Ceramah Master Cheng Yen: Bersukacita Mengemban Tanggung Jawab untuk Membawa Manfaat bagi Dunia


“Tim konsumsi di Houli pasti juga dirindukan oleh semua orang. Di Kantor Perwakilan Tzu Chi Houli, kami memperlakukan semua relawan bagai keluarga sendiri. Master berkata bahwa ini adalah sebuah ladang pelatihan Bodhisattva. Karena itu, setiap relawan datang dengan jiwa dan raga yang murni untuk mengikuti persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar. Dengan rasa hormat dan ketulusan tertinggi, kami mendukung 5.000 relawan mengikuti persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar,”
kata Tu Shu-min relawan Tzu Chi.

“Selama empat bulan ini, kami menyiapkan makanan dan minuman, melakukan pembersihan, mengatur lalu lintas, dan lain-lain. Kami bersyukur kepada Master yang memberi kami kesempatan untuk bersumbangsih,” pungkas Tu Shu-min.

Saya ingin mengungkapkan rasa syukur kepada kalian. Setiap tim terdiri atas banyak anggota dan setiap orang menunaikan tanggung jawab masing-masing. Meski tugas kalian sangat kompleks, tetapi dengan kesungguhan hati, itu menjadi sangat sederhana. Ini karena kalian mengemban tanggung jawab dengan sukarela. Meski mengemban misi yang berat, kalian selalu menjalankannya dengan sukacita. Inilah yang disebut pahala.

Saya telah berulang kali mengatakannya dari lubuk hati saya. Berhubung telah bekerja keras untuk membawa manfaat bagi masyarakat dengan sukacita dan terus-menerus, kalian telah menciptakan pahala dan memperoleh pencapaian. Saat setiap hal yang kita lakukan membawa manfaat bagi orang lain, barulah kita benar-benar menciptakan pahala. Yang kita peroleh ialah pahala yang kita ciptakan.

Kita hendaknya melakukan kebajikan yang dapat tersimpan dalam ingatan kita dan makin dikenang makin jelas. Kebajikan sungguh patut diingat. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati serta meyakini, menerima, dan mempraktikkannya. Untuk memahami Dharma, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Contohnya, pada masa Gempa 921, Tzu Chi menjalankan Proyek Harapan untuk membantu pembangunan kembali banyak gedung sekolah di wilayah tengah Taiwan.


“Gempa 921 telah berlalu hampir 24 tahun. Murid-murid kita pun telah terjun ke berbagai bidang. Mereka menunaikan kewajiban mereka dan berusaha untuk memancarkan kecemerlangan di tengah masyarakat. Hari ini, ada 10 murid, 6 orang tua murid, dan 12 guru yang datang ke sini untuk bersyukur kepada Master. Berkat Master, mereka dapat kembali bersekolah dengan tenang,”
kata Cai Su-fen Anggota Asosiasi Guru Tzu Chi.

“Saat membahas Gempa 921, yang saya ingat dengan jelas ialah pascagempa, kami belajar di dalam tenda. Saat itu, cuaca sangatlah panas. Setiap hari, kami bermandi keringat saat belajar,” kata Xu Jia-yun Alumnus SD Ruicheng, Taichung.

Saat itu, karena tidak tega melihat kondisi kalian, kami pun mulai membantu pembangunan gedung sekolah. Kini, kalian telah dewasa dan penuh pencapaian. Apa yang kami lakukan saat itu tidak sia-sia.

“Saya adalah alumnus SD Pinghe. Saya masih ingat guncangan saat Gempa 921. Saya sangat bersyukur kepada Kakek Guru yang membantu pembangunan SD Pinghe. Saya masih ingat dengan jelas bahwa setiap hari wali kelas saya menyalin Kata Renungan Jing Si di papan tulis dan mengajarkannya pada kami. Saya pernah mengikuti kelas budi pekerti saat SD, juga pernah menjadi anggota Tzu Ching. Kini, saya kembali untuk mengikuti pelatihan relawan,” kata Hong Wen-qi Alumnus SD Pinghe, Nantou.

Kita mendengar tentang Proyek Harapan pascagempa 921. Mengenang masa-masa itu, saya tetap sangat sedih. Saat itu, begitu melihat kondisi bencana, saya pun memutuskan untuk meminta bantuan kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia. Saat itu, ada relawan di belasan negara yang menggalang dana untuk membantu. Selain itu, juga ada relawan yang kembali ke Taiwan untuk mendukung pelaksanaan Proyek Harapan. Inilah yang terjadi saat itu.


Kini, mendengar murid-murid yang dahulu bersekolah di sekolah yang pembangunannya dibantu oleh kita telah lulus dan memiliki pencapaian di tengah masyarakat, saya sangat sukacita dan merasa bahwa kita telah mengembangkan nilai kehidupan. Saya selalu mengimbau orang-orang untuk mengembangkan nilai kehidupan. Tidak mudah untuk terlahir sebagai manusia. Dunia ini penuh dengan ketidakkekalan. Apa yang perlu diperhitungkan? Yang terpenting ialah menggenggam waktu yang ada.

Kini, saya sangat bersyukur pascagempa 921 pada lebih dari 20 tahun yang lalu, insan Tzu Chi segera menggenggam jalinan jodoh untuk menyalurkan bantuan. Bantuan bukan hanya datang dari Taiwan, melainkan dari berbagai negara. Saya sungguh sangat bersyukur. Adakalanya, ada orang yang berkata, "Tzu Chi selalu menyalurkan bantuan ke luar negeri. Mengapa tidak menyalurkan bantuan di Taiwan?" Saya selalu berkata, "Kita dapat hidup sehat dan tenteram serta menolong orang lain, bukankah ini merupakan berkah?" Jadi, saya berharap setiap orang dapat segera bergerak untuk bersumbangsih di mana pun orang yang membutuhkan berada.

Antara membantu orang lain dan meminta bantuan orang lain, manakah yang akan kita pilih? Tentu membantu orang lain. Hal yang patut disyukuri sangatlah banyak. Ada banyak relawan yang bersumbangsih dengan tenaga. Saya tidak tahu di mana dana pembangunan kita, tetapi saya tahu di mana cinta kasih orang-orang. Asalkan ada cinta kasih, maka ada kekuatan. Hal yang saya syukuri sangatlah banyak.


Saya sangat sukacita melihat para kepala sekolah. Harapan dunia ini terletak pada pendidikan. Saya berharap para kepala sekolah dan guru dapat menjalankan pendidikan dengan baik. Dengan demikian, kita baru bisa membina insan berbakat serta membawa harapan bagi dunia dan masyarakat. Terima kasih. Ini adalah "Proyek Harapan". Dari generasi ke generasi, anak cucu kita juga akan memperoleh manfaat dari pendidikan. Intinya, mari kita bersumbangsih dengan kesungguhan hati. Ini adalah sejarah cinta kasih.

Waktu terus berlalu. Kita harus memperkukuh bumi tempat kita berpijak ini dengan cinta kasih. Kini, kita berharap iklim dapat bersahabat. Satu-satunya cara ialah setiap orang membina ketulusan. Kita harus mendidik anak-anak untuk melindungi Bumi dengan cinta kasih dan jangan merusaknya. Kita harus mendidik generasi penerus agar mereka tahu untuk mengasihi dan melindungi bumi dan sesama manusia. Jadi, hanya cinta kasihlah yang dapat menjaga kesehatan dan keselamatan semua orang.

Sukarela mengemban tanggung jawab dan merasa sukacita
Menciptakan pahala dengan membawa manfaat bagi Masyarakat
Menyerap dan mempraktikkan Dharma serta melindungi bumi
Membawa harapan dengan cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 04 September 2023
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -