Ceramah Master Cheng Yen: Bertekad Mengembangkan Enam Paramita

Batin kita sendiri, jika tidak dijaga dengan baik, maka begitu timbul sebersit niat menyimpang, juga dapat membawa malapetaka. Kita terus membahas tentang warga Suriah yang telah mengungsi selama lebih dari lima tahun. Selama lebih dari lima tahun ini, bagaimana kondisi di Suriah? Kerusakan dan kehancuran yang ada sungguh tak terkira. Ini adalah akibat ulah manusia.

Ulah manusia hanya bermula dari sebersit niat. Dalam hubungan antarmanusia, sebersit niat itu telah merusak kebahagiaan yang ada. Sejak saat itu, baik di darat maupun di perairan, gelombang pengungsi terus mengalir. Penderitaan mereka sungguh tak terkira.

Lihatlah, di wilayah perairan, setiap saat dan setiap hari terdapat kejadian yang membutuhkan pertolongan darurat. Di lautan yang luas itu, entah sudah berapa banyak orang yang tewas. Melihatnya, hati saya sungguh merasa sedih. Kita tak pernah tahu kapan para pengungsi ini dapat memiliki tempat menetap yang tenang. Kita sungguh tak berdaya.

Mereka mengungsi lewat jalan darat. Ada sebagian dari mereka yang telah tiba di negara tertentu. Harapan seakan ada di depan mata, tetapi ternyata mereka tertahan di perbatasan. Kita sungguh merasa ada begitu banyak hal yang patut disesalkan. Betapa banyak orang yang harus menderita, betapa banyak anak yatim piatu yang tak memiliki tempat tinggal.

Kita juga melihat kondisi di Haiti. Relawan Tzu Chi Amerika Serikat telah tiba di sana. Tim reporter Da Ai TV juga sudah berada di sana. Mereka harus menempuh bahaya demi menyalurkan bantuan kepada warga setempat agar dapat melewati kondisi bencana kali ini. Nasi instan kacang merah kita juga sudah dikirimkan ke sana. Namun, entah sampai kapan bantuan bencana kali ini baru akan selesai. Karena itu, dibutuhkan estafet cinta kasih. Benar, kita membutuhkan tenaga manusia. Tentu, kita juga membutuhkan barang bantuan.

Kita juga melihat kemarin, para relawan di RS Tzu Chi Hualien juga mulai menggalang dana bagi Haiti. Himpunan sedikit demi sedikit donasi juga bisa terhimpun menjadi cinta kasih yang besar. Jika setiap orang memiliki semangat yang sama, maka dengan sedikit berhemat, kita semua dapat menghimpun kekuatan untuk membantu orang lain. Semangat seperti ini tentu harus dibangkitkan. Jika semua orang terinspirasi, maka kita akan memiliki kekuatan.

Kita juga melihat kondisi di Filipina. Topan Haima telah mendarat di wilayah utara Pulau Luzon dan menyebabkan bencana besar. Setelah akses jalan dan penerbangan pulih kembali, Relawan Li memimpin tim untuk melakukan survei. Kurang lebih ada sekitar 100 keluarga yang tempat tinggalnya sulit diperbaiki

Sejak kemarin, para relawan mulai membagikan bantuan sepuluh ribu peso bagi setiap keluarga itu agar mereka bisa membeli lempengan seng untuk menutupi atap rumah mereka. Mereka sangat kekurangan. Di sana kita sungguh dapat melihat semangat Bodhisatwa yang dimiliki para relawan.

Di Filipina, relawan Tzu Chi juga mulai membantu warga kurang mampu untuk memperbaiki atap rumah yang bocor dan tak mampu mereka perbaiki sendiri. Masalah akibat serangga juga timbul di sana. Sudah ada satu keluarga di sana yang anaknya terjangkit demam berdarah karena di lingkungan itu banyak air kotor yang menggenang. Insan Tzu Chi juga menggerakkan relawan setempat untuk turut bersumbangsih.

“Perbaikan rumah ini sungguh membawa perubahan bagi hidup kami karena kini kami bebas dari masalah atap bocor dan tetap dapat tidur nyenyak meski topan datang. Begitu turun hujan, rumah kami pasti akan banjir. Terutama jika hujan turun dengan deras, air dari luar bisa masuk sampai ke ruang tamu. Jika ingin berteduh di lantai atas, berhubung atap rumah kami bocor, maka kami juga harus menampung airnya dengan pakaian dan ember,” kata seorang warga.

“Bagi kami para relawan lokal, program perbaikan ini sangat membantu. Terutama bagi relawan yang kondisi ekonominya kurang baik, program ini dapat menghindarkan mereka dari wabah penyakit dan dapat memperbaiki kondisi kehidupan mereka sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih efektif,” kata Fema Dela, seorang relawan lokal.

Ini juga sungguh mengharukan. Asalkan warga setempat dapat membangkitkan cinta kasih dan mengerahkan potensi mereka, maka kita dapat menyediakan bahan, lalu mengajak orang-orang di sana untuk turut membantu memperbaiki rumah tetangga mereka. Kini, kelompok relawan di sana juga sudah mulai bergerak. Jadi, asalkan ada orang yang menyerukan dan memiliki cara untuk menggerakkan, setiap orang akan bersedia untuk turut membantu. Program ini tak dapat diselesaikan oleh satu orang. Kita harus mengajak banyak warga setempat untuk turut membantu.

“Semua orang bersumbangsih dengan gembira. Tzu Chi membantu saya memperbaiki rumah. Bagi saya, ini sungguh sangat membantu dan memperbaiki kualitas tempat tinggal saya. Cucu-cucu saya tidak perlu kebanjiran lagi. Setelah bahan bangunan diantarkan kemari, saya melihat para relawan menyumbangkan waktu dan tenaga untuk memperbaiki rumah saya. Saya merasa sangat gembira dan dipenuhi kehangatan karena mereka semua begitu peduli kepada keluarga saya. Berkat Master Cheng Yen, kini saya bisa memiliki malam yang damai dan tidak perlu khawatir atap bocor. Kini akhirnya saya memiliki rumah yang layak,” kata seorang warga.

Rasa syukur dimiliki setiap orang. Ini karena semua orang bersatu hati dan bekerja sama dengan harmonis saat bersumbangsih. Kita bisa melihat keharmonisan masyarakat di sana. Rumah-rumah yang rusak kini telah diperbaiki. Ini bukan tidak mungkin dilakukan. Selama bertahun-tahun, rumah-rumah di sana banyak yang tidak layak. Namun, begitu kita menyerukan ajakan, kondisi kehidupan di sana pun berubah.

Jadi, kita harus yakin terhadap potensi ini. Janganlah kita enggan untuk bertekad dan enggan untuk bertindak meski mampu. Setelah mendengar dan menyerap Dharma, kita harus bertekad. Dengan adanya tekad, akan ada kekuatan untuk mewujudkannya. Ini disebut Dharma yang melampaui kata-kata.

Jika kita hanya mendengar Dharma tanpa bertekad, maka tidak ada gunanya. Jika kita hanya mendengar Dharma, tetapi tidak membangkitkan ikrar atau hanya mencari Dharma, tetapi tidak mengambil tindakan, maka kita akan sulit mempraktikkan Sutra. Tanpa adanya hati atau tekad, kita tak akan dapat mempraktikkan Sutra dan tak dapat mengembangkan Enam Paramita. Kita tidak akan bisa menjalankan praktik Bodhisatwa menuju kebuddhaan. Jadi, setelah mendengar Dharma, kita harus bertindak nyata. Inilah yang benar. Singkat kata, Dharma ada di hati kita. Asalkan kita mau bertekad, maka tiada hal baik yang mustahil dicapai. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.

 

Sebersit niat menyimpang membawa malapetaka

Pembagian bantuan Tzu Chi membawa kebahagiaan

Menggerakkan warga setempat untuk turut memperbaiki rumah tetangga

Menghimpun sedikit demi sedikit kebajikan untuk menyempurnakan Enam Paramita


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 Oktober 2016

 

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -