Ceramah Master Cheng Yen: Giat Belajar di Universitas Kehidupan Ketiga


“Zaman dahulu, trilogi kehidupan manusia kira-kira ialah lulus pada usia 20-an atau 30-an tahun, bekerja hingga pensiun pada usia 60 tahun, dan berhubung usia kehidupan manusia tak terlalu panjang, mungkin 10 hingga 20 tahun setelah pensiun akan meninggal dunia. Kini, orang-orang pensiun pada usia 65 tahun,”
kata Wang Ben-rong, Ketua badan misi pendidikan Tzu Chi.

“Saya melihat orang-orang berusia 50 hingga 55 tahun di Universitas Kehidupan Ketiga. Perjalanan hidup mereka masih sangat panjang. Jadi, membantu mereka menua secara sehat, baik jiwa maupun raga, ini sangatlah penting,” kata Wang Ben-rong.

“Saya lahir di Hualien dan telah tinggal di sini selama 70-an tahun. Saya merasa bahwa diri sendiri sangat beruntung dapat belajar di Universitas Kehidupan Ketiga di Universitas Tzu Chi. Impian saya telah terwujud,” kata Lin Su-mei, Mahasiswa Universitas Kehidupan Ketiga di Universitas Tzu Chi.

“Pada tahun 1980-an, keluarga saya sangat kekurangan sehingga tidak dapat menyekolahkan saya. Orang tua saya berkata, ‘Jika ingin bersekolah, kamu harus bisa diterima di sekolah negeri. Jika tidak diterima di sekolah negeri, kami tidak bisa menyekolahkanmu.’ Akhirnya, saya diterima di sekolah negeri. Namun, saya tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya harus bekerja karena keluarga saya sangat kekurangan,” pungkas Lin Su-mei.

Pada zaman dahulu, kesempatan untuk menuntut ilmu sangatlah berharga. Kini, kita mendengar tentang program pendidikan untuk orang-orang yang telah berumur. Kita tahu tentang Desa Qilao yang penuh dengan vitalitas. Saat hendak masuk ke ladang pelatihan kita di sana, kita bisa melihat lingkungan yang menyenangkan. Yang lebih sukacita lagi ialah banyak kaum lansia yang sangat ceria dan menjalankan Tzu Chi dengan sangat baik.

Yang berusia 70-an hingga 80-an tahun terlihat seperti hanya berusia 60-an hingga 70-an tahun. Mereka sungguh sangat aktif. Mereka bukan aktif mengejar kenikmatan hidup dengan bernyanyi dan menari, melainkan aktif menjangkau keluarga yang membutuhkan. Pelestarian lingkungan di sana juga dilakukan dengan baik. Meski hampir seluruh warga desa merupakan kaum lansia, mereka memiliki kehidupan yang sangat bernilai.

Kita hendaknya mengadakan kelas yang dapat mendukung kaum lansia mengembangkan nilai kehidupan agar mereka bisa menjadi teladan. Dengan mengadakan kelas Tzu Chi untuk insan Tzu Chi, kita dapat membuka kesempatan untuk mempelajari hal-hal di seluruh dunia. Kita dapat membuka kelas Tzu Chi yang sarat isi.


“Karena lingkungan masa kecil saya dan orang tua saya lebih mementingkan anak laki-laki, saya tidak bisa melanjutkan pendidikan saya. Ini adalah penyesalan terbesar dalam hati saya. Dapat menggenggam kesempatan ini untuk kuliah, saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh,”
kata Dong Xiu-feng, Mahasiswa Universitas Kehidupan Ketiga di Universitas Tzu Chi.

“Saat belajar, kami sama sekali tidak merasakan tekanan karena universitas sudah mengatur mentor untuk mendampingi kami. Saya merasa bahwa proses belajar akan sangat menyenangkan dan saya pasti bisa berkembang. Saya berharap dapat terus tekun belajar di universitas,” kata Luo Rui-xin, Mahasiswa Universitas Kehidupan Ketiga di Universitas Tzu Chi

Para Bodhisatwa lansia ini dapat kembali menuntut ilmu. Tidak ada kata berhenti untuk belajar. Selama masih hidup, kita harus terus belajar. Saya sering berbagi tentang relawan kita, Cai Kuan. Adakalanya, saat saya merasa bahwa diri sendiri sudah lanjut usia dan tidak berguna, sosok Cai Kuan akan muncul dalam benak saya. Setiap kali berkunjung ke Changhua, saya selalu melihatnya. Saat mobil kita tiba, dia selalu berdiri paling depan untuk menyambut kita.

Saat saya hendak pergi, dia menggandeng tangan saya di samping mobil dan berkata, "Master, kapan Master akan berkunjung lagi?" Dia sangat ramah. Saya lalu berkata padanya, "Kamu harus menjaga diri sendiri baik-baik." Dia berkata, "Master tidak perlu khawatir. Saya tidak perlu menjaga diri sendiri. Mereka semua menjaga saya dengan baik. Master tidak perlu mengkhawatirkan saya. Semua orang sangat mengasihi saya." Saya berkata, "Benar, semua orang mengasihimu." Dia berkata, "Karena saya selalu mengasihi orang-orang." Intinya, kita harus saling mengasihi.


Kalian mengasihi saya dan saya mengasihi kalian. Kalian gembira melihat saya, saya pun sukacita melihat kalian. Dengan senantiasa merasa gembira dan sukacita, jiwa dan raga kita pun akan sehat. Dengan demikian, kita tidak akan merasa tua. Saya tidak ingin menua karena masih ada banyak hal di dunia ini yang harus saya lakukan. Karena itu, setiap kali merasa lelah, saya berkata pada diri sendiri, "Di dunia ini, masih ada banyak hal yang perlu saya perhatikan dan lakukan."

Berhubung telah memiliki tubuh ini, kita hendaknya memiliki semangat misi. Tubuh ini diberikan oleh orang tua kita. Meski telah lanjut usia, kita tetap menggunakan tubuh yang diberikan oleh orang tua kita. Meski orang tua kita telah tiada, kita tetap harus bersyukur. Berkat tubuh yang diberikan oleh orang tua ini, barulah kita dapat bersumbangsih bagi dunia. Ini disebut membalas budi orang tua.

Saudara sekalian, kita semua memiliki orang tua. Ada sebagian dari kita yang sangat beruntung karena kedua orang tua masih hidup. Kita hendaknya menggenggam jalinan jodoh untuk berbakti pada mereka. Dengan berbakti pada orang tua kita, kita juga mengajari anak kita untuk berbakti pada kita. Demikianlah kita memberikan keteladanan pada anak.

Namun, kehidupan tak luput dari hukum alam. Berhubung waktu terus berlalu, kita hendaknya menggenggam waktu dan berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat baik. Dengan mengunjungi para penerima bantuan kita, barulah kita dapat mengingatkan diri sendiri dan menyadari bahwa diri sendiri sangat beruntung dapat menolong orang lain. Orang yang dapat menolong orang lain adalah orang yang penuh berkah.


Kalian juga dapat mengikuti para relawan Tzu Chi mengunjungi penerima bantuan di pedesaan. Sesungguhnya, di jalan juga ada banyak penerima bantuan kita. Kita memberikan bantuan tanpa memandang tua dan muda. Asalkan sanggup memberikan bantuan, kita akan membantu mereka. Kalian juga bisa turut berpartisipasi.

Kita hendaknya juga memotivasi para mahasiswa Universitas Kehidupan Ketiga di Universitas Tzu Chi untuk mengunjungi para penerima bantuan. Ini juga merupakan pendidikan yang sangat baik. Ini disebut pendidikan kehidupan. Berkunjunglah untuk melihat mengapa kehidupan orang-orang begitu sulit. Dengan demikian, mereka dapat memahami penderitaan di dunia. Intinya, tidak ada kata berhenti untuk belajar.

Kita harus membuat lebih banyak orang tahu bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Ajaran Buddha mengandung pengetahuan tinggi yang mencakup biologi, fisika, dan fisiologi. Buddha memahami semuanya dengan sangat menyeluruh. Jika memungkinkan, pertimbangkanlah untuk memadukan ajaran Buddha dalam pendidikan di TK, SD, SMP, SMA, dan universitas kita yang masing-masing memiliki materinya sendiri.

Mari kita lebih bersungguh hati dalam hal ini. Berhubung telah lanjut usia, saya sangat berharap ini dapat terwujud. Tzu Chi memiliki jalinan jodoh untuk menjalankan misi pendidikan. Pendidikan kita hendaknya juga mengandung ajaran Buddha agar orang-orang di dunia dapat mempelajarinya.

Menghargai waktu dan tiada kata berhenti untuk belajar
Menggenggam kesempatan untuk belajar di Universitas
Kehidupan Ketiga Hidup gembira dan aktif untuk mengembangkan nilai kehidupan
Meneruskan ajaran Buddha dan mulai mempraktikkannya

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Oktober 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 29 Oktober 2025
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -