Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Cinta Kasih Tanpa Pamrih

Kita dengan sangat gembira menyambut insan Tzu Chi dari luar negeri kembali ke Taiwan. Mereka penuh antusiasme dan cinta kasih. Mereka membangkitkan tekad untuk bersumbangsih dalam jangka panjang di keluarga besar Tzu Chi. Mereka juga mengikuti pelatihan relawan. Tahun ini, para relawan kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan sekaligus menjalani pelantikan. Mereka merupakan benih-benih yang bertunas dan terus bertumbuh. Saya berharap para relawan kita dapat menggenggam jalinan jodoh pada beberapa hari ini. Saya berharap semua insan Tzu Chi dari lebih dari 20 negara dan wilayah ini dapat berinteraksi, saling mengenal, dan memahami bagaimana cara relawan lain bersumbangsih. Saling memahami juga merupakan salah satu cara untuk mendalami Dharma. Saya sungguh sangat bersyukur.

Beberapa hari ini, kita melihat insan Tzu Chi Taiwan dengan penuh sukacita membersihkan Aula Jing Si. Mereka melakukannya dengan hati yang tulus bagai menyambut kepulangan keluarga sendiri dari tempat yang jauh. Dengan penuh sukacita, mereka membersihkan bagian dalam dan luar Aula Jing Si. Sesungguhnya, pada hari-hari biasa, insan Tzu Chi Taiwan juga selalu membersihkan setiap sudut Aula Jing Si. Namun, demi menunjukkan ketulusan mereka, mereka bekerja lebih giat lagi selama beberapa hari ini agar Aula Jing Si menjadi semakin bersih, bahkan setitik debu pun tidak mereka lewatkan. Sekelompok relawan ini sungguh sangat perhatian. Selama beberapa hari ini, Aula Jing Si Banqiao dan Sanchong mereka bersihkan dengan sangat teliti. Banyak di antara mereka yang sudah berusia70-an atau 80-an tahun. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyambut kepulangan anggota keluarga besar Tzu Chi. Mereka ingin memperluas jalinan jodoh baik.

Lihatlah ketelitian merekasaat membersihkan Aula Jing Si. Ini demi mengungkapkan ketulusan mereka dalam menyambut kepulangan insan Tzu Chi dari luar negeri. Mereka bukan hanya mengungkapkan ketulusan mereka lewat kata-kata. Bukan. Mereka mengungkapkan ketulusan dari lubuk hati mereka dengan membersihkan Aula Jing Si dengan sangat teliti. Saya sangat tersentuh melihatnya. Saya yakin insan Tzu Chi yang kembali ke Taiwan pasti bisa merasakan ketulusan ini begitu memasuki Aula Jing Si. Meski tidak melihat insan Tzu Chi Taiwan membersihkan Aula Jing Si, tetapi begitu mereka memasuki aula, mereka seharusnya bisa merasakan ketulusan insan Tzu Chi Taiwan. Jadi, kita sungguh-sungguh harus memperlakukan sesama dengan penuh rasa syukur, hormat, dan cinta kasih. Inilah cinta kasih yang tertulus. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang membangkitkan kekuatan cinta kasih dan menyebarkan semangat cinta kasih ini di negara masing-masing. Karena itu, kita juga mengungkapkan rasa syukur kita yang tertulus. Kita menyambut kepulangan mereka dengan semangat cinta kasih yang sama. Sesungguhnya, di wilayah mana pun, orang-orang yang bergabung dengan Tzu Chi hanya memiliki satu tujuan, yakni mengembangkan cinta kasih yang tulus dan tanpa pamrih.

Kemarin, saya mendengar laporan staf Divisi Kerohanian Tzu Chi tentang perjalanan mereka kali ini ke Amerika Serikat dan Kanada. Di setiap tempat, mereka melihat para relawan kita bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan melatih diri dengan tekun dan bersemangat. Berkat para relawan kita, ajaran Buddha bisa menyebar hingga ke tempat yang begitu jauh. Mereka juga melihat ketulusan hati setiap relawan, terutama dalam mendengar ceramah pagi saya. Sebagian relawan sudah keluar rumah sebelum pukul 4 pagi dan mengemudikan mobil ke kantor cabang kita demi menghirup keharuman Dharma di pagi hari. Mereka telah melakukannya selama setahun. Meski harus menerjang salju, hujan, dan angin, mereka tetap melangkah maju dengan sepenuh hati. Ini semua demi mendalami Dharma. Di setiap tempat, insan Tzu Chi sangat tekun dan bersemangat mendengar Dharma dan tidak kalah dari yang lain dalam bersumbangsih bagi masyarakat. Ini sungguh membuat orang sangat tersentuh. Singkat kata, ajaran Buddha harus dipraktikkan di dunia ini. Saat jalinan jodoh matang, kita harus menjangkau orang-orang untuk membimbing mereka. Sesungguhnya, terjun ke tengah masyarakat juga untuk menempa diri. Menempa diri berarti melenyapkan noda dan kegelapan batin serta memahami kebenaran tentang hidup dan mati. Namun, jika kita hanya membimbing diri sendiri tanpa membimbing orang lain, itu berarti kita bersikap pasif.

Buddha ingin kita memahami kebenaran dan mempraktikkannya secara nyata dengan menempa diri di tengah masyarakat dan mengikis noda batin kita sendiri. Artinya, kita harus melenyapkan semua kegelapan dan noda batinserta membimbing diri sendiridengan menyerap Dharma ke dalam hati,lalu menggunakan Dharma untuk membimbing orang lain. Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk. Untuk itu, kita harus terus mendengar Dharma dan mempraktikkannya secara nyata dengan bersumbangsih bagi sesama.

Kita bisa melihat seorang relawan lansia kita sangat giat melakukan daur ulang. Dia sudah lama melakukan daur ulang. “Saya keluar mengumpulkan barang daur ulang setiap malam. Saya akan mengumpulkan semuanya jika saya mampu membawanya. Belakangan ini saya selalu berpikir bahwa saya sudah lanjut usia dan tidak banyak yang bisa saya lakukan. Saat menonton Da Ai TV, saya mendengar Master berkata, “Lansia juga memiliki tugas mereka sendiri.” Karena itu, saya pun melakukan daur ulang dengan tenang. Semakin banyak bergerak, tubuh kita akan semakin sehat. Kata-kata yang Master ucapkan selalu saya ingat di dalam hati. Lebih baik menolong orang lain daripada menerima pertolongan orang lain. Inilah prinsip saya,” ucap Chen Guang-ying, Relawan daur ulang.

Inilah nilai kehidupan. Siapa yang berkata bahwa lansia tidak berguna? Para lansia memiliki banyak potensi. Kita harus mengembangkan nilai kehidupan kita. “Kami sangat beruntung bisa selamat dari perang dan hidup hingga kini. Kini anak-anak kami sudah berkeluarga dan berkarier. Kini saya sudah lanjut usia dan kehidupan kami berdua cukup baik. Saya belajar bersumbangsih dengan cinta kasih lewat ceramah Master di Da Ai TV. Saya melakukannya dengan sepenuh hati,” ucap Chen Guang-ying, Relawan daur ulang. Kita harus memahami kebenaran tentang hidup dan mati dengan sangat jelas. Selain itu, kita juga harus sungguh-sungguh menempa diri memahami kebenaran, dan melenyapkan noda batin. Pada saat yang sama, kita juga harus terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing mereka. Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita juga dapat melatih diri. Bodhisatwa dunia melatih diri di tengah masyarakat. Jadi, dunia ini merupakan ladang pelatihan bagi Bodhisatwa dunia. Di dunia ini terdapat kebenaran tentang penderitaan yang bisa kita lihat dan rasakan. Bersumbangsih dengan penuh sukacita merupakan Dharma yang perlu kita dalami dengan sepenuh hati.

 Insan Tzu Chi dari luar negeri kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan

Relawan lansia giat bersumbangsih dan mengembangkan potensi kebajikan

Terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain

Menyambut kepulangan insan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tulus

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 November 2015
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -