Ceramah Master Cheng Yen: Empat Pikiran Tanpa Batas sebagai Misi


Di Griya Jing Si, setiap pagi kita selalu bangun pagi-pagi untuk melakukan kebaktian, memberi hormat kepada Buddha dan mempelajari Dharma. Begitulah kita memulai kehidupan dalam sehari. Kita selalu menggenggam waktu tanpa menyia-nyiakan sedetik pun. Menjalankan kehidupan seperti itu berarti melatih diri. Kita sangat bahagia karena tidak menyia-nyiakan sedetik pun. Sesungguhnya, itu bukanlah demi kehidupan kita sendiri. Semua orang seharusnya tahu bahwa ini demi keluarga besar Tzu Chi di seluruh dunia.

Setiap hari ada begitu banyak orang yang kembali ke sini. Kita tidak hanya hidup mandiri dengan usaha sendiri, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk menyokong insan Tzu Chi yang kembali dari seluruh dunia. Jadi, demi mempertahankan keluarga besar Tzu Chi, para bhiksuni setiap hari harus bekerja keras. Jadi, kita tidak senggang sedikit pun, melainkan melakukan banyak pekerjaan. Itulah keseharian kita di Griya Jing Si.

Kalian yang tinggal di luar negeri, seharusnya juga tekun dan bersemangat. Tekun dan bersemangat yang saya maksud adalah menghirup keharuman Dharma. Baik kantor cabang, kantor cabang pembantu, maupun posko pelestarian lingkungan, semua itu merupakan tempat untuk belajar Dharma. Setelah mendengar Dharma, para relawan pun memulai pekerjaan di hari itu. Contohnya, relawan daur ulang. Setelah mendengar Dharma, mereka berbagi kesan dan pengalaman, lalu mulai melakukan daur ulang. Mereka besumbangsih tanpa pamrih demi bumi dan umat manusia. Itulah Bodhisatwa dunia di luar Griya Jing Si.


Selain itu, para anggota komite dan Tzu Cheng setiap hari juga turun ke jalan-jalan untuk menyebarkan Dharma Tzu Chi untuk menyebarkan Dharma Tzu Chi dan mengunjungi orang-orang yang membutuhkan. Sebelum beraktivitas, para insan Tzu Chi dengan tekun dan bersemangat pergi mendengarkan Dharma. Seperti itulah kita meneruskan silsilah Dharma Jing Si dan menyebarkan mazhab Tzu Chi. Kita bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Saya berharap kalian semua menghargai silsilah Dharma Jing Si dan Mazhab Tzu Chi. Dengan cinta kasih, kita menciptakan berkah bagi dunia.

Sebagai insan Tzu Chi kita harus tahu bahwa "Tzu" atau cinta kasih berarti menciptakan berkah bagi dunia. Saya berharap Saudara sekalian mulai sekarang bisa melampaui pola pikir makhluk awam serta meneladani hati Bodhisatwa dan hati Buddha untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, dengan memiliki cinta kasih, barulah kita bisa menciptakan berkah bagi dunia. Insan Tzu Chi harus memiliki cinta kasih. "Chi" berarti menolong semua makhluk yang menderita. Kita harus bersungguh hati dalam menolong orang-orang yang menderita. Sebagai Bodhisatwa, kita harus muncul tepat waktu di mana dibutuhkan. Tentu saja, bukan hanya seorang, melainkan sekelompok Bodhisatwa harus muncul bersama.

Dunia ini merupakan ladang pelatihan bagi insan Tzu Chi. Sebenarnya, hati Buddha dan tekad guru selalu ada di dalam hati kita. Kita dapat melatih diri di mana pun kita berada. Kita harus mempertahankan nilai-nilai Tzu Chi, yaitu cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah Empat Pikiran Tanpa Batas. Kita harus memiliki hati Buddha dan tekad guru. Nilai dan misi Tzu Chi adalah cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Kita harus teguh mempertahankannya dengan baik. Inilah insan Tzu Chi yang sesungguhnya.

Di dalam mazhab Tzu Chi, kita harus memiliki perilaku yang benar, konsep yang benar, pola pikir yang benar, pengetahuan yang benar, pandangan yang benar, penghidupan yang benar, jangan ada yang menyimpang, dan lain-lain. Semoga kalian dapat bersungguh hati dalam mendalami Sutra. Dengan demikian, barulah pikiran kalian tidak akan menyimpang. Inilah yang paling penting bagi insan Tzu Chi. Kita bersumbangsih demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Kita menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri; menjadikan tekad guru sebagai tekad sendiri. Berjalan di Jalan Bodhisatwa, kita harus membangkitkan Bodhicitta. Kita harus mendalami Sutra. Mazhab Tzu Chi berlandaskan ajaran Buddha untuk membimbing kita dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesama.

Kita sekarang seharusnya kembali pada semangat di zaman Buddha. Kita harus benar-benar memahami prinsip kebenaran dan mempraktikkannya secara nyata. Dengan demikian, barulah kita bisa benar-benar menyelami Sutra dan dengan sendirinya memiliki kebijaksanaan sedalam samudra. Bodhisatwa harus terjun ke tengah masyarakat. Dengan terjun ke masyarakat, barulah kita bisa melihat penderitaan dan menyadari berkah serta melihat dengan jelas hal yang benar dan salah sehingga kebijaksanaan kita bertumbuh. Jadi, di dalam diri setiap orang terdapat Sutra yang bisa kita pelajari. Jadi, semua orang harus bersyukur, saling menghormati, dan mengasihi. Jika ada orang seperti ini yang memiliki jalan serta tekad yang sama dengan kita, barulah kita bisa memperoleh pencapaian di Jalan Bodhisatwa.

Saya sangat berharap kalian bisa mengemban tanggung jawab untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Begitu bertemu dengan orang, kalian harus menceritakan Tzu Chi dan mengerahkan kebijaksanaan kalian. Dharma seperti ini tanpa disadari akan masuk ke dalam hati mereka dan menginspirasi mereka untuk berbuat kebajikan. Ini berarti kita membimbing mereka memasuki Jalan Bodhisatwa. 

Menciptakan berkah bagi dunia

Menolong sesama untuk melenyapkan penderitaan

Menjadikan Empat Pikiran Tanpa Batas sebagai misi

Bersama-sama berikrar dan menjalankan praktik nyata

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 3 Juni 2018

Editor: Yuliati
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -