Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati dan Membina Keharmonisan untuk Menjadi Teladan

 “Saya merupakan relawan generasi kedua. Ibu saya adalah Jing Shi dengan nomor komite 88. Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, kondisi ekonomi Taiwan tidak begitu baik. Berbuat baik juga hal yang jarang ditemui. Namun, beliau sangat mengasihi Master. Saat itu, alat transportasi juga terbatas. Jadi, beliau naik angkutan umum dan berjalan kaki. Tidak peduli sejauh apa pun dan tidak peduli cuaca baik atau buruk, beliau selalu pergi ke rumah donatur untuk mengumpulkan donasi setiap bulan. Ibu saya tak hanya mengumpulkan donasi di luar. Meski saat itu keluarga kami tidak termasuk kaya, tetapi ibu dan ayah saya berusaha untuk bersumbangsih sebagai komisaris kehormatan. Mereka melakukan ini bukan demi apa-apa, hanya demi membantu Master Cheng Yen membangun  rumah sakit untuk menolong orang yang membutuhkan. Dari donatur ibu, saya mendengar bahwa ibu saya pernah berkata, ’Jika kita menolong sesama, kita jugalah yang akan menuai hasilnya’. Beliau juga berkata bahwa jika satu orang menyumbangkan segayung air, maka 10 orang dapat mengumpulkan sebejana air. Karena itulah, para donatur ibu saya masih terus berdonasi hingga kini,” Kata Chen Li-juan, relawan Tzu Chi.

Jing Shi merupakan murid saya yang baik. Pada masa-masa awal berdirinya Tzu Chi, saat saya ingin mendirikan rumah sakit, dia benar-benar bersumbangsih dengan sepenuh hati. Perilakunya, wajahnya, dan gerak-geriknya masih terbayang di dalam benak saya. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh.  Para anggota Tim He Xin merupakan relawan senior. Saat membicarakan relawan senior yang sudah meninggal dunia, relawan senior lain tetap sangat merindukan mereka. Seperti inilah keluarga besar Tzu Chi. Sulitkah untuk bersatu hati? (Tidak sulit) Sulit tidak? (Tidak sulit) Benarkah tidak sulit? (Benar) Baik, saya yakin asalkan ada tekad, tidak ada hal yang sulit. Jika kita semua memiliki tekad yang sama, kita pasti bisa bersatu hati. Berhubung memiliki arah tujuan yang sama maka tidak akan ada perselisihan sehingga kita dapat memiliki kesatuan hati. Begitu pula dengan keharmonisan. Bagaimana cara menciptakan keharmonisan? Kita harus sungguh-sungguh membinanya. Keharmonisan merupakan penampilan luar, sedangkan kesatuan hati terdapat di dalam hati. Kesatuan hati merupakan sebuah kebenaran yang tidak berbentuk. Kesatuan hati tidak terlihat. Meski demikian, jika kita bisa menuju arah yang sama, melakukan hal yang sama, dan berinteraksi satu sama lain dengan penuh sukacita, bahagia, dan damai, maka itulah kesatuan hati. Namun, keharmonisan bisa terlihat dengan jelas. Ada orang yang memiliki hati yang sangat baik, tetapi nada bicara mereka kurang baik karena sudah terbiasa seperti itu. Mereka mungkin menganggap nada bicara mereka yang kurang baik itu sebagai kejujuran. tetapi orang lain mungkin merasa sakit hati karena perkataan mereka. Jadi, keharmonisan pun tidak tercipta. Dengan berbicara saja, kita sudah melukai hati orang lain, bagaimana bisa menciptakan keharmonisan? Berbicaralah dengan suara yang lembut dan ekspresi wajah yang ramah. Suara yang lembut dan ekspresi wajah yang ramah membuat orang-orang yang melihat kita merasa penuh sukacita. Jika bisa demikian, maka saat bertemu, semua orang akan merasa penuh sukacita.

Ekspresi wajah yang ramah dan suara yang lembut, inilah keharmonisan yang sesungguhnya. Untuk menciptakan keharmonisan seperti ini, kita harus membangkitkan kebajikan yang paling tulus. Jika bisa demikian, berarti kita mengikuti prinsip kebenaran. Jadi, kesatuan hati dan keharmonisan harus disatukan. Kita harus membangkitkan kebajikan tertulus, baru bisa menyelamatkan semua makhluk sesuai prinsip kebenaran. Jadi, dengan kesatuan hati yang tulus, kita baru bisa menyelamatkan semua makhluk. Jika kita sudah bersatu hati dan harmonis, bisakah kita tidak saling mengasihi? Kesatuan hati, keharmonisan, dan sikap saling mengasihi merupakan satu kesatuan. Hati kita sudah begitu dekat. Kita juga begitu saling memahami dan begitu kompak. Jadi, tentu saja kita semua saling mengasihi. Jika semua orang saling mengasihi maka tidak ada yang perlu berhati-hati atau mencurigai orang lain. Semua orang bisa saling percaya dan mengandalkan satu sama lain. Inilah manusia. Aksara “ren” (manusia) seperti ini, benar tidak? Dilihat dari sisi saya, ini adalah “ru” (masuk). Dilihat dari sisi kalian, ini adalah “ren” (manusia). Jadi, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Kalian harus menyerap Dharma ke dalam hati dan saling mengasihi. Dengan saling mengasihi, kita dapat mendalami Dharma dengan hati yang damai. kita dapat mendalami Dharma dengan hati yang damai. Jika hati kita penuh sukacita setiap hari maka kita tidak akan sulit meninggalkan tempat tidur karena cuaca yang sangat dingin. Kita akan merasa penuh sukacita dan damai sehingga dapat menyemangati satu sama lain untuk mendengar Dharma.

Anggota Tim He Xin (Bersatu Hati), He Qi (Ramah Tamah), dan Hu Ai (Saling Mengasihi) selalu menunggu saya untuk bersama-sama mendalami Dharma. Jadi, kita mendalami Dharma dengan hati yang damai. Saat timbul niat untuk mendengar Dharma saja, kita sudah sangat gembira. Saat berpikir untuk menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari, kita juga akan merasa damai dan tidak terbebani. Meski masih harus mendengar Dharma di tengah kesibukan sehari-hari kita, tetapi kita tidak terbebani, malah tekanan batin kita dapat berkurang. Dengan adanya Dharma di dalam hati, kita bukan hanya tidak terbebani, tetapi juga merasa sangat damai. Jadi, kita harus saling mengasihi agar dapat mendalami Dharma dengan hati yang damai. Selain saling mengasihi, kita juga harus bergotong royong. Jadi, bergotong royong membuat kita merasa tenang dan dapat mengatasi segala rintangan. Jika kita dapat mengerahkan tenaga untuk saling membantu, apa lagi yang bisa menghalangi kita? Singkat kata, kesatuan hati dan keharmonisan bagaikan sepasang tangan manusia dan bagaikan sepasang sayap pada burung yang membuat mereka bisa terbang. Burung bisa terbang jauh jika memiliki sepasang sayap yang sehat. Prinsip ini juga berlaku bagi tangan manusia. Saya berharap semua orang dapat bersatu hati dan membina keharmonisan. Agar dapat bersatu hati, kita harus membangkitkan ketulusan dari lubuk hati kita. Dengan memiliki hati yang tulus tanpa pamrih, barulah kita bisa membimbing semua makhluk dengan Dharma. Bersatu hati berarti dapat memahami satu sama lain. Kalian semua memahami bahwa saya memiliki hati yang sangat tulus. Sejujurnya, saya tidak memiliki kelebihan lain selain ketulusan. Saya sangat tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. semuanya sudah saya capai. Saya berharap setiap orang dapat membangkitkan ketulusan untuk bersatu hati sehingga dapat menyelamatkan semua makhluk dengan Dharma.

Bersatu hati dengan tulus untuk menyelamatkan semua makhluk

Membina keharmonisan dengan sesama sesuai prinsip kebenaran

Saling mengasihi agar dapat mendalami Dharma dengan hati yang damai

Bergotong royong untuk memperoleh ketenangan dan mengatasi semua rintangan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 januari 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 Januari 2016
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -