Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati Menyucikan Hati Manusia

Relawan Tzu Chi Shanghai: Kami semua murid Jing Si Shanghai berikrar dengan hati yang tulus: kami akan saling bergandengan tangan dan bersatu hati untuk mengembangkan hati Buddha dan menjalankan tekad Guru.

Relawan Tzu Chi Huaxi: Semua murid dari Huaxi akan mengemban misi Tzu Chi, menggalakkan semangat celengan bambu, bersungguh hati mewariskan tradisi Jing Si, dan mengikuti Master mendalami Dharma. Semua murid dari Huaxi akan mengikuti jejak langkah Master. 

Relawan Tzu Chi Shandong: Sulit untuk bertemu dengan Master, tetapi kami sudah bertemu Master yang mengajarkan ajaran Jing Si. Menapaki jalan Bodhi dengan hati Buddha dan tekad Guru, bekerja sama dengan harmonis di Shandong.


Sejak bergabung dengan Tzu Chi serta membangun ikrar dan tekad luhur hingga sekarang, saya yakin kalian telah melangkah dengan mantap. Setiap langkah kalian sangat mantap. Saya percaya setiap orang dari kalian membangun ikrar dan tekad dengan tulus. Terlebih lagi, melihat kalian giat menghirup keharuman Dharma di pagi hari, saya sungguh terharu.

Dimulai dari Hangzhou, Tiongkok, kita dapat melihat setiap orang sangat tekun dan bersemangat mendengar Dharma. Saat kembali ke Taiwan pada bulan Agustus lalu, mereka memperlihatkan kepada saya buku catatan mereka saat mendengar ceramah pagi. Salah satunya adalah Nenek Wu Huixian.

Nenek Wu Huixian sudah berusia 70 tahun lebih. Namun, ketahuilah bahwa tulisannya sangat kecil. Untungnya, mereka menyediakan sebuah kaca pembesar untuk saya. Dengan kaca pembesar, saya dapat melihat setiap karakter dan goresan dengan sangat jelas. Lihatlah, meski sudah berusia 70 tahun lebih, tetapi dia sangat bersungguh hati. Dia menulis dengan mata hati, bukan dengan indra penglihat.

Saya sempat berpikir mengapa dia dapat memahami dialek Taiwan saya. Akhirnya baru diketahui bahwa ternyata ada seorang relawan di Shanghai yang mentranskripsikan setiap kata yang saya ucapkan pada saat ceramah pagi. Karena itulah, relawan lain dapat mendengar sambil melihat teks. Demikianlah cara mereka mendengar ceramah pagi. Jika tidak berkonsentrasi penuh, bagaimana mereka dapat memahaminya?

Kali ini, saat mendengar mereka berbagi kesan, setiap kata mereka mengandung Dharma. Dari sini terlihat bahwa mendengar Dharma sangat penting. Tadi kita juga mendengar Nenek Wu berbagi pengalamannya.

“Di tahun 2013, saya memiliki 10 keluarga donatur. Di tahun 2014, saya memiliki 100 keluarga donatur. Setengah tahun pertama di 2015, saya memiliki 200 keluarga donatur. Sekarang saya memiliki 584 keluarga donatur. Angka hanyalah satuan dalam hitungan. Tujuan kami bukan menggalang keluarga donatur sebanyak mungkin, melainkan merekrut Bodhisatwa dunia guna membimbing mereka menapaki Jalan Bodhisatwa  dan mengikuti jejak langkah Master. Inilah yang sungguh-sungguh harus kita lakukan. Baik, selanjutnya saya akan berikrar. Saya masih mau berikrar. Di tahun 2016, saya akan merekrut 5 anggota komisaris kehormatan. Saya juga akan merekrut 500 keluarga donatur seperti harapan Master kepada saya. Saya akan mencapainya. Setelah itu, saya akan merekrut 500 keluarga donatur lain. Saya juga akan berani memikul tanggung jawab. Hanya dengan memikul tanggung jawab, baru saya dapat berkembang.”

“Kehidupan ini tidak kekal. Tahun ini saya sudah berusia 73 tahun. Namun, karena ada Master di dalam hati, pelita batin saya selalu terang. Karena ada Master di dalam hati saya, saya dapat melakukan apa pun tanpa ada kesulitan. Terima kasih, semuanya. Kini, dia sudah memiliki 584 keluarga donatur,” sambungnya.

Dia kembali berikrar bahwa tahun depan jumlah donaturnya akan mencapai lebih dari 1.000 keluarga. Asalkan ada tekad, maka akan ada kekuatan. Tak ada hal yang tidak mungkin. Kita juga mendengar bahwa tujuan utama kita bukanlah menggalang dana, yang terpenting adalah menggalang hati. Untuk menjadi Bodhisatwa dunia, kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menyucikan hati manusia.

Dengan terjun ke tengah masyarakat, baru kita berkesempatan untuk menyucikan hati manusia. Setelah mendengar pandangan hidup mereka. Setelah mendengar pandangan hidup mereka dan pola pikir mereka terhadap hal-hal di dunia, baru kita berkesempatan berbagi nilai Tzu Chi dengan mereka.

Menggalang dana juga merupakan bentuk pelatihan diri untuk melihat apakah kita memiliki keberanian dan semangat untuk terjun ke tengah umat manusia guna membimbing dan menginspirasi sesama. Tujuan kita bukan demi menggalang dana. Saya sangat terharu mendengar Nenek Wu yang bertekad untuk merekrut anggota komisaris kehormatan. Menginspirasi orang yang berada untuk ikut berdana, ini juga sangat penting. Namun, yang terpenting adalah menggalang hati.

Nenek Wu bertekad untuk merekrut 1.000 keluarga donatur. Jika di dalam satu keluarga terdapat 3 orang, maka donaturnya sudah 3.000 orang. Demikianlah dari satu benih tumbuh menjadi tak terhingga. Jangan kita berkata cukup 1 orang dalam 1 keluarga yang menjadi donatur. Jika di dalam satu keluarga terdapat 5 orang, maka 5 orang tersebut dapat bersama-sama menanam benih berkah dan menjalin jalinan jodoh baik. Dengan begitu, baru kita berkesempatan untuk berbagi tentang Tzu Chi dengan banyak orang.

Dengan adanya interaksi, baru kita berkesempatan untuk berbagi tentang semangat Bodhisatwa dunia. Tanpa adanya interaksi, kita tak dapat melakukannya. Buddha datang ke dunia demi memberi tahu kita bahwa setiap orang memiliki cinta kasih yang setara dengannya. Semua orang memiliki hati Buddha. Kita harus bertekad untuk mencapai kebuddhaan kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa.

Bodhisatwa menginspirasi orang yang tak terhingga untuk bersumbangsih. Penggalan Sutra Makna Tanpa Batas berbunyi, “Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih.” Hari ini kalian telah dilantik. Mulai dari sekarang, kalian harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan tekad Guru sebagai tekad sendiri serta menapaki Jalan Bodhisatwa  bersama saya. Bisakah kalian melakukannya? (Bisa) Saya yakin kalian dapat melakukannya.

Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan melakukan kebaikan setiap hari, Dengan melakukan kebaikan setiap hari, berarti kita sudah menapaki Jalan Bodhisatwa. Dahulu, mungkin kalian hanya melakukan kebaikan pada saat ingin melakukannya, tetapi mulai dari sekarang, kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ini sangat penting.

Setelah dilantik hari ini, kalian harus memiliki hati Bodhisatwa pada setiap saat. Saya berharap setiap orang yang dilantik hari ini, tak peduli di mana pun kalian berada, dapat membangkitkan tekad untuk menyucikan hati manusia dan membangkitkan cinta kasih. Kita harus memperluas cinta kasih hingga ke seluruh dunia. Inilah tekad kita bersama.

Bodhisatwa sekalian, saya akan selalu mengingat hal-hal yang kalian bagikan hari ini. Hal-hal yang belum dibagikan, saya dapat merasakannya dalam hening. Harap kalian dapat lebih sering pulang ke Taiwan. Jika tidak memiliki waktu untuk pulang, kalian dapat menonton program Da Ai TV dan bertemu dengan saya setiap hari. Hubungan di antara kalian dan saya jangan pernah terputus.

Mari kita membentangkan jalan dengan penuh cinta kasih dan menghubungkan jalan-jalan yang sudah terbentang agar ia dapat melingkari seluruh dunia. Bisakah kalian melakukannya? (Bisa) Saya mendoakan kalian semua. Jika ada waktu, sering-seringlah pulang ke kampung halaman batin di Taiwan. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Membangkitkan tekad dan ikrar luhur untuk menapaki Jalan Bodhisatwa

Bertekad untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain

 Memiliki tekad yang sama dengan Guru

 Bersatu hati untuk menyucikan hati manusia

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 November 2015

Membangkitkan tekad dan ikrar luhur untuk menapaki Jalan Bodhisatwa

Bertekad untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain

 

Memiliki tekad yang sama dengan Guru

 

Bersatu hati untuk menyucikan hati manusia
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -