Ceramah Master Cheng Yen: Bertindak Nyata Menyelamatkan Semua Makhluk

 

Begitu tiba di Nantou, saya merasakan suasana pedesaan. Saya sungguh gembira. Selain itu, saya juga melihat semangat budaya humanis yang kental. Sebuah jalinan jodoh yang istimewa di Nantou adalah banyaknya relawan dari dunia pendidikan yang bergabung pascagempa 21 September 1999, setelah Tzu Chi  membantu pembangunan gedung sekolah.

Kini, saat melihat sekolah-sekolah itu, saya merasa bahagia. Inilah yang kita sebut Proyek Harapan. Salah satu yang berkesan adalah Kepala Sekolah Xu. Beliau sangat bersungguh hati. Setiap kali saya meninjau lokasi proyek, beliau selalu hadir dan memberi penjelasan pada saya mengenai bahan-bahan bangunan yang kita gunakan dan bagaimana pembangunan dijalankan. Setiap kali saya datang, beliau selalu begitu. Saya merasa kepala sekolah ini sangat baik, sungguh merupakan murid saya yang baik.

Pagi ini, saat berkeliling, saya bertemu para kepala sekolah yang sekolahnya kita bangun pascagempa 21 September 1999. Mereka bersama-sama berseru kepada saya, "Kami akan selalu berada di sini." Inilah jalinan kasih sayang yang langgeng. Sejak gempa 21 September 1999 hingga saat ini, hampir 17 tahun berlalu. Benar, hampir 17 tahun dan mereka masih tetap ada. Inilah jalinan kasih sayang yang langgeng. Kontribusi mereka selama ini berasal dari semangat cinta kasih. Cinta kasih ini telah membentangkan jalan. Sungguh, demikianlah Tzu Chi di Taiwan yang telah membangun  ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan di dalam hati semua orang serta membentangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin dalam hubungan antarmanusia.

Ajaran Buddha selalu menjadi pegangan kita dalam langkah kita yang juga sangat hati-hati. Berlandaskan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan, kita mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Semangat ini selalu sama selama 50 tahun ini. Saya percaya para murid saya juga demikian, juga mengasihi setiap orang. Buddha mengasihi semua makhluk bagai anak-Nya. Kepada para warga lansia, kita menganggap mereka bagai orang tua sendiri. Kepada para anak muda, kita menganggap mereka seperti anak kandung sendiri. Kita mengasihi semua orang mulai dari orang tua, anak muda, sampai anak kecil. Kita juga memberikan beasiswa bagi anak-anak. Di Nantou juga ada penerima beasiswa, bukan? Kita tidak ingin anak-anak putus sekolah dan tidak dapat mengenyam pendidikan. Kita juga harus membantu mereka. Demikianlah kita menyayangi semua orang mulai dari yang paling tua hingga yang paling muda.

Kemarin pagi, Kepala Rumah Sakit Tzu Chi Taichung melaporkan sebuah kasus pasien kepada saya. Pasien ini adalah seorang anak berusia 5 tahun yang menderita penyakit langka dan membutuhkan suntikan obat seharga 200 ribu dolar NT (80 juta rupiah) sekali suntik. Dalam sebulan, dia harus disuntik dua kali. Orang tuanya sudah menjual rumah untuk biaya pengobatan anak ini. Saat rumah sakit kita menerima pasien ini, keluarganya sudah tidak lagi memiliki biaya. Setelah pasien ini diterima oleh rumah sakit kita, para dokter dan perawat merawatnya dengan baik. Kondisi anak ini pun membaik. Saat pertama kali datang, dia tidak bisa berbicara. “Terima kasih, Kakek Guru,” katanya. Lain kali, saat saya datang lagi, kamu harus bisa berdiri. Jangan mudah putus asa. Anak yang tidak takut lelah, barulah anak yang berani. Kita coba berdiri sekali, bisa? Dia mengerahkan seluruh tenaganya. Genggaman tangannya kuat sekali. “Kamu sangat berani. Kamu harus selalu berani seperti ini.” Dia berkata, "Berdiri sangat sulit dan melelahkan." Ekspresi wajahnya begitu tak berdaya, tetapi kita tetap harus memotivasi dirinya. Intinya, kita di Taiwan sangat beruntung karena ada banyak orang yang penuh cinta kasih.

Orang yang saya kasihi adalah yang benar-benar terjun untuk melakukan praktik nyata. Saya berharap dalam kehidupan ini kalian dapat menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik. Bukan hanya semata-mata menciptakan berkah, kita harus terjun langsung untuk benar-benar melihat di mana berkah ini ditanam. Jika kita hanya mendonasikan uang, tetapi tak tahu apa yang dilakukan dengan uang itu, maka saat beredar isu di luar, kita akan merasa ragu dan bertanya-tanya ke mana perginya uang yang kita sumbangkan. Jika kalian juga ikut terjun langsung, maka kalian juga akan tahu jelas digunakan untuk apakah donasi kalian. Selain itu, dengan terjun langsung, kalian sendiri juga akan memperoleh manfaat.  Dalam setiap hal yang dilakukan, kita menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Belakangan ini saya terus membabarkan Sutra Bunga Teratai. Setelah mengajar selama lebih dari 40 tahun, tepatnya setelah 42 tahun, Buddha baru membabarkan kebenaran tertinggi dan mendorong semua orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Saat ini, saya melihat kalian semua sebagai Bodhisattva. Kalian mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Saat mendengar suara penderitaan, kita bergerak kemana pun dibutuhkan. Di mana pun dibutuhkan, insan Tzu Chi selalu hadir. Inilah wujud Bodhisattva dunia. Ini tentu bisa terwujud karena sejak berkalpa-kalpa yang lampau, kita sudah menjalin jodoh dengan Buddha. Kita juga tak berhenti belajar. Buddha berharap kita dapat terjun ke tengah-tengah semua makhluk. Lebih dari 2.000 tahun lalu, Buddha sudah mengatakan bahwa dunia masa kini akan dipenuhi lima kekeruhan. Pada masa-masa yang penuh kekeruhan ini, juga akan muncul banyak orang yang berusaha menyelamatkan semua makhluk. Karena itu, masa ini juga disebut Kalpa Keberuntungan. Dalam Kalpa Keberuntungan ini, akan semakin banyak bermunculan orang baik. Saudara sekalian, adakalanya, saat berpikir dalam keheningan, saya merasa bahwa justru karena dunia di masa lima kekeruhan ini penuh bencana maka dibutuhkan banyak Bodhisatwa. Kita sangat beruntung karena  tahun lalu Taiwan termasuk aman dan tenteram. Namun, kita harus tahu bahwa tahun lalu dunia ini dipenuhi banyak bencana, baik bencana alam maupun ulah manusia. Kita di Taiwan termasuk aman dan tenteram. Karena itu, harap semua orang dapat meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, dan berhati tulus. Semoga kita selamanya berada dalam ketenteraman dan selalu memiliki tekad untuk bersumbangsih dan membantu sesama.

 

Bodhisatwa muncul kala bencana terjadi

Menyebarkan benih kebajikan di mana pun berada

Bertindak nyata menyelamatkan semua makhluk

Bersumbangsih demi mewujudkan keharmonisan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Januari 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 24 Januari 2016
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -