Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih di Dunia Membawa Kedamaian


“Dari tanggal 24 September hingga 11 Oktober, selama 18 hari ini, Pusat Medis Tzu Chi bertanggung jawab mengelola pos layanan medis di wilayah bencana. Misi kesehatan berjalan seiring dengan misi amal. Pada tanggal 24 pukul 8 pagi, kami baru saja menyelesaikan rapat bersama tim misi amal dan sekitar pukul setengah 9, Master datang secara langsung untuk memberikan bimbingan serta membagikan banyak pengalaman berharga. Tidak hanya misi amal dan misi kesehatan, tim misi budaya humanis pun senantiasa mendampingi kami,”
kata Xu Wen-lin, Konsultan senior RS Tzu Chi Hualien.

“Kali ini, kita benar-benar mengerahkan banyak orang. Membuat 3 pos layanan medis beroperasi dengan baik sangatlah tidak mudah. Para staf administrasi juga ikut terlibat sepenuhnya sehingga segala koordinasi bisa berjalan lancar. Lihatlah, ada yang bertugas mengantarkan obat. Saat itu, paket obat dan perlengkapan jahit tidak mencukupi, tetapi semua bisa diatasi dengan upaya Bersama,” kata Lin Jun-long, Ketua badan misi kesehatan Tzu Chi.

“Bahkan, pesawat nirawak juga dimanfaatkan untuk mengirim perlengkapan medis dan obat-obatan. Ini sungguh luar biasa. Penyaluran bantuan kali ini bisa dikatakan sebagai sebuah teladan. Di masa mendatang, jika terjadi bencana, beginilah cara misi kesehatan memberikan pelayanan. Ini sungguh tidak mudah,” pungkas Lin Jun-long.

Saya sangat berterima kasih. Sungguh terasa betapa pentingnya peran medis, baik ketika ada yang sakit maupun saat terjadi bencana. Lihatlah, seperti di Guangfu kali ini, begitu mendengar ada bencana, tim medis kita segera mendirikan pos di sana. Saya ingin berterima kasih dan memuji kalian semua. Kalian telah melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Misi kesehatan kita telah menunaikan kewajiban untuk membawa manfaat bagi masyarakat setempat. Saya sangat berterima kasih.


Dari peristiwa kali ini, kita sungguh menyaksikan ketidakkekalan hidup. Hal yang paling menyulitkan ialah lumpur yang menerjang ke dalam rumah-rumah. Di Hualien terdapat banyak sekali warga lansia. Tenaga untuk membantu pembersihan sangat terbatas. Saya sangat bersyukur staf dari keempat badan misi Tzu Chi bergerak bersama untuk mengunjungi para lansia dan membantu membersihkan rumah mereka. Saya merasa bahwa inilah hal yang paling membuat saya tersentuh dan bersyukur.

Kalian telah membantu para lansia agar mereka tidak lagi merasa tak berdaya pascabencana. Bantuan yang datang tepat waktu membuat mereka bisa hidup lebih tenang, nyaman, dan damai. Ini sangatlah penting. Saya sungguh merasakan bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga wilayah Taiwan Timur. Saya sangat bersyukur ada tim misi kesehatan yang bergerak di baris depan dan tim misi amal yang mengikuti dengan erat. Pembagian bantuan kali ini berlangsung dengan cepat dan benar-benar bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Saya berkata kepada ketua badan misi amal Tzu Chi, Yan Bo-wen, bahwa bantuan yang kita berikan harus benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh warga karena semua barang mereka sudah rusak dan basah total. Mereka harus membeli kembali semua dari awal dan tentu membutuhkan biaya. Jadi, kali ini kita bergerak dengan sangat cepat.

Kita bukan memberikan bantuan ala kadarnya. Kita benar-benar bersungguh hati memberikan bantuan yang dapat menenteramkan fisik, batin, dan kehidupan mereka. Semua ini benar-benar telah kita wujudkan. Saya merasa bahwa Hualien adalah tempat bermulanya Tzu Chi dan Empat Misi Tzu Chi. Oleh karena itu, kita harus membawa manfaat bagi warga di Hualien. Kita juga telah bekerja dengan standar internasional. Bukankah misi kesehatan kita juga demikian?

Bagi warga di wilayah Hualien dan Taitung, pergi ke wilayah barat memang tidak mudah. Meski kini transportasi sudah jauh lebih baik, tetap saja bagi keluarga-keluarga di sini, pergi ke sana untuk menjaga anggota keluarga yang sakit merupakan hal yang sulit. Oleh karena itu, kita mendirikan empat misi di wilayah timur ini untuk melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Inilah yang harus kita lakukan.


Dalam bencana kali ini, sistem medis kita menjalankan empat misi sekaligus. Terkadang, saat memberikan bantuan, kita juga menerima laporan kasus. Dalam baksos kesehatan pun, kita bisa mendapati bahwa ada lansia sebatang kara yang membutuhkan bantuan jangka panjang kita. Begitu mengetahui hal ini, para pekerja sosial akan segera turun tangan untuk menelusuri. Kita berinteraksi dengan orang-orang untuk memahami penderitaan dunia. Kita benar-benar telah melaksanakannya. Saya merasa sangat bersyukur.

Semua yang kita lakukan berasal dari ketulusan hati. Para staf kita memiliki ketulusan dan tekad yang sama sehingga saya merasa sangat bersyukur. Seperti Chang-lin yang dengan cepat membuat koin peringatan ini. Saya merasa ini adalah tindakan yang sangat bijaksana dan penuh makna.

Saya membuatnya karena melihat dari berita bahwa tim medis RS Tzu Chi, relawan, dan para bhiksuni terjun ke Guangfu menjadi ‘Pahlawan Sekop’. Melihat itu, saya ingin turut berkontribusi lewat keahlian saya sendiri dengan merancang gantungan koin emas sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada semuanya,” kata Cai Chang-lin, Teknisi RS Tzu Chi Hualien.

“Sepatu bot melambangkan semangat pantang menyerah dan melangkah dengan mantap. Sekop melambangkan kesediaan untuk bersumbangsih demi membawa perubahan secara langsung. Warna emas melambangkan harapan dan kehormatan,” lanjut Cai Chang-lin.

“Saya berharap bahwa para ‘Pahlawan Sekop’ yang menerima gantungan ini bisa merasa bangga atas pencapaian dari apa yang telah mereka lakukan. Bentuknya yang bulat juga melambangkan semangat cinta kasih agung dan kekuatan yang dihimpun bersama untuk membantu korban bencana dan membangun kembali rumah-rumah di Guangfu,” pungkas Cai Chang-lin.


Melihat semua orang datang ke Hualien dengan satu hati, hening, dan tertib, saya sungguh melihat keindahan Taiwan. Semuanya datang dengan penuh cinta kasih dan ketulusan. Banyak sekali orang yang berdatangan dan saya merasakan betapa indahnya sifat dan karakter masyarakat Taiwan.

Dalam bencana kali ini, kita memberikan pelayanan medis dan menjangkau rumah-rumah warga untuk membantu pembersihan. Para staf medis, dokter, profesor, dan mahasiswa Universitas Tzu Chi pun semuanya ikut turun tangan. Upaya ini benar-benar mendapat banyak pujian dan saya merasa sangat bersyukur.

Kita telah menemukan banyak orang yang miskin, tua, dan sakit. Para pekerja sosial masih harus terus memperhatikan kehidupan para lansia. Jika ada kebutuhan medis, kita bisa memberikan pengobatan gratis dengan mengunjungi rumah mereka. Bahkan, jika diperlukan, kita bisa merujuk mereka ke rumah sakit kita untuk dirawat. Semua ini adalah bentuk kepedulian yang tetap harus kita lanjutkan pascabencana.

Meski ini adalah sebuah bencana, tetapi ia justru menunjukkan cinta kasih manusia. Melihat hal ini, saya sungguh ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak.

Mengharapkan kedamaian dari ketidakkekalan yang datang secara tiba-tiba
Melangkah bersama dengan satu tekad dan tujuan
Cinta kasih yang tulus terwujud dalam ketertiban
Mendampingi dengan jalinan kasih sayang dan terus mencurahkan perhatian

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 19 Oktober 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -