Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati untuk Mengemban Misi Tzu Chi di Indonesia

“Murid-murid Master di Indonesia berikrar kepada Master. Kami akan memegang teguh tekad dan ajaran kebenaran; bersatu hati untuk melakukan tindakan bersama; giat menjalankan ajaran Jing Si dan mempraktikkan mazhab Tzu Chi di tengah masyarakat. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Terima kasih, Master.”

Saya telah merasakan dan menerima banyak persembahan dari kalian.

Kalian melakukan ini dengan hati yang sangat tulus. Saya hanya mengucapkan kata-kata dan nasihat dengan ringan, tetapi murid-murid saya menempuh usaha yang panjang untuk mempraktikkannya dengan mantap. Saya sangat berterima kasih untuk ini. Kalian semua mengingat perkataan saya di dalam hati dan mempraktikkannya serta mengembangkan cinta kasih kalian untuk memberi manfaat bagi orang yang menderita di dunia.

Setiap orang memiliki kemampuan dan kelebihan masing-masing. Saya ambil contoh Liliawati Rahardjo. Beliau menjalankan usaha yang sangat besar dan sangat teliti. Misalnya, beliau menggalakkan semangat celengan bambu dengan bersungguh hati. Beliau juga mempromosikan mi DAAI. Beliau melakukan ini tanpa mengambil keuntungan. Beliau menyumbangkan peralatan yang diperlukan agar orang yang berpenghasilan rendah dapat menjual mi DAAI. Beliau sangat teliti dan mempromosikan mi DAAI dengan tindakan nyata.

 

Setelah mendengar kisahnya, saya sangat berterima kasih. Kalian telah memengaruhi masyarakat di Indonesia dengan merendahkan hati dalam menjalankan Tzu Chi dan menginspirasi banyak orang di masyarakat untuk melakukan banyak hal. Mengenang kembali masa lalu, misi Tzu Chi di Indonesia dimulai dari beberapa istri pengusaha dari Taiwan. Saya sering mengungkit tentang beberapa istri pengusaha dari Taiwan itu.

Saya masih ingat bahwa pada tahun 1993, relawan kita, Liang Qiong, pergi ke Indonesia. Kemudian, Su-mei dan beberapa relawan lainnya mulai berbagi Tzu Chi dengan orang lain. Mereka mulai mengembangkan kekuatan cinta kasih dan berkumpul untuk memperkenalkan Tzu Chi guna menginspirasi lebih banyak orang untuk menjadi donatur Tzu Chi. Mereka juga melakukan kunjungan kasih ke panti asuhan dan lain-lain.

Ketika mereka kembali ke Taiwan dan bertemu dengan saya pada tahun 1994, saya berpesan kepada mereka, "Bernaung di langit Indonesia dan berpijak di tanah Indonesia, kalian harus berkontribusi bagi masyarakat setempat." Kalian telah aktif menjalankan misi amal, melakukan kunjungan kasih ke panti jompo dan panti asuhan secara berkala, serta membantu orang kurang mampu dan sakit. Kalian juga telah memberikan bantuan darurat kepada korban bencana, memberikan beasiswa kepada siswa yang membutuhkan, dan memberikan bantuan pengobatan.

Pada saat itu, misi Tzu Chi di Indonesia dijalankan oleh Su-mei dan beberapa relawan perempuan. Pada tanggal 28 September 1997, kita mendirikan Kantor Perwakilan Tzu Chi di Indonesia. Itu adalah tahun di mana Su-mei mulai mengemban tanggung jawab atas misi Tzu Chi di Indonesia. Seperti itulah misi Tzu Chi di Indonesia dijalankan oleh sekelompok relawan itu hingga saat ini.

 

Pada saat itu, banyak pengusaha Taiwan yang kembali ke Taiwan. Namun, Su-mei tetap tinggal di Indonesia dan terus menjalankan Tzu Chi dengan teguh. Seiring semakin bertambahnya relawan, kita secara resmi mendirikan Kantor Cabang Tzu Chi Indonesia pada tanggal 27 September 1999. Ketika terjadi peristiwa Mei 1998 di Indonesia, Su-mei, Wen Yue, dan Franky kembali ke Griya Jing Si dan bertanya kepada saya apa yang harus dilakukan. Semua orang tahu betapa seriusnya situasi saat itu.

Pada saat itu, saya berkata kepada mereka, "Hanya cinta kasihlah yang dapat melenyapkan rasa dendam dan benci." Pada saat itu, kita mulai melakukan perencanaan untuk mengadakan pembagian beras dll. Sejak tahun itu, kita mulai mengadakan pembagian beras. Saya sangat berterima kasih kepada Franky dan yang lainnya yang telah menggunakan metode perencanaan profesional sehingga penyaluran bantuan dapat berjalan dengan aman dan tenteram.

Pada saat itu, kita terlebih dahulu membagikan beras kepada lebih dari 30.000 keluarga TNI dan polisi. Kemudian, baru membagikan beras kepada warga. Itulah yang mereka lakukan pada saat itu. Ini juga merupakan bagian dari sejarah Tzu Chi. Itu adalah masa ketika Indonesia mengalami masa sulit. Kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih. Jika tak bersumbangsih dengan cinta kasih, kita tak dapat menyembuhkan luka mereka.

Jadi, saya ingin semua orang mengerti bahwa hanya cinta kasihlah yang dapat melenyapkan rasa dendam dan benci. Para relawan di Indonesia pun mulai mempraktikkannya. Seperti itulah para relawan di Indonesia menenangkan warga. Hanya cinta kasih yang tuluslah yang dapat benar-benar  menyembuhkan luka di hati warga.

 

Kini, Indonesia telah menjadi negara yang sehat dan makmur. Semuanya ada sebabnya. Jadi, kita jangan melupakan tekad awal kita walaupun kita telah memperingati ulang tahun Tzu Chi Indonesia yang ke-25. Pada masa-masa awal Tzu Chi Indonesia, beberapa istri pengusaha dari Taiwan telah bekerja keras selama 4 atau 5 tahun untuk memantapkan langkah di Indonesia.

Dalam waktu 20 tahun, para relawan ini telah membawa pengaruh signifikan bagi masyarakat Indonesia. Kalian telah menjalankan Tzu Chi dengan sungguh-sungguh. Jadi, saya sangat berterima kasih. Ini semua adalah catatan sejarah. Kita menjadi saksi bagi zaman ini dan menulis sejarah bagi umat manusia.

Empat Misi Tzu Chi telah dijalankan dengan mantap di Indonesia. Misi amal dijalankan dengan begitu baik. Misi kesehatan terus berkembang dan melindungi orang yang kurang mampu atau sakit. Kini, Tzu Chi Indonesia sedang membangun rumah sakit besar. Mengenang masa lalu, kita tidak menunggu jalan sudah rata untuk mulai berjalan. Relawan Tzu Chi bersedia mengemban tanggung jawab untuk membuka jalan. Kini, jalan sudah dibuka. Yang dibutuhkan ialah kesatuan hati semua orang untuk meratakan jalan ini.

 

Mendengar Dharma dan menyerapnya ke dalam hati serta mempratikkannya

Beberapa istri pengusaha dari Taiwan menjalankan Tzu Chi di Indonesia dengan teguh

Benih-benih relawan menghimpun cinta kasih

Menjadi pembuka jalan dan saksi bagi zaman ini

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 April 2019

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -