Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Melampaui Perbatasan Negara

“Jika kita membagikan 500.000 pengungsi ke tengah 507 juta orang, tentu tidak akan menjadi masalah. Namun, jika kita menempatkan semua pengungsi  hanya pada beberapa negara anggota, itu akan menjadi masalah,” ujar Martin Schulz, Presiden Parlemen Eropa.

“Berhubung Eropa merupakan suatu kesatuan, setiap negara harus mengemban tanggung jawab terhadap pengungsi yang meminta perlindungan. Jika Eropa tidak bisa menangani masalah pengungsi dengan baik, maka hubungan dengan hak-hak sipil akan rusak. Ini bukanlah Eropa yang kita inginkan,” ujar Angela Merkel Kanselir Jerman

William Lacy Swing Direktur Jenderal IOM mengatakan,  “Dana yang kami miliki terbatas. Kami bergantung pada donatur. Namun, kami siap untuk melakukan lebih banyak dan kami membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk menyatakan, ‘Kami membutuhkan bantuan kalian.’”

Kini masalah pengungsi telah mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, terutama negara-negara di Eropa. Ini karena beberapa hari yang lalu, di pantai Turki ditemukan satu jenazah. Jenazah anak berusia tiga tahun itu ditemukan terdampar di pantai. Setelah berita ini tersebar,  banyak negara di Eropa yang mulai memperhatikan dan mengizinkan para pengungsi masuk ke wilayah mereka.

Inilah kehidupan manusia. Awalnya, mereka mungkin hidup bahagia di negara asal mereka. Namun, pikiran manusia yang tidak selaras malah menimbulkan pertikaian dan konflik di negara mereka. Bagaikan percikan api yang semakin meluas, ketidakselarasan pikiran manusia juga dapat membawa dampak bagi banyak orang. Akibatnya, para warga tidak bisa tinggal di negara tempat kelahiran mereka dan terpaksa mengungsi ke negara lain. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Demikian pula dengan pengungsi asal Suriah. Banyak pengungsi asal Suriah yang telah masuk ke Turki.

Pada bulan Juli, relawan Tzu Chi dari Turki, Relawan Hu, mendampingi mantan wakil wali kota dari Turki dan Profesor Cuma ke Griya Jing Si. Mereka menyampaikan kepada saya tentang penyaluran bantuan Tzu Chi di Turki bagi para pengungsi asal Suriah. Mereka memberikan laporan singkat secara detail. Saat para pengungsi asal Suriah masuk ke Istanbul, mereka sudah tidak memiliki apa pun. Mereka tinggal di Istanbul dalam kondisi sulit. Tempat tinggal mereka sangat sederhana.

“Berdasarkan hukum di Turki, pada umumnya, pendatang asing tanpa izin tidak bisa bekerja di sini. Meski demikian, kami memberikan pengecualian agar mereka dapat bekerja dan kebutuhan hidup mereka terpenuhi,” kata Kemal Aygenli, Wakil Wali Kota Arnavutkoy.

“Kini masalah terbesar para pengungsi adalah tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka tidak memiliki uang untuk berobat, membeli makanan, dan membayar sewa rumah,” ujar Profesor Cuma.

Berhubung bukan imigran legal, anak-anak terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

“Saya berharap saya bisa kembali bersekolah seperti sebelumnya. Demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, kini saya harus membantu ayah saya mencari nafkah,” ujar Yisila, murid asal Suriah yang berusia 12 tahun.

“ Setiap hari, saya bekerja dari pukul 8 pagi hingga pukul 8 malam. Saya bekerja selama 12 jam dalam sehari. Saya tidak suka bekerja. Saya bekerja karena ingin membantu orang tua saya,” Ali, murid asal Suriah yang berusia 11 tahun.

Anak-anak yang penuh berkah selalu bisa bertemu insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi di Turki mengadakan kunjungan kasih ke rumah mereka.

“Mereka bekerja pada siang hari. Karena itu, dari pukul 8 malam hingga pukul 12 tengah malam, kami baru bisa mengunjungi mereka. Kami harus mengambil foto setiap keluarga, menyusun semua data mereka, dan memindainya satu per satu,” ujar Hu Guang-zhong Relawan Tzu Chi.

Lalu, relawan kita membahas masalah ini dengan mantan wakil wali kota setempat, pejabat kementerian pendidikan, dan Profesor Cuma.

“Jika anak-anak dari Suriah tidak bisa bersekolah, kelak mereka akan menjadi masalah besar. Saya terus memikirkan cara untuk membantu anak-anak itu bersekolah. Tidak lama kemudian, saya bertemu Relawan Hu dan Profesor Cuma yang juga berusaha keras untuk membantu anak-anak itu bersekolah,” kata  Ibrahim Demir Kepala Dinas Pendidikan Sultangazi.

Karena itu, mereka mencari sebuah sekolah agar anak-anak itu dapat bersekolah pada sore hari. Anak yang menerima beasiswa dari Tzu Chi berjumlah lebih dari 800 orang. Kita bukan hanya membantu mereka memperoleh pendidikan, tetapi juga memberikan bantuan biaya hidup agar anak-anak itu tidak perlu bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berkat bantuan yang kita berikan, lebih dari 800 anak ini dapat hidup tenang dan memperoleh pendidikan secara formal.

Beberapa hari yang lalu, jenazah anak berusia tiga tahun yang ditemukan di pantai telah membangkitkan semangat kemanusiaan di dunia internasional. Kini banyak orang yang memperhatikan hal ini. Berita di Turki juga semakin tersebar luas. Media setempat mendapati bahwa ada lebih dari 800 anak yang memperoleh bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Taiwan sehingga dapat kembali bersekolah dengan tenang. Karena itu, banyak anak muda setempat yang mulai mencurahkan perhatian kepada anak-anak dari Suriah yang menerima pendidikan di Turki.

Inilah berita yang kita lihat belakangan ini. Orang yang lebih beruntung bisa mengungsi ke wilayah perkotaan Turki, sedangkan yang lainnya hanya bisa tinggal di tenda pengungsian di perbatasan Turki. Hidup di tenda pengungsian sangat menderita. Mereka tidak memiliki arah tujuan yang pasti.

Kehidupan manusia sungguh tidak kekal. Ini semua di luar kendali manusia. Mereka tidak bisa mengendalikan perubahan di negara mereka yang terjadi akibat karma buruk kolektif. Mereka terpaksa mengungsi ke negara lain meski harus membahayakan nyawa mereka.

Lihatlah, kehidupan manusia tidaklah kekal, apa lagi yang perlu kita perhitungkan? Kita harus mengerti bahwa ini merupakan hukum karma. Kita tidak boleh mengabaikan kebenaran ini. Sungguh, kekuatan cinta kasih sangatlah besar. Dengan menghimpun kekuatan semua orang, kita bisa menyalurkan bantuan internasional dan menginspirasi warga setempat untuk memperhatikan satu sama lain.

Contohnya Profesor Cuma. Awalnya, beliau tidak mengenal Tzu Chi. Berkat jalinan jodoh kali ini dan kepedulian beliau terhadap pendidikan, beliau pun memperkenalkan relawan kita dengan mantan wakil wali kota setempat. Mantan wakil wali kota tersebut meminta bantuan kepada pejabat kementerian pendidikan sehingga anak-anak itu dapat memperoleh pendidikan dengan tenang dan kebutuhan keluarga mereka dapat terpenuhi.

Ini menunjukkan bahwa sebutir benih dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Sungguh, kekuatan cinta kasih dapat melampaui perbatasan negara.

Mengimbau orang-orang di berbagai negara untuk menerima para pengungsi

Berusaha keras agar anak-anak dari Suriah dapat memperoleh pendidikan

Menyalurkan bantuan internasional dan menghimpun cinta kasih

Cinta kasih bertumbuh menjadi tak terhingga dan melampaui perbatasan negara

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 September 2015
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -