Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih demi Menciptakan Keharmonisan

“Saya dibujuk dan "dibohongi" oleh Zheng Yang-qing untuk datang ke Hualien. Saya pikir, berhubung sudah duduk di kereta dan sudah datang kemari, ikuti saja alurnya. Akhirnya, selama selang waktu ini, saya terus meneteskan air mata dan tak berani memperlihatkannya pada orang lain. Yang paling membuat saya terharu ialah bahkan orang yang sudah meninggal pun masih dapat membawa manfaat dengan mendonorkan tubuh. Ini membuat saya sangat terharu. Jadi, saya berkata kepada Kakak Zheng bahwa saya ingin berjanji di hadapan Master untuk mendonorkan tubuh. Boleh? (Boleh)” tutur Fu Yi-xin, seorang pengusaha.

“Dahulu saya sangat bodoh. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya baru memahami ternyata kita harus melakukan langsung dan terjun ke masyarakat. Jika tidak, kebijaksanaan tak akan tumbuh. Jadi, saya memutuskan untuk ikut pelatihan tahun ini. Dia adalah istri saya, Hong Rui-ling. Saya berharap kami dapat bersama-sama dilantik sebagai anggota komite tahun depan. Kami berharap dapat lebih cepat menjadi murid Master yang baik,” kata Zheng Hong-cheng, yang juga seorang pengusaha.

 

Bodhisatwa sekalian, sesungguhnya, dalam kehidupan ini, besar atau kecil usaha kita, yang terpenting ialah pikiran. Pikiran ini tidak dibedakan ringan atau beratnya, juga tidak dapat ditimbang besar atau kecilnya. Namun, pikiran inilah yang terpenting. Meski Anda bersusah payah untuk mencari dan menghasilkan uang, adakalanya batin merasa kosong. Benar. "Saya bekerja begitu keras, apa tujuannya?" "Saya begitu bersusah payah, berapa banyak yang ingin saya hasilkan?" Begitulah manusia.

Saya sering mengatakan bahwa semakin besar nafsu keinginan manusia, semakin besar pula penderitaannya. Saat memiliki satu, manusia selalu merasa kurang sembilan. Begitu diberi satu, kita selalu merasa kurang sembilan. Saat memiliki satu, kita seharusnya merasa puas. Namun, keinginan yang sedikit ini semakin lama semakin bertambah dan kita ingin memiliki lebih banyak lagi. Dari satu menjadi sepuluh, seratus, seribu, sepuluh ribu, seratus juta. Di atas seratus juta pun masih ada satu triliun.

Kita dapat merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Jika kita dapat berpikiran terbuka, angka-angka ini tak akan membawa masalah bagi kita. Sebaliknya, kita memiliki kekuatan untuk melakukan apa yang benar. Kita tidak lagi merisaukan berapa banyak harta yang kita miliki.

 

Belakangan ini saya terus bercerita tentang kisah segenggam beras di Myanmar. Mereka tidak punya uang untuk disumbangkan, tetapi mereka dapat menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak. Setelah mendengar kisah ini, saya memuji mereka. Ini perbuatan yang benar. Mereka tidak kelaparan, tetapi tetap dapat membantu orang lain. Ini sudah tepat. Gerakan ini menyebar ke seluruh desa.

Kini di desa itu, lebih dari seribu keluarga melakukan hal itu. Hasilnya mereka kumpulkan sebulan sekali. Warga desa itu juga kurang mampu, tetapi dapat menyisihkan segenggam beras untuk membantu sesama yang bahkan tidak memiliki segenggam beras pun. Para warga mengumpulkan beras yang mereka sisihkan untuk membantu sesama. Hasilnya, di desa tersebut, orang yang sangat kekurangan dapat memperoleh bantuan dan memiliki makanan untuk dimakan.

Saat beras yang terkumpul berlebih, mereka masih bisa membantu desa tetangga. Mereka tidak merisaukan jumlah atau angka. Sedikit pun tidak. Kini mereka hanya lebih bahagia. Mereka merasa kehidupan mereka juga bernilai karena mereka masih dapat menolong orang lain. "Master berkata kita tidak miskin." "Kita masih dapat menolong orang lain." Inilah kisah yang ada di Myanmar.

Myanmar juga merupakan negara Buddhis. Warga di sana meyakini hukum karma. Jadi, meski tidak memiliki banyak harta, asalkan mereka dapat bersumbangsih, mereka tetap bahagia. Kehidupan mereka pun berubah. Saya berharap kita tidak terlalu melekat pada jumlah harta, nama, keuntungan, dan kedudukan. Kita harus sungguh-sungguh melakukan apa yang harus dilakukan saat ini. Dengan begitu, batin akan bebas dari kerisauan.


Jika Anda adalah seorang jenderal, jalankan tugas dan kewajiban Anda. Tak peduli apakah Anda telah pensiun atau masih aktif menjabat, tak peduli seberapa tinggi pangkat Anda, hanya dengan merendahkan hati, barulah Anda dapat berada di sini dan duduk dengan tenang. Orang lain yang melihat Anda juga merasa tenang dan tidak merasa tertekan karena nama atau kekuasaan yang Anda miliki.

Di sini, Anda semua juga tidak memikirkan nama atau kedudukan. Karena itu, kita merasa damai dan bahagia. Kalian telah memandang semua makhluk dengan setara. Inilah jalan pembebasan yang sesungguhnya.

“Master berkata kepada kita bahwa beliau menggunakan tulangnya sebagai pena, darahnya sebagai tinta, dan kulitnya sebagai kertas untuk membantu para pengungsi Suriah. Tentu, kita semua adalah murid Master. Mendengar perkataan Master, kita berharap kita semua di seluruh dunia dapat membantu. Jadi, para relawan yang juga pengusaha mengadakan 18 sesi konser amal dan doa bersama. Dengan berbagai cara, kami menghimpun tetes-tetes cinta kasih dan mengantarkannya ke Turki untuk disampaikan kepada para pengungsi Suriah di sana. Kami ingin melapor kepada Master bahwa kami sangat bersyukur atas kesempatan ini. Kami sungguh menyadari berkah kami setelah melihat langsung penderitaan para pengungsi Suriah di sana,” ujar Pan Ji-li, relawan Tzu Chi.

Relawan Pan bersama beberapa komisaris kehormatan pergi ke Turki dan melihat kondisi akibat ulah manusia. Dalam dua hari, kita membagikan bantuan kepada lebih dari 6 ribu keluarga pengungsi. Mereka sangat kekurangan. Kita juga telah membantu tiga sampai empat ribu anak untuk mendapat pendidikan agar mampu mengubah benih kebencian menjadi cinta kasih.

 

Beberapa tahun ini, kita terus memberi mereka cinta kasih. Setelah merasakan cinta kasih ini, anak-anak dapat melupakan kondisi kelam yang pernah mereka alami dan menuju kehidupan indah yang penuh cinta kasih. Saat Tainan diguncang gempa bumi, anak-anak itu segera berinisiatif untuk menyumbangkan uang yang mereka sisihkan dalam celengan bambu mereka untuk Tainan. Begitu pula saat gempa mengguncang Hualien.

Meski mereka sendiri juga membutuhkan bantuan dan berada jauh dari kita, tetapi anak-anak itu telah mengubah kebencian di hati mereka menjadi cinta kasih yang indah. Komisaris kehormatan sekalian, kekuatan cinta kasih harus dihimpun tetes demi tetes.

Ingatlah kisah segenggam beras dan sekeping uang logam tadi. Warga Myanmar yang kekurangan dapat menyisihkan segenggam beras. Anak-anak Suriah yang hidup di bawah kekerasan dan harus mengungsi akibat peperangan juga dapat menyisihkan uang logam. Kita harus bersyukur atas kondisi iklim  yang bersahabat dan masyarakat yang damai. Itu membuat usaha kalian berjalan lancar.

Jika dapat berhemat sedikit dan sedikit mengurangi jamuan makan, Anda juga dapat menolong banyak orang. Pengeluaran sekali makan bagi orang berada mungkin sama dengan setengah tahun bagi warga kurang mampu. Jika Anda mengurangi satu kali jamuan makan, uangnya dapat membantu kebutuhan warga kurang mampu selama setengah tahun. Jadi, harap Anda semua lebih hemat sedikit.

 

Nafsu keinginan manusia bagai jurang yang dalam

Manusia sulit merasa puas meski sudah memiliki

Mengikis kemelekatan dan meyakini hukum karma

Bersumbangsih dengan cinta kasih demi menciptakan keharmonisan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 Maret 2019

Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -