Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Lansia Giat Bersumbangsih

Saya bersyukur atas perjalanan kali ini. Dari wilayah utara Taiwan hingga wilayah tengah Taiwan, saya sudah melihat dan melantik anggota komite dan Tzu Cheng dari negara-negara yang baru. Saya sangat tersentuh. Mereka bersumbangsih dan memberi perhatian kepada warga lokal di negara mereka. Saya sangat tersentuh setelah mendengar kisah yang mereka bagikan. Kemudian, kita mulai mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun.

Baik di Hsinchu maupun di Taoyuan, Bodhisatwa senior yang saya lihat, ada yang masih sangat sehat dan ada yang tampak sudah tua. Setelah melihatnya, perasaan saya bercampur aduk. Saya dipenuhi rasa sukacita, tetapi juga bercampur kesedihan. Mereka bagaikan cermin besar yang muncul di hadapan saya. Seiring berjalannya waktu, orang akan menjadi tua. Melihat orang menjadi tua atau sakit, saya sangat tak tega dan merasa mereka sangat menderita. Melihat ini setiap hari, di tengah rasa haru, saya juga merasakan penderitaan hidup.

Dalam pemutaran roda Dharma, hal pertama yang Buddha katakan ialah penderitaan. Saya semakin bisa merasakan penderitaan yang mendalam. Namun, dalam setiap sesi Pemberkahan Akhir Tahun, saya selalu menyerukan bahwa kita harus memanfaatkan kehidupan dan menggenggam setiap detik yang ada. Asalkan masih bisa bergerak dan berbicara, kita harus berbagi Dharma dan melakukan tindakan nyata. Jangan membiarkan kehidupan kita berlalu sia-sia begitu saja karena kehidupan penuh dengan ketidakkekalan.


Selama perjalanan kali ini, saya telah melihat banyak kekuatan cinta kasih. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan di Aula Jing Si Xindian, semua hadirin adalah Bodhisatwa lansia dan Bodhisatwa daur ulang. Mereka menampilkan "Sutra Bakti Seorang Anak". Lihatlah Bodhisatwa lansia kita. Mereka semua berkata, "Kami masih muda karena kami menyimpan 50 tahun di 'bank usia' yang Master buka. Sekarang kami hanya berusia 40-an tahun, 30-an tahun, dan 20-an tahun. Kami lebih muda dari kaum muda."

Begitu membusungkan dada, mereka sungguh terlihat lebih muda dari kaum muda. Mereka memiliki pengalaman dan bersedia mendedikasikan diri untuk melakukan daur ulang, maka mereka lebih muda dari kaum muda. Mereka bahkan berikrar seperti ini. Mereka sangat memiliki kebijaksanaan.

“Meski tubuh kami bungkuk, kami akan terus melakukan daur ulang. Meski sakit, kami tetap akan melakukan daur ulang. Asalkan sehat jasmani dan rohani, maka tak akan ada halangan. Menabung di "bank usia" membuat kami menjadi lebih muda. Kami tak membutuhkan perhatian jangka panjang. Memperhatikan Bumi lebih penting. Kami akan mewariskan konsep daur ulang dari generasi ke generasi. Kami akan memikul tanggung jawab ini.”

Meski sakit, mereka tetap ingin melakukan daur ulang. mereka tetap ingin melakukan daur ulang. Nyeri sendi pada lansia adalah hal yang sangat biasa. Meski sakit dan harus memakai pelindung pinggang, mereka tetap ingin melakukan daur ulang. Meski tubuh mereka bungkuk, mereka juga ingin terus melakukan daur ulang. Mereka lebih rela bersumbangsih daripada menjadi lansia yang harus dijaga orang dalam jangka panjang. Mereka ingin mengasihi Bumi dengan baik. Mereka semua menunjukkan kepedulian mereka terhadap dunia.


Bahan pembuatan selimut Tzu Chi berasal dari Bodhisatwa daur ulang. Mereka mengumpulkan, memilah, dan membersihkan botol plastik agar DA.AI Technology dapat mengolahnya menjadi serat, lalu membuatnya menjadi selimut yang hangat. Para Bodhisatwa ini membawa selimut ke acara Pemberkahan Akhir Tahun untuk menunjukkan bahwa selimut itu dapat membantu banyak orang yang terkena dampak bencana di dunia agar mereka bisa merasa hangat. Para relawan merasa melakukan daur ulang sangat bernilai bagi hidup mereka.

Di Banqiao juga ada satu sesi yang dihadiri oleh lebih dari seribu Bodhisatwa daur ulang. Di atas panggung juga ada polisi dan petugas pemadam kebakaran. Mereka menampilkan "37 Faktor Pencerahan" dalam isyarat tangan. Kita bisa melihat bahwa Bodhisatwa daur ulang menampilkannya dengan rapi.

Kita juga bisa melihat Asosiasi Guru Tzu Chi, alumni Tzu Ching, donor sumsum tulang, dan relawan pemerhati donor sumsum tulang. Mereka duduk berkelompok dengan total lebih dari 3.000 orang. Meski dalam sesi ini terdapat kelompok dan usia yang berbeda-beda, kelompok dan usia yang berbeda-beda, tetapi penampilan mereka tetap kompak. Bodhisatwa lansia tak kalah dari mereka. Saya merasa sangat terhibur melihatnya.

Baik di atas maupun bawah panggung, semuanya bagaikan hutan Bodhi dan lautan Dharma. Bagaimana mereka berlatih? Jika otak mereka tidak lincah, bagaimana bisa menyamakan gerakan, nyanyian, dan pikiran. Saya sangat gembira dan bersyukur. Banyak hal yang patut saya syukuri dalam perjalanan kali ini.


Setiap hari kita harus mengingatkan diri sendiri untuk menggenggam setiap detik dengan baik. Detik-detik yang terakumulasi akan menjadi jam, lalu menjadi hari, dan hari demi hari akan terus berlalu. Setelah waktu sarapan, aktivitas satu hari pun dimulai; saat makan siang, setengah hari pun sudah berlalu; saat makan malam, hari sudah akan berlalu. Sebenarnya apa yang telah kita lakukan dalam satu hari itu?

Kehidupan kita bagaikan secarik kertas putih, berapa banyak sejarah dan hal yang bernilai yang telah kita catat? Kita harus berhati-hati. Jangan biarkan kehidupan kita setiap hari seperti secarik kertas kosong. Sungguh, jangan menyia-nyiakan kehidupan kita. Jadi, kita harus menggenggam saat ini dan menggenggam niat baik hingga selamanya.

 

Seiring berjalannya waktu, orang akan menjadi tua dan sakit

Tekun melakukan daur ulang meski harus memakai pelindung pinggang

Bodhisatwa lansia tak ingin menjadi orang yang harus dirawat orang lain

Mewariskan Dharma dan mempraktikkan Sutra dengan pikiran yang murni

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 Desember 2018

Editor: Khusnul Kotimah
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -