Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Dunia Giat Melatih Diri

“Pagi ini, saya mengemudikan mobil layanan kesehatan Tzu Chi dari San Jose ke sini. Di sini, kita bisa melihat banyak pasien yang membutuhkan pengobatan. Dengan menggelar baksos di sini, kami bisa melayani lebih banyak orang, “ kata Xu Zheng-wei seorang relawan Tzu Chi.

“Hari ini, saya datang berobat ke poli gigi. Saya menghargai Tzu Chi yang telah memberikan layanan penambalan dan pembersihan gigi,” ucap Florence Cooper seorang mantan narapidana.

“Kami mencoba untuk tak hanya memberikan pelayanan medis, tetapi juga memberikan penyuluhan. Saya pikir ini jauh lebih penting,“ kata Dokter TIMA, Chelca Lin.

Kita bisa melihat insan Tzu Chi selalu bersumbangsih bagi orang yang menderita. Sungguh, kita harus menggunakan welas asih untuk berempati pada orang yang menderita serta menggunakan sukacita dan keseimbangan batin untuk memperhatikan semua makhluk di dunia ini. Sungguh, asalkan kita bersumbangsih dengan penuh cinta kasih maka lama-kelamaan, butir demi butir benih cinta kasih akan bertunas.

Setelah membangkitkan cinta kasih, orang kurang mampu juga dapat menyisihkan sedikit demi sedikit uang untuk menolong sesama. Buddha mengajari kita bahwa Bodhisatwa menggarap ladang batin bagaikan petani. Orang-orang yang di kehidupan lampau kurang menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik akan dilanda banyak kesulitan, kekurangan, dan penderitaan di kehidupan sekarang.

Jika berkesempatan untuk berinteraksi dengan orang yang menderita, kita harus segera bersumbangsih. Pada saat yang sama, kita juga harus membangkitkan cinta kasih mereka agar pintu hati mereka terbuka dan kekayaan batin mereka terbangkitkan. Dengan berdonasi sedikit demi sedikit setiap hari, mereka bisa membina cinta kasih. 

“Saya menyukai sikap kalian yang penuh cinta kasih dan rasa hormat. Kita saling membantu dengan penuh semangat dan membuat pasien merasa penuh kehangatan. Saya berharap suatu hari nanti, saya bisa membalas budi dan menolong orang lain. Karena itu, saya akan menjadi seorang relawan, “ ujar seorang warga, Reyna Hernandez.

Dengan cara inilah kita membabarkan Dharma dan menabur benih cinta kasih ke dalam hati mereka. Meski hanya satu kalimat atau satu Gatha di dalam Sutra, tetapi dengan menyerapnya ke dalam hati, kita dapat merasakan sukacita. Contohnya, insan Tzu Chi selalu berbagi dengan penerima bantuan bahwa kita mampu menolong mereka berkat himpunan donasi dari banyak orang. Setelah mendengar tentang hal ini, mereka menyadari bahwa mereka juga mampu melakukan hal yang sama. Dengan membina kesabaran dan cinta kasih untuk menyisihkan sedikit demi sedikit uang, mereka juga dapat menolong orang lain. Ini sesuai dengan ajaran Buddha yang terdapat di dalam Sutra. 

Sesungguhnya, isi Sutra bertujuan untuk membangkitkan niat baik kita dan membimbing semua orang untuk menghimpun kekuatan guna menolong lebih banyak orang. Ajaran kebenaran harus kita sebarkan agar bisa dipraktikkan oleh setiap orang. Inilah yang disebut membabarkan Dharma. Kita harus membabarkan Dharma yang bisa dipraktikkan secara nyata ke dalam hati orang-orang. Karena itulah, saya sering berkata, “Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan.” Jalan ini merupakan jalan kebenaran yang bisa kita tapaki. Karena itu, kita harus bersungguh hati.

 

Banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Cinta kasih harus dibina dari usia dini. Lihatlah anak perempuan ini.

“Saya tidak suka manusia makan daging. Saya hanya tidak ingin mereka dipotong. Hewan-hewan sangat baik, “ kata Ye Zhou-yu alumni TK Tzu Chi.

"Jadi, kamu tidak akan makan daging lagi?"

“Saya tidak ingin mereka terus dipotong. Jika kita terus memotong mereka, maka di Bumi tidak akan ada hewan lagi," jawab Ye Zhou-yu

Sifat hakiki setiap manusia adalah bajik. Pada dasarnya, setiap orang memiliki welas asih dan rasa empati. Bukankah anak-anak di Malaysia juga demikian? Lihatlah keteguhan anak ini.

"Mengapa kamu bervegetaris?"

“Karena saya ingin menyelamatkan hewan, “ jawab Ye Zhou-yu

Mengapa kamu ingin menyelamatkan hewan?

“Jika kita membunuh hewan dan memasaknya maka ia tidak bisa bertemu dengan ibu dan ayahnya lagi. Jadi, saya tidak makan daging,” tambah Ye Zhou-yu. 

Berhubung dapat menempatkan diri pada posisi hewan, dia tidak tega mengonsumsi daging. Dia berharap semua hewan dapat hidup aman dan tenteram. Karena itu, dia bersiteguh untuk tidak mengonsumsi daging. Kita juga bertanya padanya bahwa jika keluarganya mengonsumsi daging saat mereka makan bersama, apakah dia tidak ingin memakannya?

Apakah kamu juga ingin makan daging saat melihat adik perempuan atau temanmu makan daging?

"Sedikit, tetapi saya tidak boleh makan. Saya harus bertahan, " jawab Ye Zhou-yu

"Sampai kapan kamu akan bertahan?"

"Sampai saya berusia 100 tahun," jawabnya.

"Seratus tahun ya? Saat berusia 101 tahun?"

"Tetap bertahan. Saya akan bervegetaris hingga berusia 1.000 dan 10.000 tahun," pungkasnya

Dia akan bervegetaris hingga berusia 1.000 dan 10.000 tahun. Bukankah itu berarti dari kehidupan ke kehidupan? Dia bertekad dan berikrar untuk bervegetaris dari kehidupan ke kehidupan. Dia sungguh menggemaskan. Dari usia empat tahun hingga sekarang duduk di bangku kelas dua SD, dia tetap bervegetaris. Meski dia berkata bahwa hanya sedikit ingin makan daging, tetapi saya agak khawatir mendengarnya. Kelak, setelah dia tumbuh lebih besar, akankah keinginannya juga bertumbuh besar? Seiring pertumbuhannya, apakah dia akan ingin memakan semuanya?. 

Pertumbuhan manusia penuh dengan berbagai godaan dan jebakan. Jika kita tidak memiliki tekad yang teguh serta kemurnian pikiran yang tidak ternodai dan bebas dari nafsu keinginan, bayangkanlah, bukankah kita akan mudah tergoda? Karena itu, kita harus memiliki keteguhan.

Dalam ceramah pagi hari ini, saya mengulas tentang makhluk berkesadaran yang giat melatih diri. Kita harus mempelajari ajaran Mahayana dengan tekun dan bersemangat. Setiap hari, kita harus sungguh-sungguh mempelajari ajaran Buddha meski hanya 1 kalimat atau 1 paragraf dari Sutra. Dengan adanya Dharma di dalam hati, kita akan senantiasa merasakan sukacita. Kita harus saling mendukung dan saling menyemangati, baru bisa mempertahankan tekad untuk selamanya. 

Jika tidak, kita akan mudah terjatuh ke dalam jebakan. Singkat kata, sulit untuk terlahir sebagai manusia dan mendengar ajaran Buddha. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati. Jika tidak, kita tak tahu kapan ketidakkekalan akan datang. Contohnya gempa berkekuatan besar yang terjadi di Taiwan kemarin. Beruntung, gempa kali ini terjadi di wilayah pesisir dan kedalamannya sangat dalam. Jika terjadi di daratan, entah bagaimana kondisi kita sekarang. Ini membuat saya teringat akan Ekuador. Insan Tzu Chi masih berada di Ekuador dan perjalanan mereka masih sangat panjang. Bukankah kita seharusnya bermawas diri dan berhati tulus? Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.

Mobil layanan kesehatan Tzu Chi menumbuhkan benih kebajikan

Bodhisatwa menggarap ladang batin bagaikan petani

Melihat sifat hakiki manusia lewat kemurnian pikiran anak-anak

Makhluk yang berkesadaran giat melatih diri

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Juni 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 3 Juni 2016

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -