Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih Tanpa Pamrih

Kita melihat postur tubuh para relawan lansia di atas panggung masih sangat indah. Mereka masih bisa berdiri dengan tegak. Ini sungguh tidak mudah. Seorang relawan daur ulang yang datang bersama tim daur ulangnya berkata kepada saya, “Master, relawan lain melakukan daur ulang selama 365 hari dalam setahun, sedangkan relawan ini melakukan daur ulang selama 366 hari dalam setahun.” Saya berkata, “Mengapa bisa lebih satu hari?” Relawan itu berkata, “Bukan begitu. Pada Malam Tahun Baru Imlek, orang-orang berkumpul untuk makan bersama. Jadi, berhubung tidak ada orang yang melakukan daur ulang, sedangkan barang daur ulang begitu banyak, maka saya pun terus memilah barang daur ulang hingga langit hampir terang. Jadi, saya menganggapnya sebagai satu hari.” Karena itulah, dia disebut melakukan daur ulang selama 366 hari dalam setahun. Saya sangat tersentuh mendengarnya.

Para relawan daur ulang dan relawan lansia, mengapa kalian bersedia bersumbangsih seperti ini? Meski sangat sibuk, kalian tetap melakukannya dengan penuh sukacita. Mengapa kalian berbuat demikian? Sekarang saya mendengar tiga jawaban. Ada yang karena mengasihi bumi, ada yang karena ingin melestarikan lingkungan, dan ada yang karena mengasihi saya. Saya yakin jawaban kalian adalah gabungan dari ketiganya, benar tidak? (Benar)

Melestarikan lingkungan dan mengasihi bumi merupakan hal yang saling berkaitan. Bumi merupakan tempat tinggal kita. Bukan hanya kita, tetapi juga anak cucu kita. Karena itu, kita harus berusaha untuk melindungi bumi. Kita harus berusaha bersama-sama. Kini banyak orang yang sangat boros. Mereka terus membeli barang baru dan membuang barang lama. Karena itu, kini kita harus mengimbau orang-orang untuk berpola hidup hemat. Jika suatu barang masih bisa dipakai, janganlah dibuang begitu saja.

Kita mendengar Relawan Cai berbagi pengalamannya dalam menata kembali posko daur ulang kita setelah bergabung di sana. “Dahulu, barang daur ulang selalu menumpuk bagaikan tumpukan sampah. Sesungguhnya, bagi para relawan daur ulang, ini sangat berat karena aromanya sangat tidak sedap. Ini kondisi setelah ditata ulang. Semua barang disusun di tempat yang lebih tinggi karena akan mengundang tikus dan kecoak jika diletakkan di atas lantai. Kami berharap posko daur ulang bisa menjadi tempat yang bersih. Kini kami juga menggunakan alat berat. Kantong besar itu sangatlah berat. Adakalanya, bahkan empat orang pun tidak sanggup mengangkatnya ke atas mobil. Kini kita menggunakan forklift yang sangat aman dan praktis. Yang terpenting adalah ini dapat meringankan pekerjaan para relawan daur ulang,” tutur relawan Cai Zhi.

Berkat idenya, pekerjaan para relawan lansia bisa teringankan. Saya sangat berterima kasih kepadanya. Banyak relawan daur ulang berkata, “Berkat Relawan Cai, tubuh kami tidak terasa sakit lagi.” Saya tahu akan semua itu. Meski tubuh mereka terasa sakit, mereka tetap tidak menyerah dan terus melakukan daur ulang.

Li-lan juga membuat saya sangat terkesan. Dia bahkan mengumpulkan televisi bekas. “Kita selalu mengumpulkan barang daur ulang dari SD dan SMP Qingshan. Sekolah ini memiliki 80 unit televisi. Berhubung televisi-televisi itu sudah lama, mereka ingin menggantinya dengan yang kecil. Berhubung khawatir televisi-televisi itu jatuh dan melukai anak-anak, saya pun meminta 13 relawan untuk membantu mereka. Lalu, Kakak Xie menelepon saya dan berkata, ‘Li-lan. Suamimu mengalami kecelakaan.’ Saya bertanya, ‘Kecelakaan apa?’ ia kemudian bercerita bahwa suami saya terjatuh dan tangannya patah,” ucap Wei Li-lan.

 Ia kemudian melanjutkan cerita, “Saat saya tiba di luar ruang operasi, dokter berkata kepada saya, ‘Ini sungguh ajaib. Jaringan ikat dan arteriolanya terputus, tetapi aortanya sama sekali tidak terluka. Ini sungguh merupakan suatu keajaiban. Suami Anda akan baik-baik saja setelah menjalani fisioterapi.’ Saat itu, saya tiba-tiba menyadari bahwa seandainya relawan lain yang terluka, bagaimana saya mempertanggungjawabkan hal ini pada keluarganya? Saat itu, saya malah merasa lega karena yang terluka adalah suami saya,” cerita Wei Li-lan.

Dia berbagi pengalamannya dengan santai, tetapi saya sangat tidak tega mendengarnya. Dia berkata, “Beruntung, yang mengalami patah tulang adalah suami saya dan bukan relawan lain.” “Jika relawan lain yang terluka, bagaimana saya mempertanggungjawabkan hal ini?” Saya sangat tersentuh mendengar ucapannya ini. Ucapannya sungguh benar. Jika keluarga sendiri yang terluka, dia tidak perlu mengkhawatirkan masalah ini. Dia dan suaminya bersama-sama melatih diri dengan tekad yang sama.

Jika relawan lain yang dimintanya untuk mengumpulkan barang daur ulang terluka, dia pasti akan merasa sangat bersalah. Namun, luka yang diderita suaminya juga sangat serius. “Saat jatuh, tubuh saya terasa sangat ringan. Untuk pertama kalinya, saya melihat tulang saya menyembul keluar. Apakah saya merasa takut? Saya sungguh sangat takut. Setelah dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi, dokter berkata kepada saya, ‘Anda sungguh beruntung. Aorta Anda tidak terputus.’ Saya merasa ini karena karma buruk saya telah terkikis. Apa bersumbangsih bisa mengikis karma buruk? Pasti bisa. Kita harus menghimpun karma baik. Saya diopname selama 21 hari dan menjalani tiga kali operasi karena mengalami patah tulang terbuka yang tidak bisa langsung dijahit. Kini luka saya sudah sembuh. Kalian bisa melihatnya sendiri. Tangan saya bisa berfungsi seperti sediakala, tetapi tetap harus menjalani fisioterapi. Saya akan cepat pulih dan melatih diri bersama kalian,” tutur Que Ze-fu.

Dia menerima segalanya dengan penuh sukacita. Dia bersumbangsih dengan sukarela dan menerima segalanya dengan sukacita. Sepasang suami istri ini melakukan daur ulang dengan sukarela dan penuh sukacita. Ini sungguh membuat saya sangat tersentuh. Semua kisah yang diceritakan oleh para relawan membuat saya sangat tersentuh. Relawan kita juga mendampingi seorang pemulung. Mereka mendampinginya mengumpulkan barang daur ulang yang dapat menghasilkan uang. Barang daur ulang yang tidak diinginkannya karena tidak dapat dijual, baru kita bawa kembali ke posko daur ulang. Ini juga membuat saya sangat tersentuh.

Di wilayah utara, tengah, dan selatan Taiwan, banyak relawan yang bersumbangsih seperti ini. Namun, di internet, kita bisa melihat banyak jaring kegelapan batin. Kita harus melakukan antisipasi agar tidak terkena “stroke batin” akibat isu-isu yang beredar. Apakah kalian tahu tentang “stroke batin”? Jika semangat untuk mempelajari ajaran Jing Si tersumbat oleh isu-isu yang beredar, maka kita akan terkena “stroke batin”.

Ajaran Jing Si bagaikan peredaran darah pada tubuh kita. Peredaran darah kita harus lancar, baru kita bisa sehat. Dengan begitu, barulah jiwa kebijaksanaan kita bisa bertumbuh. Jika kita terpengaruh oleh isu-isu yang beredar, maka jiwa kebijaksanaan kita akan terluka. Jadi, saya berharap setiap relawan dapat yakin pada diri sendiri. Tanyakanlah pada diri sendiri, “Apa saya bersumbangsih dengan sepenuh hati? Apakah saya bersumbangsih tanpa pamrih?” serta demi mengasihi saya dan Tzu Chi. Yang terpenting adalah demi jiwa kebijaksanaan diri sendiri.

Kita harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Kita semua percaya pada ajaran Buddha dan hukum karma. Kita harus berhemat dalam keseharian. Mengumpulkan barang daur ulang juga berarti menghemat berkah. Kegiatan daur ulang yang kita lakukan sekarang juga berarti memungut berkah yang terbuang. Saya berterima kasih kepada semua relawan kita. Kalian harus menjaga kesehatan dan melupakan usia kalian. Dengan demikian, kalian akan tetap muda, gembira, dan sehat setiap tahun. Jika hati kita penuh sukacita, maka tubuh kita akan sehat sehingga kita dapat menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan. Saya mendoakan kalian semua.

Menumbuhkan kebijaksanaan dan giat melatih diri

Menghemat dan menghargai sumber daya alamdemi mengasihi bumi

Mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk bersumbangsih tanpa pamrih

Menerima ketidakkekalan dengan penuh pengertian dan sukacita

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 September 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 September 2015

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -