Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Berkumpul untuk Menyelamatkan Semua Makhluk

Kita bisa melihat bahwa Siklon Idai sungguh telah membawa bencana serius bagi tiga negara di Afrika. Bagi kita yang ingin menyalurkan bantuan bencana, ini juga merupakan tantangan besar. Barang bantuan tidak bisa dikirim lewat udara. Hingga kini, jalur darat pun sulit ditempuh. Entah bagaimana menjangkau lokasi bencana.

Bagaimana dengan jalur laut? Lokasi bencana merupakan pedalaman dan tidak ada pelabuhan di sekitarnya. Perjalanan dengan mobil harus menempuh jarak yang sangat jauh dan melelahkan. Kita tidak tahu bagaimana mengirimkan barang bantuan ke sana.

“Saat ini, saya berada di Beira, tempat pertama siklon mendarat. Tadinya, rumah-rumah di sekeliling saya merupakan rumah-rumah mewah. Namun, dari atap tempat saya berdiri, kalian bisa melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan,” Reporter CNN melaporkan.

“Suplai listrik di Beira belum pulih dan harga makanan naik tiga kali lipat. Banyak orang yang mengantre untuk membeli roti dan bahan bakar,” terang Jens Laerke, Juru bicara PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

 

“Ini merupakan kondisi darurat di mana barang bantuan tidak bisa masuk. Biasanya, kami akan mengirimkan barang bantuan dalam jumlah besar ke lokasi bencana dan membagikannya. Karena banjir besar, akses transportasi terputus. Jadi, kita terpaksa menggerakkan helikopter. Semakin cepat kita bisa mengirimkan bantuan lewat jalur darat, semakin banyak orang yang akan tertolong,” tutur Koordinator Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.

“Kita mendirikan pusat pelayanan medis untuk mencegah penyebaran malaria, diare, dan kolera serta berencana memvaksin anak-anak,” kata Celso Correia, Menteri Lingkungan Mozambik.

Saya sering mengulas tentang Mozambik. Kini yang dilanda bencana

ialah wilayah tengah Mozambik. Untuk menjangkau lokasi bencana, Dino dan relawan lainnya harus menempuh jarak seribu kilometer lebih. Ini membutuhkan kerja keras. Beberapa hari yang lalu, dia terbang ke sana dengan sebuah helikopter penyelamat. Dia melaporkan kerusakan parah yang dia lihat di sana.

“Anak perempuan ini, Zinha, sedang menjemur buku-bukunya,” ujar Dino Foi, Relawan Tzu Chi Mozambik.

 

Dia melihat seorang anak perempuan yang berfokus menjemur buku-bukunya di atas tanah. Melihat pemandangan seperti ini, Dino meneteskan air mata. Dia juga melihat sebagian orang yang berdiri dengan tidak berdaya. Bagaimana kita bisa membantu mereka? Kondisi di sana sungguh sulit dideskripsikan.

Tzu Chi belum bisa menjangkau wilayah yang terkena dampak serius. Namun, kita berharap setelah pulang, Dino bisa mencari tahu bagaimana mengirimkan barang bantuan ke lokasi bencana yang begitu jauh. Ini karena daerah sekitar mereka sudah kekurangan barang kebutuhan sehari-hari. Kita tetap berharap ada jalan yang bisa kita tempuh ke sana.

Di Zimbabwe, kita bisa melihat Relawan Zhu yang menjangkau lokasi bencana bersama beberapa relawan lain. Di dalam mobil, setiap relawan memenuhi pangkuan mereka dengan roti. Mereka memenuhi semua ruang yang ada dengan barang bantuan demi membawanya ke lokasi bencana. Saat tiba di lokasi bencana, mereka terlebih dahulu memberikan obat penjernih air.

 

Saat malam, mereka tidur beratapkan langit di atas tanah yang tidak rata. Demikianlah mereka melewati malam di sana. Inilah ketekunan dan semangat Bodhisatwa. Sepanjang perjalanan, mereka melihat jalan yang retak akibat arus banjir dan terlihat seperti selokan. Mereka lalu menancapkan ranting pohon di sana untuk mengingatkan pengguna jalan bahwa terdapat lubang di sana. Sepanjang jalan, mereka dengan sepenuh hati melindungi pengguna jalan di belakang mereka dan terus memikirkan cara untuk menolong para korban bencana. Mereka melakukannya dengan tulus.

Dalam perjalanan, mereka melihat kendaraan Palang Merah terjebak di dalam lumpur. Mereka lalu turun dari mobil dan membantu mendorong kendaraan itu. Semua orang saling membantu dan mendukung. Inilah kesulitan dalam penyaluran bantuan bencana. Relawan setempat berusaha bersumbangsih, tetapi yang bisa mereka lakukan terbatas. Tanpa bantuan dari luar, mereka akan kehabisan tenaga.

 

Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus menghimpun tetes demi tetes kekuatan. Namun, bagaimana kita melakukannya? Beberapa hari ini, kita mengadakan kamp pengusaha untuk menginspirasi para pengusaha. Kali ini, pengusaha dari 10 negara dan wilayah berkumpul di Hualien. Kemarin sore, mereka kembali ke Griya Jing Si dan kita berbagi dengan mereka tentang bencana besar di Afrika kali ini sehingga mereka bisa melihat penderitaan dan menyadari bahwa berbuat baik bukan hanya hak orang berada.

Kemarin, saya juga memberikan imbauan kepada para pengusaha. Jika ada yang berbisnis atau memiliki kenalan di Afrika, mereka mungkin bisa memberikan dukungan berupa barang bantuan, mencari jalan yang bisa kita tempuh, atau membantu membeli barang bantuan. Semoga ada orang di sekitar lokasi bencana yang dapat menjangkau lokasi bencana. Ada beberapa relawan dari Malaysia yang meminta izin untuk pergi ke sana. Mereka bertekad dan berikrar untuk pergi ke Afrika.


Singkat kata, kita menantikan secercah harapan untuk memenuhi kebutuhan korban bencana. Bagaimana cara kita pergi ke sana untuk membuka dan membentangkan jalan agar kita dapat menyalurkan bantuan di sana? Untuk itu, kita harus bersungguh hati. Hidup manusia penuh dengan penderitaan. Saya berharap setiap orang dapat senantiasa berdoa dengan tulus.

Saya bersyukur kepada para Bodhisatwa yang kini memikul tanggung jawab berat di garis depan. Kita harus berdoa semoga semua orang selamat. Kita juga sangat khawatir mereka meminum air yang tidak bersih atau digigit nyamuk. Kita juga berharap semua orang selamat dalam perjalanan. Kita terus mengkhawatirkan mereka, tetapi tidak bisa menyerah dari penyaluran bantuan bencana. Jadi, kita sungguh harus mendoakan mereka. Kita juga harus berdoa semoga kita bisa menemukan jalan keluar dan penyaluran bantuan bencana kita bisa berjalan lancar. Mari kita mendoakan mereka dengan tulus.

 

Terjangan Siklon Idai menimbulkan kerusakan parah

Bersiteguh menjangkau lokasi bencana meski perjalanan jauh dan penuh rintangan

Bodhisatwa berikrar menyelamatkan semua makhluk setelah melihat penderitaan

Mendoakan keselamatan dengan hati yang tulus

  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Maret 2019

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -