membiarkan mereka kesepian. Kita harus membuat mereka merasa bahwa mereka masih memiliki keluarga besar. Selama mereka masih bisa berkegiatan, kita harus mendorong mereka untuk lebih banyak bergerak dan berkegiatan agar tubuh dan batin mereka selalu sehat.

Bodhisatwa bersumbangsih tanpa kemelekatan
Mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Membangun keteladanan dalam perhatian bagi saudara se-Dharma
Bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 November 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 November 2018
Editor: Khusnul Kotimah

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -