Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih Dengan Cinta Kasih dan Welas Asih

Saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Sebelum masuk, saya melihat barisan Bodhisatwa yang panjang. Selain para dokter, juga ada para relawan Tzu Chi. Mereka merupakan Bodhisatwa dunia dalam kehidupan saya dan dalam Badan Misi Tzu Chi. Tanpa mereka, kita tidak akan memiliki rumah sakit di Taipei. Setiap kali mendengar laporan medis kita yang penuh cinta kasih yang tulus, saya sangat bersyukur.

Dimulai dari mata yang sangat kecil hingga seluruh tubuh kita yang bagaikan sebuah mikrokosmos. Jika ada sesuatu yang tidak selaras maka kesehatan tubuh kita akan terganggu. Ini bagaikan perubahan iklim yang ekstrem sekarang. Dalam ajaran Buddha, kita menyebutnya ketidakselarasan empat unsur alam.

Selain alam semesta, tubuh kita juga bisa mengalami ketidakselarasan empat unsur tubuh. Sungguh, ini karena pikiran. Setiap orang memiliki pola pikir masing-masing yang mungkin membuat mereka melakukan hal yang tidak benar. Itulah karma yang diciptakan. Di dunia ini, kini kita bisa melihat banyak ketidakselarasan, dari ketidakselarasan unsur alam, ketidakselarasan pikiran manusia, hingga ketidakselarasan unsur tubuh manusia.

 

Terdapat banyak ketidakselarasan yang membuat orang-orang dilanda bencana dan penderitaan. Ini merupakan gejala penyakit dunia ini. Saat seseorang jatuh sakit, dibutuhkan tenaga medis untuk merawatnya. Namun, ini tidaklah mudah. Di tengah masyarakat zaman sekarang, saat mengobati pasien, dokter harus sangat waspada karena terikat oleh berbagai aturan. Ini sungguh sulit dibayangkan. Aturan-aturan itu mengingatkan saya akan Dharma.

Inilah era kemunduran Dharma yang penuh dengan Lima Kekeruhan. Saat aturan sudah tidak selaras dengan welas asih, penderitaan orang-orang akan tak terkira. Melihat pasien yang menderita, dokter yang penuh cinta kasih selalu mengulurkan tangan untuk meringankan penderitaan mereka karena merasa tidak tega. Namun, mereka tidak bisa menolong pasien dengan bebas dan tenang. Saat para dokter ingin menolong pasien, tetapi harus waspada terhadap aturan, apa yang mereka lakukan? Menyelamatkan pasien tetap yang terpenting. Ini sungguh tidak mudah.

“Pada sore tanggal 26 Oktober 2018, Bapak Yang Zhong-jian dan Ibu Ma Bi-lian tertabrak saat naik sepeda motor. Melalui upaya penyelamatan di UGD, tubuh Ibu Ma Bi-lian mengalami luka parah dan tanda-tanda vitalnya tidak stabil. Banyak selang yang dipasang di tubuh Ibu Ma. Saya merasa sangat sedih karena sayalah yang memutuskan untuk memasang selang-selang itu. Saya terus memikirkan apakah kelak selang-selang ini bisa dilepas,” kata Su Wen-lin Kepala ruang perawatan intensif.


Setelah dirawat di ruang perawatan intensif penyakit dalam dan bedah selama 90 hari, kondisinya menjadi stabil. Namun, Ibu Ma belum bisa bernapas tanpa menggunakan ventilator. Tentu saja, saat itu dia sedikit putus asa, tetapi tim medis kita terus menyemangatinya agar tidak menyerah dan terus berusaha. Setelah dipindahkan ke pusat perawatan pernapasan, dalam waktu 9 hari, ventilator Ibu Ma sudah bisa dilepas,” kata Huang Zhi-min Kepala Perawat Pusat Perawatan Pernapasan.

“Saat Ibu Ma dipindahkan ke departemen pulmonologi, di tubuhnya dipasangi selang nasogastrik, selang trakeostomi, dan kateter. Ibu Ma tinggal di ruangan 15A selama 41 hari. Kita berhasil membebaskannya dari kateter dan selang nasogastrik sehingga dia bisa berjalan dengan lancar,” kata Xiao Shu-xian Kepala Perawat Departemen Pulmonologi.

“Belakangan, kami berusaha membebaskannya dari swlang trakeostomi. Setelah melakukan evaluasi, kami memutuskan untuk melakukannya secara bertahap. Bagi Ibu Ma, ini juga lebih aman. Akhirnya, dalam waktu dua bulan, dia terbebas dari selang trakeostomi. Sekarang, Ibu Ma bisa berjalan dengan bebas. Suaminya bisa kembali menggandeng tangannya dan berjalan kembali untuk diperiksa. Mereka bisa bergandengan tangan dan meneruskan perjalanan untuk membabarkan Dharma,” kata Huang Xiang-yu, terapis pernapasan.


“Saya sangat bersyukur pada mereka yang penuh pengertian. Semua orang melakukan estafet untuk merawat Ibu Ma, bagai mengasihi keluarga sendiri. Suaminya juga sepenuhnya memercayakannya pada kita tanpa keraguan apa pun. Dia percaya pada kita. Jadi, ada banyak relawan Tzu Chi yang percaya pada kita. Kita juga sangat bekerja keras. Tentu saja, pengobatan medis terbatas. Adakalanya, melihat relawan sembuh dan kembali menjalankan Tzu Chi, kami sangat gembira,” kata Chao You-chen, Kepala RS Tzu Chi Taipei.

Saya teringat saat mengundang Kepala RS Chao bekerja untuk Tzu Chi, beliau berkata, “Insan Tzu Chi adalah keluarga sendiri. Saya akan menjaga keluarga dengan baik.” Kemudian, saya berkata padanya, “Semua orang adalah satu keluarga. Kita hendaknya menganggap semua pasien sebagai keluarga sendiri.” Belakangan ini, saya berkata bahwa kita bukan hanya harus menganggap pasien sebagai keluarga, tetapi juga sebagai diri sendiri. Penderitaan terbesar dalam hidup manusia ialah penyakit. Sesuai hukum alam, semua orang akan menua dan jatuh sakit. Hari ini, kita mendengar laporan departemen medis kita. Setiap kali datang ke Rumah Sakit Tzu Chi Taipei, saya mempelajari banyak pengetahuan tentang struktur tubuh manusia.

Alam semesta ini merupakan makrokosmos, sedangkan tubuh manusia merupakan mikrokosmos. Kita bisa melihat dalam operasi apa pun, dokter harus menyayat tubuh pasien selapis demi selapis. Baik jantung, otak, maupun organ lainnya, semuanya bertumpang-tindih. Jadi, dokter harus menemukan sumber penyakit di dalam tubuh pasien. Inilah mikrokosmos, tubuh manusia. Namun, ia juga mengandung prinsip makrokosmos. Saat kesehatan kita baik-baik saja, kita tidak memperhatikan tubuh kita. Ini bukanlah “tanpa keakuan” yang kita pelajari dalam ajaran Buddha. Kita hanya memperhatikan kondisi luar dan tidak memperhatikan tubuh kita. Begitu jatuh sakit, kita akan memperhatikan tubuh kita. Contohnya saat sakit kepala atau tangan dan kaki terasa sakit. Kita juga mendengar penyakit gatal.

 

Saya sangat bersyukur atas kombinasi pengobatan Tiongkok dan Barat yang segera melenyapkan penderitaan pasien. Saya berharap dokter pengobatan Tiongkok dan Barat dapat bekerja sama, saling bersyukur, dan saling menghormati. Jika seorang pasien berhasil diselamatkan dan pengobatan Barat sudah selesai maka dokter pengobatan Tiongkok bisa memperbaiki kesehatannya dengan pemulihan jangka panjang.

Setiap metode pengobatan memiliki kelebihan masing-masing. Saya sangat bersyukur. Hari ini, saya mendengar laporan dari berbagai departemen, termasuk laporan tentang bedah mikro. Namun, mereka telah mengobati penyakit yang membawa penderitaan terbesar. Saya tidak bisa mendeskripsikan rasa syukur saya. Saya bersyukur kepada para dokter dan perawat kita. Saya yakin para relawan di sini akan merasa terhibur. Kerja keras kalian untuk membangun rumah sakit ini tidak sia-sia.

Kalian bisa berkata pada donatur kalian bahwa tidak ada penyesalan dalam membantu pembangunan rumah sakit. Dengan mendukung pembangunan rumah sakit mereka telah menyelamatkan banyak orang. Saya bersyukur dan mendoakan kalian.

Dilanda bencana dan penderitaan akibat ketidakselarasan pikiran
Dokter dan perawat meringankan penderitaan pasien
Mengobati pasien bagai keluarga sendiri dengan pengobatan Tiongkok dan Barat
Bersumbangsih dengan cinta kasih dan welas asih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Juni 2019

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -