Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Tulus Tanpa Keakuan

Para relawan dari Afrika sungguh menggemaskan. Kita bisa melihat mereka semua sangat gembira. Mereka naik dan turun panggung dengan menyanyikan sebuah lagu. Arti dari lagu mereka adalah “Ajaran Master mengelilingi dunia”. Pikiran mereka sangat murni.

Kita juga mendengar laporan insan Tzu Chi dari Swaziland yang merupakan negara yang baru kita jangkau selama tiga tahun. Ini berkat para relawan dari Afrika Selatan, seperti Ci Du, Ci Di, dan relawan lainnya yang telah membangkitkan tekad dan ikrar. Relawan Pan juga sangat bekerja keras membawa mereka mengadakan kunjungan lintas negara ke Swaziland, Mozambik, dan lain-lain.

Mereka berulang kali mengadakan kunjungan lintas negara untuk menyebarkan benih cinta kasih. Adakalanya, mereka juga bertemu dengan orang-orang yang tidak ramah. Namun, berhubung sudah mengenal Dharma, maka saat menghadapi kondisi yang sulit, mereka dapat bersabar. Karena itu, mereka bisa menyebarkan semangat dan filosofi ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi ke tujuh negara. Jadi, jika memiliki niat, maka tidak ada hal yang sulit.

Tadi kita juga melihat insan Tzu Chi Mozambik. Mereka menyerahkan celengan mereka yang terlalu penuh hingga robek dan sangat berat. Untuk acara Pemberkahan Akhir Tahun berikutnya, saya akan kembali membeli koin-koin ini agar mereka dapat kembali menerima angpao berkah dan kebijaksanaan berisi koin dari Mozambik. Mereka begitu tulus, sederhana, dan penuh kekuatan cinta kasih. Sungguh, melihatnya saja sudah membuat orang sangat mengasihi mereka.

Setiap insan Tzu Chi di Kanada sangat menaati aturan. Setelah berimigrasi ke sana, mereka tahu apa yang menjadi kewajiban mereka. Mereka bahkan menjadi teladan bagi masyarakat dan para imigran di sana. Karena itu, dalam setiap upacara pengambilan sumpah kewarganegaraan, insan Tzu Chi Kanada selalu diundang untuk menyampaikan beberapa patah kata. Mereka berbagi tentang bagaimana mereka menaati aturan dan menjadi warga negara teladan di Kanada. Karena itulah, insan Tzu Chi Kanada bisa mengemban misi amal dengan mudah di sana.

Begitu pula dengan insan Tzu Chi Indonesia yang memanfaatkan sumber daya setempat untuk membawa manfaat bagi warga setempat. Setelah membangkitkan tekad, mereka berkesempatan untuk melihat berbagai penderitaan. Lalu, muncullah jalinan jodoh yang membimbing para relawan lokal untuk bersama-sama menciptakan berkah bagi negara mereka dan menolong begitu banyak orang yang menderita.

Kini Empat Misi Tzu Chi telah berakar di Indonesia. Jika setiap tempat bisa seperti ini, maka bumi kita akan menjadi hamparan hutan Bodhi berwarna hijau yang sangat indah dan menjadi Tanah Suci di dunia ini. Kita bisa belajar dari negara-negara ini. Saya sangat bersyukur.

Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi Singapura yang sangat tekun dan bersemangat mendengar Dharma. Mereka juga belajar dengan sepenuh hati hingga bisa memahami dialek Taiwan. Jadi, semua bergantung pada sebersit niat. Selain itu, anggota TIMA di Singapura juga sangat banyak. Di mana pun bencana terjadi, mereka selalu berusaha mencari cara untuk menolong orang yang membutuhkan. Saya berharap mereka dapat mengatasi segala kesulitan untuk menjalankan misi amal dan kesehatan hingga ke negara lain yang membutuhkan untuk mengembangkan cinta kasih mereka.

Insan Tzu Chi Singapura sangat bekerja keras. Insan Tzu Chi Jepang juga demikian. Saat diajak untuk mengikuti kegiatan, mereka selalu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak absen dari kegiatan Tzu Chi. Meski berada di negara yang berbeda-beda, tetapi semua insan Tzu Chi memiliki cinta kasih yang sama.

Di berbagai negara di Eropa, kita bisa melihat para insan Tzu Chi bekerja sama dengan harmonis. Inilah cinta kasih yang murni dan sumbangsih tanpa pamrih. Salah satu hal yang harus dipraktikkan oleh kita sebagai insan Tzu Chi dan praktisi Buddhis adalah bersumbangsih tanpa melekat pada siapa yang memberi, apa yang diberikan, dan siapa yang menerima. Kita tidak merasa bahwa dia telah menerima bantuan kita dan harus berterima kasih kepada kita. Inilah yang disebut sumbangsih tanpa pamrih. Jadi, kita bisa senantiasa bersumbangsih dengan gembira dan tenang tanpa merasa terbebani. Inilah kekuatan cinta kasih yang paling tinggi.

Saya sering berkata bahwa kita memiliki hati Buddha karena hakikat kebuddhaan ada di dalam hati setiap orang. Setiap orang memiliki hati penuh cinta kasih dan welas asih agung yang lembut bagaikan air yang jernih. Hati penuh cinta kasih dan welas asih agung merupakan hati yang lembut bagaikan air yang jernih. Untuk meneladani Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa , tindakan dan pikiran kita harus penuh kelembutan.

Insan Tzu Chi dari setiap negara memiliki ciri khas masing-masing. Saya berharap kalian dapat mempertahankan kelebihan kalian. Saat mendengar pencapaian relawan lain yang merupakan kelebihan mereka dan dapat menyentuh hati kalian, saya berharap kalian dapat meneladaninya.

Lihatlah para insan Tzu Chi dari Afrika Selatan, Lesotho, Zimbabwe, dan Mozambik. Untuk bersama-sama melatih diri, mereka hanya bisa duduk di atas tanah. Melihat mereka begitu tekun dan bersemangat di tengah kondisi sulit seperti itu, kita hendaknya menghormati mereka.

Pada kehidupan ini, meski buah karma langsung dan pengondisi membuat mereka terlahir di sana, tetapi mereka telah mengukir Dharma di dalam hati mereka. Jadi, jiwa kebijaksanaan mereka akan dibawa ke kehidupan berikutnya.

Pada kehidupan ini, mereka telah bersumbangsih, menciptakan berkah, dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang menciptakan berkah, dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Saya merasa bahwa pada kehidupan berikutnya, hidup mereka pasti akan lebih baik.

Bodhisatwa sekalian, saya berharap setiap orang dapat membangkitkan tekad dan ikrar. Ini bukanlah hal yang mustahil jika kita dapat membangkitkan kekuatan cinta kasih. Jadi, kita harus bertekad dan berikrar untuk membimbing semua makhluk. Jika sudah membangkitkan tekad dan ikrar, kita pasti bisa membimbing semua makhluk. Jika kita bisa bersikap penuh pengertian, kita pasti bisa memasuki lautan kebijaksanaan Buddha. Selama kita memiliki hati penuh pengertian, secara alami, kita pasti bisa memasuki lautan kebijaksanaan Buddha.

Insan Tzu Chi dari Afrika sangat bijaksana. Jika kita mendengar Dharma, maka hati kita akan menjadi lapang. Kita harus senantiasa berpuas diri, baru bisa memperoleh ketenangan jiwa dan raga. Kita harus senantiasa berpuas diri, baru bisa memperoleh ketenangan jiwa dan raga. Ini semua membutuhkan kesungguhan hati.

Menyebarkan benih kebajikan dengan langkah-langkah yang mantap

Asalkan memiliki niat, segala kesulitan dapat diatasi

Insan Tzu Chi Kanada menaati aturan dan menjadi teladan

Sumbangsih penuh cinta kasih mendatangkan ketenangan jiwa dan raga

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 November 2015

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -