Ceramah Master Cheng Yen: Buah Karma Langsung dan Pengondisi Bergantung pada Benih Karma

Lihatlah, terjangan Topan Meranti di Fujian tahun lalu telah mendatangkan bencana besar. Pascatopan, insan Tzu Chi segera bergerak untuk membersihkan lokasi bencana dan memberikan berbagai bantuan. Warga setempat sangat terharu melihatnya sehingga terinspirasi untuk menjadi relawan Tzu Chi. Sejak saat itu, mereka terus melakukan daur ulang dan telah menginspirasi warga lain.

Warga di sekitar komunitas mereka satu demi satu mulai terinspirasi. Karena itu, komunitas ini bisa melakukan daur ulang dengan sangat baik. Jadi, kita bisa membimbing sesama. Kekuatan cinta kasih sungguh membuat orang merasa penuh kehangatan. Agar suatu wilayah harmonis, kita harus bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih sekaligus membimbing sesama. Relawan kita bersumbangsih tanpa pamrih dan merasa bahwa membimbing sesama merupakan kewajiban mereka.

Kemarin, ada seorang penyanyi dari Jepang yang berkunjung ke Hualien. Dia menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan insan Tzu Chi pascagempa 11 Maret 2011 di Jepang. Dia sangat berterima kasih. Karena itu, kali ini datang ke Taiwan, dia berharap dapat menyampaikan rasa terima kasihnya secara langsung. Dia juga menghadiahkan sekotak cokelat. Dia sangat bersungguh hati.

 “Terima kasih atas cinta kasih universal Tzu Chi dalam menyalurkan bantuan di Jepang pascagempa 11 Maret 2011.” Kata-kata ini tertulis di cokelat yang dihadiahkannya. Dia menyampaikan rasa terima kasihnya dengan penuh rasa hormat. Saya sungguh sangat tersentuh meski ini hanya sebuah kunjungan singkat.

Ceramah Master Cheng Yen

Beberapa tahun yang lalu, gempa bumi yang mengguncang Jepang diikuti oleh bencana nuklir yang membawa dampak besar bagi Jepang dan hingga kini dampaknya belum menghilang. Inilah hukum sebab akibat. Dalam ceramah pagi, saya mengulas bahwa kekosongan tidak memiliki ciri dan sifat. Namun, meski pada hakikatnya kosong, segala sesuatu juga eksis.

Kita harus memahami bahwa segala sesuatu timbul dari perpaduan sebab dan kondisi. Jika bukan karena manusia yang mengakumulasi begitu banyak karma buruk, maka tidak akan terjadi bencana yang begitu mengkhawatirkan. Singkat kata, karma buruk kolektif semua makhluk terbentuk karena sebersit pikiran buruk. Ini sungguh membuat orang merasa heran. Ada yang bisa bersumbangsih, ada pula yang menciptakan karma buruk. Karena itu, kita hendaknya bersungguh-sungguh merenungkan hal ini.

Kamera pengawas dalam hidup kita mengawasi gerak gerik kita selama 24 jam dalam sehari tanpa melewatkan apa pun. Jangan mengira bahwa tidak ada orang yang melihat perbuatan kita. Semua perbuatan kita sudah tercatat dalam catatan kehidupan kita. Kita tidak bisa menghindar. Tidak ada tempat untuk menghindar atau bersembunyi. Kita bisa melihat Guo Gui-chun yang sangat bijaksana. Dia telah berusia 66 tahun. Dia juga bertobat tentang masa lalunya.

“Setelah saya menikah, hal yang tidak sesuai keinginan terus terjadi. Berhubung suami saya tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, maka saya harus memikul beban yang lebih berat.” “Anak-anak juga turut menderita karena saya. Mereka sungguh sangat kasihan. Saya sendiri juga merasa bahwa anak-anak saya yang dianiaya oleh saya dahulu sangat kasihan. Saya sangat menyesal mengapa dahulu saya begitu kejam,” kutipan wawancara Guo Gui-chun, relawan daur ulang.

Ceramah Master Cheng Yen

“Kita hidup menderita karena telah menanam benih karma buruk. Master juga berkata bahwa jika membayar dengan sukarela, kita akan mendapat diskon 20 persen. Jika tidak, akan dikenakan bunga. Beruntung, saya bergabung dengan Tzu Chi. Jika tidak, saya akan semakin menderita. Dahulu, saya mendidik anak-anak dengan cara yang salah. Namun, anak-anak bisa memaafkan saya. Inilah kebahagiaan dan penghiburan terbesar bagi saya,” Kutipan wawancara Guo Gui-chun, relawan daur ulang.

Apa yang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan, diri sendirilah yang paling tahu. Selain diri sendiri, semua itu juga tidak luput dari hukum karma. Janganlah kita mengabaikan hukum karma. Buah karma langsung dan pengondisi bergantung pada benih karma yang tertanam di dalam kesadaran kita. Jadi, segala sesuatu tidak dapat dibawa, hanya karma yang akan terus mengikuti.

Janganlah kita menganggap bahwa segala sesuatu adalah kosong. Kita jangan melekat pada kekosongan. Namun, kita juga jangan melekat pada eksistensi dan mengira bahwa semua yang diperoleh adalah milik “aku”. Sesungguhnya, berapa lama “aku” bisa bertahan? Hidup manusia tidaklah kekal. Saat ini saya memberikan ceramah di sini. Besok, entah saya masih bisa memberikan ceramah di sini atau tidak. Ini tidak bisa diprediksi. Inilah ketidakkekalan.

Karena itu, untuk apa begitu perhitungan? Singkat kata, kita harus menghargai kehidupan. Kita harus memanfaatkan hidup kita untuk membawa manfaat bagi semua makhluk di dunia ini. Inilah tujuan hidup kita. Kita juga melihat seorang relawan yang berusaha untuk membimbing suaminya dengan memperbaiki diri terlebih dahulu.

Ceramah Master Cheng Yen

“Dahulu, saya selalu berkata bahwa saya sangat menderita. Sejak hari pertama saya menikah, saya menangis setiap hari. Selama 365 hari dalam setahun, meski telah melahirkan empat orang anak, saya hampir setiap hari meneteskan air mata.” “ Setiap hari, saya harus bangun pukul 02.30 dini hari. Saya sungguh sangat lelah dan takut menempuh jalan pegunungan. Namun, jika saya tidak memberanikan diri untuk berdagang tahu dan hanya mengandalkan suami saya, maka keluarga saya akan sangat menderita,” kutipan wawancara Zhang Ming-ren, relawan Tzu Chi.

Setelah mengenal Tzu Chi, berhubung merasa takut saat mengemudi di dini hari, dia pun melantunkan 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan untuk memberanikan diri. Dalam perjalanan, dia terus melantunkannya hingga menyerap Dharma ke dalam hati.

“Saya sudah melakukan banyak ritual dan membakar banyak kertas sembahyang, tetapi hubungan kami tidak membaik, malah bertengkar semakin hebat. Saat itu, dalam perjalanan mengambil tahu, semula saya melantunkan’ 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan untuk memberanikan diri. Lama-kelamaan, saya memahami banyak kebenaran. Saya merasa harus memperbaiki temperamen saya yang buruk, tidak boleh menjalani hidup seperti itu lagi,” kutipan wawancara Zhang Ming-ren, relawan Tzu Chi. Setelah bergabung ke dalam Tzu Chi, dia mengubah sikapnya terhadap suaminya. Perlahan-lahan, suaminya juga terinspirasi dan bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

“Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, ayah saya sangat keterlaluan. Sekarang saya berusia 33 tahun, tetapi kami sangat jarang berbicara. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, ibu saya perlahan-lahan mengajak ayah saya bersumbangsih dalam tim konsumsi dan mengikuti sosialisasi relawan baru. Sebagai anak mereka, kami sangat gembira melihat orang tua kami bisa memulai hidup baru, bukan terus hidup di tengah rasa dendam,” kutipan wawancara Zhou Shi-dong, relawan Tzu Chi.

Singkat kata, dengan membangkitkan niat dan mengubah pola pikir, kita bisa melangkah menuju arah kebajikan dan mengembangkan potensi kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Kini putranya juga telah dilantik dan mereka sekeluarga hidup harmonis. Melihatnya, saya merasa sangat gembira. Beruntung, ada 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan yang mendampinginya. Dunia ini penuh dengan kisahyang mengagumkan dan menyentuh. Jadi, dengan melatih diri, manusia awam juga bisa menjadi orang suci.

Giat menginspirasi relawan baru
Seorang penyanyi dari Jepang berterima kasih atas cinta kasih universal Tzu Chi
Buah karma langsung dan pengondisi bergantung pada benih karma yang ditanam
Melatih diri dalam jangka panjang untuk menjadi orang suci

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Maret 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 1 April 2017

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -