Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Kebajikan, Cinta Kasih, dan Kebenaran


“Master pernah mengatakan bahwa seorang guru bukan hanya harus tekun dan semangat di bidang profesionalnya, melainkan juga perlu memiliki kasih sayang seorang ibu untuk mengasihi semua anak di dunia. Dengan begitu, kita dapat menyucikan hati manusia dan mewujudkan masyarakat yang harmonis. Saya juga berharap dapat menggunakan kehidupan yang terbatas ini untuk melakukan hal-hal yang bermakna. Di SMA Tzu Chi ini, saya akan terus mendampingi anak-anak dan mengajak para guru untuk bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi,”
kata Zheng Shu-yue, relawan Tzu Chi.

“Jika melihat kembali jejak 21 tahun perjalanan sebagai Ibu Yi De di SMA Tzu Chi, Hualien, di awal-awal ketika masuk ke kelas, anak-anak terlihat tanpa ekspresi. Mereka seperti berkata, ‘Kami tidak kenal kalian.’ Sebagai Ayah dan Ibu Yi De, kami harus mencari berbagai metode untuk membimbing mereka. Salah satunya ialah dengan menyiapkan makanan. Anak-anak yang dahulu kami dampingi, kini sudah tumbuh dewasa. Kami mendoakan mereka agar menempuh jalan yang benar. Semoga mereka dapat kembali ke Tzu Chi untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan membina berkah serta kebijaksanaan,” kata Li Yu-ying, relawan Tzu Chi.

“Kami, Ayah dan Ibu Yi De, akan terus membangun keyakinan, ikrar, dan praktik. Kami akan berpegang teguh pada tekad dan terus menjalankan ajaran.”

Semuanya sangat bertanggung jawab dan sepenuh hati. Inilah cinta kasih yang paling tulus. Kasih sayang yang biasanya tercurah untuk anak sendiri kini dijalankan demi semua anak di dunia. Pendidikan yang penuh cinta kasih barulah membawa harapan. Kita sudah melakukannya.

Sistem pendidikan kita memiliki guru-guru yang baik, kepala sekolah yang bertanggung jawab, dan ditambah Ayah dan Ibu Yi De yang mengelilingi anak-anak dengan perhatian penuh. Tim pelindung sekolah yang sangat tulus ini membuat anak-anak merasa hormat kepada Ayah dan Ibu Yi De. Kalian telah bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih yang begitu tulus.


“Suatu malam menjelang Tahun Baru Imlek, seorang anak menelepon saya dan memberi tahu bahwa ayahnya meninggal akibat serangan jantung di kamar mandi. Saya pun segera menghubungi 10 Ibu Yi De. Keesokan harinya, kami langsung naik kereta ke Hualien, datang ke rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa dan menghibur anak ini. Kami mendampinginya hingga proses kremasi selesai. Saat kami hendak pulang, anak ini berlutut dan memberi penghormatan kepada seluruh Ayah dan Ibu Yi De. Saya merasa sangat tidak sampai hati,”
kata Chen Xin-chuan, relawan Tzu Chi.

“Pendampingan ini terus berlanjut hingga sekarang. Dalam puluhan tahun ini, jumlah anak yang kami dampingi sudah tak terhitung. Semua ini dimulai dari Sekolah Tzu Chi. Meski sudah lulus, selama mereka membutuhkan, cukup dengan telepon, kasih sayang Ayah dan Ibu Yi De akan selalu hadir. Saya selalu mengingat pesan Master, Jadilah penolong bagi kehidupan orang lain’,” pungkas Chen Xin-chuan.

Ayah dan Ibu Yi De memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, tetapi memiliki tekad yang sama dalam mendampingi anak-anak. Terkadang, kalian pergi ke rumah siswa dan terkadang, kalian datang ke sekolah. Ketulusan seperti inilah yang membuat anak-anak percaya dan patuh kepada kalian. Jadi, dapat dikatakan bahwa hanya Tzu Chi yang bisa memiliki sekelompok orang yang mau bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih agung. Saya merasa sangat bersyukur.

Misi pendidikan Tzu Chi telah berjalan lebih dari 30 tahun sejak dimulainya akademi keperawatan. Lihatlah, kita telah membina banyak perawat dan dokter. Belakangan ini, masyarakat menghadapi krisis kekurangan perawat. Namun, Tzu Chi mampu membina insan-insan berbakat yang bertanggung jawab dan menjunjung tinggi misi. Dalam misi kesehatan, mereka tahu pentingnya melindungi kehidupan.


Saya sangat berterima kasih kepada semua yang telah menjaga misi kesehatan dengan sepenuh hati. Sistem pendidikan dan misi kita berjalan beriringan. Ini membuat hati saya merasa tenang. Hal ini sama dengan kita telah memberikan arah yang pasti bagi masyarakat. Saya berterima kasih kepada kalian semua. Jika sesuatu itu benar, lakukanlah dengan sepenuh hati. Bukan hanya kita yang melakukannya, melainkan juga anak-anak kita. Saya berharap bahwa mereka dapat mengakui Tzu Chi dan menghargai pendidikan Tzu Chi.

“Putri saya, Zhang Yun-xuan, dilantik pada tahun 2021. Sejak ia masih duduk di bangku TK, saya selalu mengajaknya mengikuti kegiatan relawan Tzu Chi. Saya percaya bahwa saat itu, ia sudah merasakan siklus kebaikan dalam Tzu Chi. Saya sendiri bersekolah di Akademi Keperawatan Tzu Chi, lalu melanjutkan ke program pascasarjana di Universitas Tzu Chi, dan kini bekerja di RS Tzu Chi. Sesungguhnya, saya selalu merasa didampingi oleh Ayah dan Ibu Yi De di Tzu Chi. Saya sangat beruntung karena memiliki banyak ayah dan ibu. Saya juga banyak belajar dari mereka,” kata Shen Fang-ji, relawan Tzu Chi.

“Sembilan tahun yang lalu, saya merasa sangat terhormat karena dapat bergabung menjadi Ibu Yi De. Jadi, saat ini saya bukan lagi ‘Kakak Ji’, melainkan ‘Ibu Ji’. Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa saya dan Yun-xuan akan terus menjalankan tugas menjadi Ibu Yi De dengan sukacita,” pungkas Shen Fang-ji.

Jadi, inilah yang disebut dengan pewarisan. Terinspirasi oleh sang ibu, anaknya pun menjalankan Tzu Chi dengan sukacita hingga bergabung menjadi anggota komite Tzu Chi. Ada pula anak-anak dari anggota Tzu Cheng yang juga bergabung ke dalam barisan Tzu Cheng. Saya sering melihat para ayah datang ke Hualien bersama anak mereka, bahkan sampai generasi kedua, ketiga, dan keempat. Inilah keluarga Tzu Chi. Ini menunjukkan bahwa misi Tzu Chi sungguh-sungguh bisa diwariskan dari generasi ke generasi.


Dahulu, saat saya masih jadi siswa, saya bertanya-tanya mengapa ada sekelompok orang yang tiba-tiba muncul dan menyebut diri mereka sebagai ayah dan ibu. Saat itu, saya sangat tidak mengerti mengapa mereka rela mengorbankan waktu dan biaya. Dahulu, untuk pergi dari Kaohsiung ke Hualien harus naik kereta selama 6 setengah jam. Jadi, banyak yang akhirnya memilih naik pesawat. Sekarang, saya sudah terjun langsung dan melihat bagaimana Paman, Bibi, Ayah, dan Ibu di Tzu Chi bersumbangsih. Saya merasa sangat tersentuh dan kagum,” pungkas Cai Ya-chun, relawan Tzu Chi.

Anak-anak yang kalian bina ini merupakan benih kebajikan. Kini, banyak dari mereka telah menjadi guru, dosen, bahkan berada di dunia usaha dan berbagai bidang lainnya, mulai dari pertanian, industri, hingga perdagangan. Inilah hasil pendampingan Ayah dan Ibu Yi De. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab para guru. Guru memang bertugas mengajar dan mengikuti kurikulum. Bagaimana dengan kita? Kita hadir untuk mendampingi dengan kebenaran. Jadi, anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi sangatlah penting.

Perbedaan usia bukanlah masalah. Yang terpenting ialah memiliki kebijaksanaan dan cinta kasih yang tulus. Saya selalu berkata bahwa selain Ayah dan Ibu Yi De, kita juga memerlukan Kakak Yi De. Anak-anak yang sudah lulus, dengan semangat Tzu Chi yang telah tertanam kuat, dapat kembali menjadi Kakak Yi De dan Tzu Cheng. Dengan cara ini, semangat Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Untuk itu, hendaknya kita terus berusaha.

Kalian harus terus mendampingi generasi muda agar mereka dapat terinspirasi untuk bergabung dalam Asosiasi Tzu Cheng Yi De. Inilah hal penting yang ingin saya sampaikan hari ini.

Ayah dan Ibu Yi De mendidik dengan cinta kasih
Mendampingi anak-anak untuk bersumbangsih tanpa pamrih
Menabur benih kebajikan sesuai kebenaran
Berpegang teguh pada tekad, menjalankan ajaran, dan mewariskan semangat

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 26 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 28 Juli 2025
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -