Ceramah Master Cheng Yen: Bersyukur atas Sinergi Semua Pihak


“Hal yang paling membekas bagi saya ialah saat dua hari penataan lokasi, hujan turun dengan sangat deras bagaikan tumpahan air. Saat itu, saya merasa putus asa dan berpikir, ‘Dengan hujan sebesar ini, bagaimana saya bisa menata lokasi? Terlebih lagi, ada 2 hari jadwal penataan lokasi yang harus dijalankan. Jika tidak saya kerjakan sekarang, penataan berikutnya tidak akan sempat.’ Kami semua pun berpikir bahwa berhubung sudah terlanjur basah, kami pun tetap mulai menata lokasi di tengah hujan. Yang ada dalam pikiran kami semua hanya satu, yaitu kami harus menyelesaikan penataan lokasi dengan sebaik mungkin,”
kata Zheng Jun-yue, relawan Tzu Chi.

“Sesungguhnya, tim mobilisasi harus mengurus segala hal, dari benda-benda kecil seperti kursi kecil hingga huruf besar berisi 9 aksara Tionghoa dan altar untuk pemandian rupang Buddha. Semua ini harus kami bantu posisikan dengan baik. Balai Peringatan Chiang Kai-shek ini begitu luas sehingga tim mobilisasi harus bisa bekerja sama dengan tim lainnya untuk mengatur semuanya. Beberapa hari ini, kadang terik matahari sangat menyengat hingga tubuh kami terasa seperti terbakar dan kering, kadang hujan turun hingga kami basah kuyup,” kata Jiang Qing-wen, relawan Tzu Chi.

“Beberapa hari sebelum upacara pemandian rupang Buddha, hujan juga turun deras. Kami pun sempat bingung dan bertanya-tanya sampai kapan harus menunggu cuaca cerah. Kami pun memutuskan untuk memakai jas hujan dan lanjut menata perlengkapan. Jika tidak, tim lainnya tidak akan bisa mulai bekerja. Dari tanggal 3 hingga 12 Mei, tim mobilisasi telah menggerakkan total 681 relawan. Sesungguhnya, jumlah ini sangatlah besar,” pungkas Jiang Qing-wen.

Saya merasa sangat tersentuh. Terkadang, kita sering mengatakan bahwa hakikat buddha sejatinya murni dan tak bernoda. Lalu, mengapa kita perlu mengadakan upacara pemandian rupang Buddha? Tujuannya ialah untuk mengingatkan kita semua bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita memanfaatkan momentum Hari Lahir Buddha untuk mengingat tujuan utama Buddha datang ke dunia dan jalinan jodoh-Nya dengan Dunia Saha ini.


Umat Buddha di berbagai negara memiliki cara yang berbeda-beda dalam merayakan Hari Waisak. Di Tzu Chi, kita sangat menantikan momen ini dengan harapan dapat melaksanakannya secara penuh rasa hormat dan menampilkannya dalam suasana yang agung. Dalam waktu yang sama, tempat upacara ditata menjadi ladang pelatihan yang agung dan semua orang berhimpun bersama untuk melaksanakan upacara dengan khidmat. Saat kita berdiri di sana, baik itu di bawah hujan maupun terik matahari, suasananya selalu berbeda setiap tahun. Namun, ada satu hal yang selalu sama, yaitu semangat untuk menampilkan kekhidmatan. Inilah yang menjadi semangat bersama.

Tahun ini terasa istimewa karena hujan deras mengguyur sepanjang hari. Namun, semuanya tetap tenang dan menjaga suasana agar tetap khidmat. Inilah cara kita menunjukkan ketulusan. Begitu pula saat cuaca terik, kita pun tetap menunjukkan ketulusan. Dalam kondisi hujan pun, ketulusan itu tetap terpancar. Hal ini menunjukkan semangat ketulusan insan Tzu Chi. Tidak peduli angin, hujan, atau terik matahari, semuanya tetap bersatu hati untuk memberikan yang terbaik.

Tahun ini, karena hujan, semua orang mengenakan jas hujan. Semuanya tetap berdiri teguh dengan semangat yang tak terhalang oleh badai dan hujan. Saya telah melihat kekuatan ketulusan yang penuh energi. Kalian membagikan tentang bagaimana beberapa orang harus mengangkat kanvas yang beratnya lebih dari 300 kilogram, hampir 400 kilogram. Bagaimana caranya mengangkat kanvas seberat itu? Bahkan, saat mengangkat dan menopang kanvas pun, semuanya tetap harus memperhatikan kerapian. Dari awal hingga akhir, sikap penuh ketulusan itu tetap konsisten. Ini sungguh tidak mudah dan sangat mengagumkan.

Terlebih lagi, para anggota Sangha dari setiap ladang pelatihan bersedia hadir dan masuk dengan begitu tertib. Sungguh pemandangan yang sangat agung. Ketika para anggota Sangha berkumpul, benar-benar tercipta kemegahan yang sarat ketenangan dan keagungan. Ini sangat menyentuh dan membuat kagum. Terlebih lagi, saat itu saya sangat khawatir. Saya terus-menerus mengingatkan agar kita menunjukkan rasa hormat kepada anggota Sangha. Kalian semua benar-benar melakukannya. Saya yakin para anggota Sangha bisa merasakan ketulusan kita sehingga mereka dapat berdisiplin dan menjaga sikap dengan penuh kesadaran.


Tahun ini, ada hal yang sangat berbeda dari para anggota Sangha. Setelah kami selesai melakukan latihan, justru mereka yang secara aktif meminta agar diadakan satu sesi latihan tambahan. Hal ini benar-benar menunjukkan bahwa mereka telah sepenuhnya menyatu dalam keseluruhan rangkaian upacara agung ini. Tentu saja, melihat kesungguhan mereka, kami pun menyiapkan alur khusus agar dapat memberikan dukungan terbaik bagi mereka,” kata Lai Jin-de, relawan Tzu Chi.

“Sejak awal kegiatan, hujan deras sudah turun. Namun, sepanjang proses itu, saya perhatikan ekspresi para anggota Sangha tidak tampak sedikit pun rasa kesal atau kecewa. Terlebih lagi, ketika melihat hujan yang begitu lebat, mereka berkata bahwa air hujan itu bagaikan air Dharma. Melihat keteladanan mereka, saya benar-benar merasa sangat beruntung bisa turut ambil bagian dalam acara ini,” pungkas Lai Jin-de.

Seluruh pemandangan yang terlihat sungguh menyentuh hati. Meski tahun ini upacara berlangsung di tengah hujan dan angin, justru hal itu makin memperlihatkan kekuatan dari ketulusan semua orang yang terlibat. Ketulusan dan keyakinan itu benar-benar istimewa dan mengharukan. Memang semuanya telah bekerja keras, tetapi kalau dilihat kembali, rasa lelah itu berubah menjadi rasa kagum. Inilah yang disebut dengan berkah yang membawa kebahagiaan. Semuanya sangat bersungguh hati dan menjalankannya dengan penuh kebahagiaan.

Anggota Tzu Cheng memang dikenal tegas dan kuat, tetapi mereka juga menunjukkan kesungguhan dan kelembutan hati. Semuanya saling bekerja sama tanpa membentak atau meninggikan suara. Semuanya saling berkomunikasi dengan ucapan penuh hormat, seperti "terima kasih" dan "mohon bantuannya". Suasana ini sangatlah indah. Oleh karena itu, saya merasa sangat bersyukur.


Sepanjang hidup ini, saya merasa sangat dipenuhi berkah karena dapat bertemu dengan kalian. Memiliki jalinan jodoh dengan kalian adalah sebuah kebahagiaan bagi saya. Kita telah melalui banyak tantangan bersama. Meski terik matahari begitu menyengat, kalian tetap bersedia bertahan dan melewatinya. Karena berhasil melewatinya, kita jadi punya banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa dibagikan. Jika kalian menengok kembali dan menceritakan proses yang telah dilalui, itu menunjukkan bagaimana kita telah melewati berbagai tantangan dengan ketulusan. Inilah yang menjadi bagian dari sejarah.

Tahun ini, kita telah menyelesaikan satu hal besar yang penuh pahala. Seluruh dunia dapat menyaksikan bagaimana ketulusan dan kedisiplinan umat Buddha. Tanpa ketulusan dan kedisiplinan, citra seperti ini tidak akan terlihat. Saya memiliki rasa syukur yang tak habis untuk diungkapkan. Saya yakin kalian memahami perasaan saya karena hanya dengan begitu, barulah kalian dapat melakukan semua ini. Kalian membuat saya merasa bahwa semuanya sudah berjalan dengan benar. Saat ini, saya ingin memberi tahu bahwa kalian telah melakukannya dengan sangat baik. Terima kasih, semuanya.

Ketulusan yang mendalam menghadirkan perayaan suci
Turunnya hujan menambah keagungan suasana
Bersyukur atas sinergi semua pihak
Menyempurnakan jalinan jodoh istimewa dan mewujudkan pahala yang luhur

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 17 Juli 2025
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -