Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Kekosongan Tiga Aspek Dana

Insan Tzu Chi sudah 50 tahun lebih bersumbangsih tanpa pamrih di Jalan Bodhisatwa. Setiap orang melakukan hal yang benar dengan penuh sukacita. Mereka sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk bersumbangsih. Mereka juga bersyukur satu sama lain. Berkat perpaduan sebab dan kondisi, mereka menjalankan misi bersama. Setelah menuntaskan misi, mereka saling bersyukur. Mereka juga bersyukur dapat bersumbangsih dan membawa manfaat bagi orang banyak.

Setelah bersumbangsih, mereka tidak melekat padanya. Mereka bersumbangsih dengan hati penuh sukacita dan rasa syukur. Inilah kekosongan tiga aspek dana. Mereka tidak melekat pada berapa banyak sumbangsih mereka ataupun demi siapa mereka bersumbangsih. Mereka tidak membatasi, mengukur, atau memperhitungkan sumbangsih mereka. Siapa yang memberi, siapa yang menerima, dan apa yang diberikan, semua itu tidak ada dalam pikiran mereka. Mereka hanya terus bersumbangsih. Inilah yang disebut tanpa batas dan tanpa wujud.

Mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah kekosongan tiga aspek dana. Kekosongan tiga aspek dana merupakan salah satu cara melenyapkan noda batin yang diajarkan oleh Buddha. Kita harus melakukan yang harus dilakukan, melatih yang harus dilatih, dan mempraktikkan ajaran Buddha. Dengan demikian, barulah kita bisa terbebas dari kemelekatan. Demikianlah yang Buddha ajarkan.


Dengan membina rasa syukur, hati kita akan dipenuhi sukacita. Contohnya jalan keluar masuk di depan RS Tzu Chi Taipei. Berhubung sudah bertahun-tahun, jalan itu pun sudah mengalami kerusakan. Kita berharap anggota Tzu Cheng dapat memperbaiki jalan di depan rumah sakit tersebut. Dalam barisan Tzu Cheng, terdapat relawan dari berbagai bidang. Mereka menemui saya di Griya Jing Si dan meminta saya jangan khawatir karena mereka akan menanganinya.

“Banyak kendaraan berlalu lintas, termasuk kendaraan berat. Karena itu, sebagian konblok rusak. Konblok di sini sudah cukup tua. Jadi, kami merapikan konblok di seluruh kawasan rumah sakit,” kata Li Feng-shi, Relawan Tzu Chi.

“Kepala RS berkata bahwa ini adalah rumah sakit wilayah,  sering ada ambulans yang datang. Selain itu, lalu lintas harus sangat lancar. Kami tidak mau mengerjakannya sekaligus dan menutup semua akses jalan. Ini akan memengaruhi lalu lintas. Jadi, kami mengerjakannya dalam 3 tahap,” kata Chen Chong-guang, Relawan Tzu Chi.

Demi menjaga kelancaran lalu lintas dan keselamatan orang-orang, mereka mengerjakannya secara bertahap. Mereka mempersiapkan segalanya dengan cermat sehingga saya bisa merasa tenang. Saya sangat tersentuh dan bersyukur. Sejak membantu menjalankan “Proyek Harapan” pascagempa 21 September 1999, anggota Tzu Cheng telah membantu menjalankan banyak proyek pembangunan.


Di beberapa rumah sakit kita, saat ada proyek pembangunan, para anggota Tzu Cheng kita selalu bergerak untuk membantu. Setelah pembangunan RS rampung, mereka tetap melindungi rumah sakit. Tahun lalu, mereka berkata bahwa mereka ingin meminta pekerjaan dari saya. Saya bertanya, “Pekerjaan apa?” Mereka menjawab, “Kami mendapati bahwa jembatan kayu di depan rumah sakit sudah mulai lapuk dan ada bagian yang tidak rata. Kami ingin merenovasi jembatan ini untuk memastikan keselamatan orang-orang yang menyeberanginya. Keselamatan pasien yang berjalan-jalan di sana juga akan terjaga.”

“Kita harus memperbaiki bagian yang harus diperbaiki karena sudah digunakan belasan tahun,” ujar Li Feng-shi, Relawan Tzu Chi.

“Kami menggunakan material splastik yang diperkuat serat yang warnanya mirip dengan kayu. Material ini bisa disatukan tanpa celah. Selain itu, yang terpenting adalah ia bisa bertahan setidaknya dua kali lipat lebih lama dari material sebelumnya, “ kata Wu Fu-chuan, Relawan Tzu Chi.

Saya sangat bersyukur. Relawan yang bergerak sangat banyak. Berhubung cuaca sangat panas, mereka pun mendirikan tenda. Anggota Tzu Cheng dan komite bekerja sama. Anggota komite bertugas menyiapkan makanan dan minuman. Saat renovasi jembatan rampung, anggota Tzu Cheng berkata, “Terima kasih kepada para anggota komite yang memperhatikan kami.” Para anggota komite pun berkata,  “Terima kasih pada para anggota Tzu Cheng yang memperbaiki jembatan dan jalan sehingga orang-orang bisa berjalan-jalan, menyeberangi jembatan, dan menikmati pemandangan dengan tenang.”


Mereka saling bersyukur. Selain lanskap yang indah, kondisi batin yang damai dan penuh sukacita lebih indah lagi. Dibutuhkan keindahan batin manusia untuk merampungkan pembangunan tersebut. Kita menyelami Tubuh Dharma dan jiwa kebijaksanaan Buddha untuk membangun tempat yang berwujud ini. Segala sesuatu yang berwujud di dunia ini diciptakan oleh pikiran dan kebijaksanaan kita. Pada umumnya, orang-orang cenderung menggunakan pengetahuan. Namun, setelah menyelami Dharma, kita bisa menggunakan kebijaksanaan.

Biasanya, orang-orang menciptakan lanskap demi mencari keuntungan atau kenikmatan. Namun, setelah menyerap Dharma ke dalam hati, relawan kita menciptakan lanskap sebagai wujud pelatihan diri dan kebijaksanaan. Jadi, mereka bisa mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Ini bukan demi mencari keuntungan. Mereka melakukannya dengan kebijaksanaan dan tidak memiliki pamrih.

Yang mereka pikirkan adalah bagaimana menjaga keselamatan orang-orang yang berlalu-lalang di RS. Mereka juga menciptakan lanskap yang indah di sana. Ini bukan demi mencari keuntungan. Ini disebut “proyek kebijaksanaan”. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka melakukannya bukan demi keuntungan, melainkan demi kebutuhan orang banyak. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih untuk mendukung badan misi Tzu Chi.

Selain misi kesehatan, mereka juga membantu proyek pembangunan bagi misi pendidikan. Para Bodhisatwa ini bersumbangsih tanpa pamrih. Para relawan Tzu Chi membawa manfaat bagi orang banyak dengan kebijaksanaan dan kekuatan cinta kasih. Sungguh, dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, para relawan kita menciptakan berkah bagi orang banyak sesuai kebutuhan mereka.

Bersumbangsih dengan kekosongan tiga aspek dana

Memperbaiki jembatan dan jalan demi keselamatan orang banyak

Bersumbangsih demi orang banyak dengan mengembangkan kebijaksanaan

Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 4 September 2018

Editor: Nungky

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -