Ceramah Master Cheng Yen: Bersyukur dengan Tulus dan Meneruskan Kebajikan


“Kakak Wang Shui-yuan adalah seorang pengusaha besar di Filipina. Dia memiliki perusahaan bahan bangunan terbesar di Filipina. Selama beberapa tahun ini, dia berinisiatif memberikan dukungan kepada kita. Kemudian, ada Kakak Wu Hui-qiang yang memiliki usaha permen dan biskuit. Setiap tahunnya, dia memberikan sumbangan secara diam-diam,”
kata Henry Yunez Ketua Tzu Chi Filipina.

“Kakek Guru, saya mengasihimu. Tahun ini, saya berusia 6 tahun. Saya datang ke sini bersama nenek, ibu, dan adik perempuan saya,” kata Wang Jia-xian Bodhisatwa cilik.

“Kakek Guru, saya mengasihimu. Nama saya Wang Xin-tong, berusia 4 tahun. Semoga Kakek Guru sehat selalu,” kata Wang Xin-tong Bodhisatwa cilik.

Melihat tekad setiap Bodhisatwa, saya merasa sangat senang. Hari ini, saya dapat bertemu dengan banyak Bodhisatwa yang memiliki jalinan jodoh dengan saya. Dengan kesatuan tekad, kita merasa sukacita mendengarkan kisah Tzu Chi dan terus membangun kesatuan hati untuk menjalankan misi Tzu Chi.

Sesungguhnya, hal baik memerlukan banyak orang untuk melakukannya. Ketika banyak orang berhimpun, akan terbentuk kekuatan yang besar. Dengan kekuatan yang besar, kita dapat membawa bantuan ke banyak tempat. Di mana pun bencana terjadi, kita dapat segera membawa bantuan ke sana. Saya teringat dengan Topan Haiyan pada 11 tahun yang lalu. Jika diingat kembali, banyak hal yang sangat mengagumkan dan bernilai yang menciptakan sejarah. Ini semua dimungkinkan berkat cinta kasih.

Relawan Tzu Chi dari berbagai negara terbang ke Filipina. Oleh karena banyaknya pulau di Filipina, relawan juga datang dengan menggunakan perahu. Seperti yang dikatakan dalam Sutra Teratai, Bodhisatwa turun dari surga dan muncul dari dalam bumi. Begitulah Bodhisatwa hadir di dalam dunia untuk menciptakan berkah bagi dunia dan mengembangkan kebijaksanaan. Inilah yang disebut dengan membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus, yaitu mengembangkan berkah dan kebijaksanaan di mana pun kita berada.


“Pascabencana Topan Haiyan, Kakak Wang Guang-ming dan istrinya mengirimkan berbagai alat berat, termasuk perahu dan truk pasir ke Kota Tacloban untuk membantu kami melakukan pembersihan. Saat itu, Kota Cebu adalah tempat perhentian barang bantuan. Kami menggunakan kapal yang beliau sediakan untuk mengirimkan barang bantuan ke Tacloban dan Ormoc,”
kata Henry Yunez Ketua Tzu Chi Filipina.

Saya masih ingat bahwa saat itu, Tacloban akan ditinggalkan. Saya berkata bahwa itu tidak boleh terjadi. Jika dtinggalkan, bagaimana dengan warga di sana? Oleh karena itu, kita memastikan setiap keluarga memiliki beras untuk dimakan dan memiliki uang untuk digunakan. Intinya, daerah tersebut harus segera pulih dengan kondisi warga yang dapat hidup mandiri.

Jadi, kita meluncurkan program bantuan lewat pemberian upah yang membantu dalam membersihkan jalan. Ketika semuanya telah bersih, setiap orang dapat kembali membuka usaha. Inilah kisah bantuan bencana Topan Haiyan yang menjadi sejarah di Filipina. Di manakah Bodhisatwa? Bodhisatwa adalah makhluk dengan cinta kasih berkesadaran.

Hendaknya semuanya tersadarkan, hidup dalam kesejahteraan, dan bahagia bersama-sama. Ketika bencana terjadi, hendaknya semua orang bertekad untuk bersumbangsih. Hanya dengan begitu, barulah masyarakat akan damai dan dapat segera pulih dari bencana sehingga semuanya dapat membuka usaha kembali dan menjalani kehidupan yang stabil.


“Saya sangat berterima kasih karena Master telah menyebarkan semangat welas asih. Sebagai seorang pastor dan kepala sekolah, saya pasti akan menyebarkan cinta kasih di lingkungan sekolah. Saya akan mengajarkan satu sekolah untuk bersumbangsih bagi dunia. Master, sumbangsih dan ajaran Tzu Chi telah mengingatkan saya bahwa dunia ini bukan hanya tentang diri kita sendiri, melainkan semua orang harus bersama-sama bersumbangsih bagi Masyarakat,”
kata Pastor Guillermo Andal Rektor Universitas Ateneo de Manila.

Saya berharap bahwa Bodhisatwa dunia dapat lebih sepenuh hati dalam membantu orang lain. Terkadang, saya melihat bahwa di Filipina, orang-orang yang kurang mampu dan menderita tidaklah sedikit. Saya berharap bahwa mereka yang lebih mampu dapat terus menciptakan berkah di sana. Saya sering mengatakan bahwa ketika bersumbangsih, Anda harus berterima kasih kepada penerima bantuan. Kesulitan yang mereka alami memberi kita kesempatan menyadari kekuatan kita untuk dapat membantu mereka. Oleh karena itu, kita harus berterima kasih sambil membungkukkan badan.

Lihatlah, ketika insan Tzu Chi memberikan bantuan, mereka akan membungkuk lebih rendah dari penerima bantuan. Saya sering berkata bahwa kalian dapat menjadi mampu hari ini karena kalian pernah menciptakan berkah. Dengan menciptakan berkah, Anda memiliki usaha yang dapat dijalankan. Ini disebut dengan energi berkah. Anda hendaknya memanfaatkan energi berkah ini untuk membantu orang lain yang kesulitan. Ini disebut dengan meneruskan estafet cinta kasih.

Saya sering merasa bahwa saya dipenuhi berkah. Ketika saya ingin memulai bantuan internasional, cinta kasih di setiap negara langsung terhimpun tanpa adanya hambatan. Cinta kasih tidak membeda-bedakan agama. Agama yang berbeda-beda dapat bersatu untuk menjalankan 1 hal yang sama, yaitu cinta kasih. Cinta kasih memerlukan ketulusan untuk mengasihi satu sama lain.


Dengan banyaknya orang yang menderita di dunia, Tuhan, Kristus, atau Allah tentu berharap setiap umat dapat memiliki cinta kasih untuk bersumbangsih bagi yang membutuhkan. Begitu pula dengan ajaran Buddha yang tidak sampai hati melihat semua makhluk menderita. Jadi, hendaknya kita menggerakkan banyak orang untuk membantu orang lain. Inilah yang disebut menciptakan berkah bagi dunia. Hanya ketika kita memiliki energi dan berhimpun, barulah kita dapat membentuk kekuatan.

Saya sangat berterima kasih kepada semuanya, baik yang memiliki uang maupun tidak. Bagi mereka yang bersumbangsih dalam bentuk materi, saya berterima kasih karena telah meringankan beban saya. Bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi, sumbangsih kecil melalui celengan bambu pun telah menunjukkan niat baik dan ketulusan setiap orang.

Saya sangat berterima kasih kepada semuanya. Saya sangat berharap setiap komisaris kehormatan, insan Tzu Chi, dan Bodhisatwa sekalian dapat lebih sering datang ke Taiwan dan mengunjungi Griya Jing Si di Hualien. Hualien adalah rumah bagi jiwa kebijaksanaan kita. Ini semua dimungkinkan oleh berkat cinta kasih. 

Bersatu hati menghimpun kekuatan untuk membantu mereka yang menderita
Membina berkah dan kebijaksanaan berlandaskan kesadaran
Menyelamatkan dunia dengan himpunan cinta kasih
Bersyukur dengan tulus dan meneruskan Kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 Februari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 25 Februari 2024
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -