Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Sukacita Sesuai Kemampuan

Kondisi batin manusia sangat beragam, bagaimana agar kegelapan batin manusia dapat terurai selapis demi selapis? Manusia mengakumulasi banyak penderitaan yang tidak terkira karena sebagai manusia, batin kita ditutupi oleh ketidaktahuan. Manusia menjadi semakin menderita akibat jaring kegelapan batin ini.

Bagaimana kita membuka jaring yang menjerat batin kita ini? Kita harus menggunakan prinsip kebenaran dan berbagai metode. Kita harus membimbing semua makhluk sesuai kebenaran dengan berbagai metode. Inilah yang disebut membimbing dengan Dharma.

Buddha mengajarkan kepada kita praktik Bodhisatwa. Ini adalah sebuah tujuan mulia demi mengatasi perkara besar. Perkara besar di dunia adalah penderitaan dan sebab penderitaan. Bagaimana kita melenyapkan penderitaan dan membantu semua makhluk serta membangkitkan cinta kasih?


Kebenaran ini tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia. Contohnya, setahun telah berlalu sejak Meksiko diguncang gempa bumi. Gempa ini juga membawa kesedihan. Begitu banyak penderitaan di dunia ini. Kita tahu bahwa Buddha mengajarkan Dharma untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk. Jika kita dapat memahami kebenaran, barulah kita bisa membebaskan orang lain dari penderitaan. Inilah yang disebut membimbing dengan Dharma.

Untuk itu, kita harus terlebih dahulu melatih batin kita. Di mana terjadi bencana besar, dibutuhkan kekuatan banyak orang untuk mengulurkan cinta kasih agar dapat menolong orang-orang di sana. Di Meksiko juga terjadi banjir. Berhubung selama setahun ini kita terus menebarkan benih cinta kasih, maka di sana juga ada sekelompok relawan yang sudah bergerak untuk meninjau kondisi bencana banjir itu. Laporannya juga sudah kita terima.

Dari sini kita bisa melihat bahwa kebenaran harus terus disebarluaskan; benih kebajikan harus terus disebarkan. Meski penuh penderitaan, tetapi di dunia ini juga ada cinta kasih yang bisa meringankan penderitaan itu. Inilah yang dimaksud "melihat orang bahagia dan terbebas dari derita, dari lubuk hati terdalam kita turut bersukacita". Inilah cinta kasih.


Melihat semua makhluk berbahagia, melihat orang yang menderita bisa tersenyum dan bebas dari derita, kita turut bersukacita. Para relawan menghibur warga korban bencana serta meringankan penderitaan fisik mereka. Ada orang yang tadinya harus dipapah. Setelah menjalani terapi akupunktur, dia bisa berdiri sendiri dan mulai tersenyum. Kini dia dapat berdiri dan berjalan sendiri tanpa harus dipapah. Dia pergi dengan sukacita dan penuh rasa syukur.

Melihatnya, semua orang turut bersukacita. Benar, di tengah penderitaan, sekelompok Bodhisatwa datang. Meski para relawan ini  melihat banyak penderitaan, tetapi mereka juga melihat orang-orang yang terbebas dari penderitaan. Melihat mereka tersenyum meski sejenak, para relawan turut berbahagia. Entah pernahkah kalian merasakan perasaan ini.

Bagaimana dengan saya? Saat mendengar cerita mereka, saya turut bersukacita. Mendengar mereka berbahagia, saya pun turut bersukacita. Para relawan melihat langsung kebahagiaan ini, lalu melaporkannya kepada saya. Saya pun turut bersukacita. Meski orang lain yang bersumbangsih, tetapi mendengar mereka bersedia melakukan hal yang seharusnya, saya turut bersukacita.

"Mengikuti yang disukai, seperti berdana." Saat melihat orang lain bersumbangsih dengan sukacita, kita turut bersukacita dan ikut melakukannya. Saat kita melakukannya, orang lain juga turut bersukacita. Saat melakukannya, kita bersukacita. Kita yang melakukan bersukacita, orang lain yang melihat pun turut melakukan dan membantu kita.

Bagaimana mereka membantu kita? Orang yang mampu dapat berdana materi.Meski hanya sedikit, kita juga sangat gembira. Ada pula orang yang mampu berdana besar dan menyumbangkan uang berjumlah besar. Kita juga juga sangat berterima kasih dan bersukacita. Bagaimana dengan yang kurang mampu? Mereka bisa berdana air atau rumput. Mereka tidak punya uang, tetapi mereka bisa berdana sedikit air. Tetesan air juga bisa menjadi sungai yang melepaskan dahaga banyak orang. Kita juga bersukacita atas hal ini.


Banyak warga Myanmar tidak memiliki uang. Namun, sebelum memasak nasi, mereka selalu menyisihkan segenggam beras. Segenggam demi segenggam beras ini juga terkumpul menjadi banyak setelah sebulan. Jika ada lima sampai enam ratus orang yang melakukan ini, maka akan dapat  menolong lima sampai enam ratus keluarga. Ini sungguh luar biasa.

Jadi, kita dapat melihat setiap orang dapat berdana sesuai keinginan dan kemampuannya. Selama kalian mampu dan melakukannya dengan sukacita, saya juga akan turut bersukacita. Setiap orang sangat bersukacita. Semua orang yang berdana juga harus melepaskan keakuan. "Di dalam kumpulan beras itu, ada pemberian dari saya. Saya sudah ikut berdana.Dalam tumpukan beras itu, ada beras dari saya." Namun, yang manakah beras dari kita? Sudah tidak dapat dibedakan.

Namun, di dalam tumpukan beras itu, tetap ada sumbangsih kita. Demikian pula, tetesan air mengalir ke laut. Air laut yang bervolume besar juga terdiri atas tetesan air. Jadi, kita harus bersukacita dan bersungguh hati. Kekuatan kecil bisa dihimpun menjadi besar. Yang terpenting adalah kita berdana atau bersumbangsih dengan sukacita sesuai kemampuan kita. Kita semua sudah mengerti cara ini. Jadi, kita harus bersungguh hati untuk memahami dan merasakannya.

Kegelapan batin membawa penderitaan

Cinta kasih membawa kebahagiaan

Berdana bukanlah hak monopoli orang berada

Setiap orang dapat bersumbangsih sesuai kemampuan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 November 2018

 

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -