Ceramah Master Cheng Yen: Bertekad Menjalankan Misi Pendidikan dan Mewariskan Pelita Hati
“Saya sudah mengabdi di sini selama 23 tahun. Sebagai kepala sekolah, saya merasa bahwa jika ingin membuat sekolah ini lebih profesional dan menghadirkan pendidikan yang lebih khas, saya harus meningkatkan kualifikasi akademik. Selain itu, agar para guru dapat meneguhkan tekad, kita perlu mendorong mereka untuk mengikuti pelatihan menjadi anggota komite Tzu Chi,” kata Chen Pei-zhu, Kepala TK Tzu Chi Terafiliasi Universitas Tzu Chi.
“Saya merasa bahwa di mana pun saya mengajar, insan Tzu Chi selalu ada di hati saya. Jadi, saya bisa mengajar di mana saja. Namun, saya memilih kembali ke SD Tzu Chi karena satu kalimat dan harapan Master,” kata Wang Pei-ru, Kepala Bidang Akademik Sekolah Dasar Tzu Chi Terafiliasi Universitas Tzu Chi.
“Saya sudah berada di Sekolah Menengah Tzu Chi selama 23 tahun. Waktu terasa begitu cepat berlalu. Master memberi saya nama Dharma ‘Cheng Zhi’. Mendengar nama itu, saya langsung teringat pada pepatah, ‘Ketulusan yang sungguh-sungguh, dapat melunakkan batu dan besi.’ Itu berarti saya harus tekun, bersemangat, tulus, benar, penuh keyakinan, dan sungguh-sungguh. Kata ‘Zhi’ sendiri bermakna bahwa saya harus mempraktikkannya dalam tindakan nyata,” kata Xiao Xiang-hua, Kepala Departemen Urusan Umum Sekolah Menengah Tzu Chi Terafiliasi Universitas Tzu Chi.

Lahir ke dunia ini, jika kita bersedia memikul tanggung jawab, itu adalah sebuah jalinan jodoh yang agung. Jika kita tidak mau memikul tanggung jawab, itu artinya hanya mengikuti arus karma dan terpaksa lahir, lalu menjalani hidup dalam ketidakberdayaan. Jadi, berhubung sudah lahir ke dunia, hendaknya semua orang berani menegakkan dada dan membuat hidup ini memiliki nilai.
Saya selalu mengingatkan semuanya untuk menginventarisasi nilai kehidupan. Kita tidak boleh mundur dan berhenti. Hendaknya kita terus tekun dan bersemangat. Sesungguhnya, mewariskan semangat itu sangatlah penting. Namun, mewariskan berarti harus membimbing. Walau dunia ini tidak pernah berhenti, kehidupan tetap mengikuti hukum alam.
Saya juga menasihati diri sendiri untuk tidak selalu merasa sudah tua, melainkan tetap tegap dan melangkah maju. Sebagai manusia, jika berbicara tentang fisik, apa yang disebut dengan "tua"? Tua bukanlah soal fisik, melainkan ketika kita sering berkata, "Saya sudah tua dan tidak sanggup memikul tanggung jawab," atau, "Saya sudah tua, harus ada yang menggantikan saya."
Belakangan ini, saya menyadari bahwa memang sudah waktunya ada orang lain yang ikut memikul tanggung jawab. Bakul beras dunia ini harus ada yang memikulnya. Di satu sisi, saya ingin selalu menegakkan dada, tetapi di sisi lain, saya pun berharap ada yang bisa membantu memikul tanggung jawab itu. Inilah yang disebut tanggung jawab.
Pendidikan memang pada hakikatnya ialah membina insan berbakat. Setiap minggu, saat rapat misi pendidikan, ketika mendengar laporan, muncul perasaan bahwa saya benar-benar tidak menyesal dengan hidup ini. Murid-murid yang dididik telah tumbuh menjadi pribadi yang penuh cinta kasih dan kualitas mereka pun sangat baik. Melihat hal itu, saya merasa sangat bahagia.

Ada pula alumni Tzu Ching yang merupakan lulusan Tzu Chi kembali ke sini dan berbaai pengalaman. Makin melihatnya, saya merasa makin kagum. Ya, sekelompok anggota Tzu Ching ini tidak tersesat. Mereka tetap berjalan di jalan kehidupan yang agung dan lapang dan berusaha membuka jalan bagi semua orang di dunia. Sebagian lulusan Tzu Chi pun kini sudah menjadi pilar masyarakat. Baik di bidang pendidikan, perdagangan, maupun teknik, semuanya memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Bukankah itu berarti mereka sedang menapaki jalan yang agung dan lapang?
Melihat mereka telah banyak membantu dan berprestasi, saya merasa bahwa itulah nilai kehidupan. "Nilai" bukanlah seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan, melainkan melihat anak-anak yang kita didik kini bisa bersumbangsih dan memikul tanggung jawab bagi masyarakat. Ini sungguh-sungguh membuat saya bahagia dan merasa sangat bersyukur.
Namun, dunia ini penuh dengan ketidakkekalan. Ketidakkekalan terjadi di mana-mana dan amat mengkhawatirkan. Kehidupan tidak kekal dan bumi bersifat rentan. Bencana bisa datang kapan saja tanpa kita ketahui. Kini, kita mendengar kabar bencana di mana-mana, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, dan badai. Hal yang lebih mengkhawatirkan ialah bencana akibat ulah manusia.
Dunia sudah dipenuhi dengan kegelapan batin dan ketidakselarasan hati manusia. Tidak hanya ketidakselarasan empat unsur alam, yang lebih menakutkan ialah ketidakselarasan hati manusia. Inilah yang Buddha katakan tentang era kemunduran Dharma, yaitu saat hakikat bajik manusia begitu lemah dan tertutup oleh kegelapan batin. Ketika kegelapan batin menutupi hati, nurani pun akan terkubur. Bagaimana solusinya? Saya menyadari bahwa jawabannya ialah pendidikan yang menyucikan hati manusia.

Selama puluhan tahun, setiap kali keluar untuk acara Pemberkahan Akhir Tahun dan lainnya, saya selalu menyerukan pentingnya menyucikan hati manusia. Inilah yang setiap hari saya pikirkan dan selalu saya serukan setiap tahunnya. Namun, kenyataannya tidaklah mudah. Bukan karena tidak ada hasil, tetapi karena pertumbuhan populasi jauh lebih cepat daripada laju pendidikan.
Nafsu keinginan manusia bagaikan gelombang besar yang terus bergelora. Apa yang harus dilakukan? Tidak ada cara lain selain tetap berpegang pada pendidikan. Jangan putus asa, karena pendidikan adalah satu-satunya jalan. Hendaknya kita membangun tekad untuk mendidik. Inilah ikrar kita. Dengan berpegang teguh pada tekad dan menjalankan ajaran, jalannya akan luas dan lapang. Kita semua memiliki hati untuk mendidik. Hendaknya kita menjaga tekad dan ikrar yang telah dibangun.
Baru saja, saya mendengar bahwa banyak anggota Tzu Ching yang memikul tanggung jawab. Tanggung jawab pendidikan telah ada di pundak mereka. Inilah yang sering saya katakan tentang memikul bakul beras dunia, yaitu memikul bekal pendidikan. Para insan berbakat ini adalah bekal sumber daya kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan mendidik mereka dengan baik agar bakat mereka tumbuh dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Misi pendidikan ini adalah warisan lintas generasi yang dapat terus membina insan berbakat bagi dunia. Pendidikan karakter sangatlah penting. Cinta kasih dan teladan kebajikan harus dibangun dengan kokoh. Saya berterima kasih kepada para kepala sekolah dan guru yang dulunya juga merupakan anggota Tzu Ching dan kini telah menjadi pendidik sekaligus pemimpin. Melihat kalian tumbuh, berhasil, dan berani memikul bakul beras dunia, saya merasa sangat bahagia.
Melangkah dengan tegap dan berani memikul tanggung jawab
Tekun dan bersemangat menuju kebajikan dan memikul bakul beras dunia
Membangun ikrar dan tekad yang teguh untuk membentangkan jalan agung
Mewariskan pelita hati dan membina insan berbakat
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 27 Agustus 2025