Ceramah Master Cheng Yen: Giat Belajar, Teguh Menjalankan Praktik, dan Memahami Kebenaran
“Asalkan ada kesempatan, saya akan mengajak para peserta program muda mudi penyebar kebajikan untuk berpartisipasi dalam aktivitas Tzu Chi. Saya merasakan secara mendalam dan menyaksikan bagaimana anak-anak yang didampingi dengan cinta kasih bertumbuh dan berubah. Dari memikirkan diri sendiri terlebih dahulu, mereka menjadi bisa berpikir di posisi orang lain. Sesungguhnya, ini tidaklah mudah. Melihat perkembangan mereka, kami merasa bahwa banyaknya waktu yang kami habiskan untuk program ini tidaklah sia-sia,” kata Ye Li-han, relawan Tzu Chi.
“Master, para relawan muda tidak mengecewakan Master. Hati kami tidak pernah berubah. Kami tahu bahwa ketidakkekalan bisa datang kapan pun sehingga makin bersedia menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tekun,” pungkas Ye Li-han.
Yang membuat saya paling sukacita ialah hati kalian tidak berubah. Kalian memandang semua makhluk dengan hati yang murni seperti anak-anak. Kita hendaknya selamanya menjaga hati kita yang murni seperti anak-anak. Kita juga harus mengasihi, membimbing, dan membina anak-anak di seluruh dunia. Demikianlah kita membina insan berbakat bagi dunia. Ini sungguh sangat penting. Saya sangat sukacita dan memuji kalian.
“Dalam pembinaan selama setahun belakangan ini, yang paling berkesan bagi saya ialah donor sumsum tulang. Dalam kelas tentang donor sumsum tulang, saya mendapati bahwa ada banyak orang yang belum paham tentang hal ini. Kami pun menjadi mengerti mengapa Tzu Chi begitu aktif mempromosikan donor sumsum tulang,” kata Lai Hui-ting, muda mudi penyebar kebajikan.
“Dalam aktivitas ini, selain memperoleh pengetahuan, kami juga belajar untuk berkomunikasi dengan orang-orang. Yang unik dari Tzu Chi ialah kebajikan kita bukan hanya berasal dari niat baik, tetapi juga dari pemahaman. Selain memberikan bantuan, kita juga bersungguh hati memikirkan bagaimana cara memberikan bantuan yang lebih efektif,” pungkas Lai Hui-ting.

Kita perlu berkomunikasi untuk berhimpun dengan orang-orang. Ini disebut memutar roda Dharma. Selalu ada cara untuk berinteraksi dengan orang lain. Demikianlah kita terjun ke tengah masyarakat. Interaksi kita dengan sesama harus harmonis. Kaum muda hendaknya belajar untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan antarmanusia. Ini sangat dibutuhkan.
“Aktivitas yang paling berkesan bagi saya ialah membantu melakukan pembersihan sebagai relawan. Hari itu, saya sungguh sangat lelah, tetapi hati saya sangat gembira dan penuh pencapaian karena saya telah menggunakan kedua tangan saya untuk menolong orang lain,” kata Ye Zi-yu, muda mudi penyebar kebajikan.
“Saya sangat bersyukur selama beberapa waktu ini, saya berkesempatan untuk mengikuti berbagai aktivitas. Karena itu, kami yang masih muda dapat belajar, berkembang, dan menyebarkan cinta kasih. Ini mengajari saya satu hal, yakni meski saya sangat kecil dan biasa-biasa saja, saya yakin bahwa kebajikan yang terakumulasi sedikit demi sedikit dapat membentuk kekuatan besar dan tersebar luas,” Ye Zi-yu.
Terima kasih. Dalam hidup ini, kita selalu berinteraksi. Dengan adanya interaksi, kita mengasihi orang lain dan orang lain pun mengasihi kita. Ini akan menjadi siklus yang sehat di tengah masyarakat. Saya merasa bahwa era ini sangat maju. Di era ini, semua orang saling membantu dan membawa manfaat.

“Saya dan istri saya, Hui-mei, bertemu dengan para peserta program ini setiap bulan. Meski waktunya sangat singkat, tetapi saya telah giat belajar untuk memperhatikan dan mendampingi mereka dengan baik. Kami yakin bahwa di bawah curahan perhatian dan pendampingan kami, benih cinta kasih akan tertanam di dalam hati mereka. Kami berharap dapat melihat mereka bertumbuh besar dan ketika memiliki kesempatan kelak, mereka dapat membalas budi masyarakat,” kata Yan Chun-hua, relawan Tzu Chi.
Pada generasi saya, semua orang diatur dan dididik saat kecil. Di rumah, orang tua yang mengatur kami. Di sekolah, guru yang mengatur kami. Inilah metode pendidikan masa lalu. Kini, orang-orang menekankan "pendidikan cinta kasih". Di rumah, orang tua perlu mendengarkan pendapat anak. Dahulu, anak harus mendengarkan orang tua. Kini, orang tualah yang harus mendengarkan anak.
Bagi orang tua, demi anak mereka, mereka rela beradaptasi dengan perkembangan zaman. Orang tua dapat memahami hubungan antarmanusia dan urusan duniawi, ini sangatlah baik. Namun, bisakah anak memahami hati orang tua? Inilah yang sangat mengkhawatirkan sekarang. Kurangnya pendidikan tentang etika akan perlahan-lahan menimbulkan krisis bagi masyarakat dan dunia. Karena itu, generasi sekarang harus bisa menemukan keseimbangan.
Bagaikan sebuah pikulan yang memiliki beban di kedua sisinya, jika berat di kedua sisinya seimbang, orang yang memikulnya di pundak akan merasa ringan. Jika satu sisi berat dan sisi lainnya ringan, pikulan itu akan tidak seimbang dan orang yang memikulnya akan sangat lelah. Saat ini, kita harus berusaha menggunakan Dharma untuk menyeimbangkan kehidupan orang-orang. Ini harus ada dalam pendidikan kita sekarang.

Dahulu, seorang magang harus mempelajari keterampilan dari gurunya dalam waktu 3 tahun 4 bulan. Kini, anak-anak mulai belajar dari usia 2 atau 3 tahun. Dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi, sesungguhnya berapa tahun yang kita habiskan dalam hidup ini untuk belajar? Setelah belajar bertahun-tahun, sudahkah kita mempelajari semuanya? Belajar tidak ada akhirnya.
Kita sering mendengar orang berkata bahwa anak muda belum mengerti banyak hal. "Muda" menjadi sebuah alasan yang dianggap lumrah. Sesungguhnya, umur berapa masih termasuk muda? Dahulu, orang-orang lebih cepat dewasa. Sekarang, yang berusia 30 tahun pun masih disebut muda. Pemikiran mereka masih kurang dewasa.
Dahulu, orang-orang pada usia 15 tahun hendaknya sudah memahami kebenaran. Pada usia 15 tahun, seseorang hendaknya bertekad untuk belajar dan memahami kebenaran. Baik yang memilih untuk menuntut ilmu maupun mempelajari keterampilan, semuanya harus menjaga tata krama masing-masing.
Kita sering melihat aksara "belajar" dan "sadar". Dalam aksara "belajar", terdapat aksara "anak" yang berarti hati anak-anak yang sangat polos. Bagi anak usia dini, apa yang kita ajarkan pada mereka, itulah yang mereka pelajari. Ingatlah dua aksara ini dalam benak kalian.
Selama masih hidup, kita terus belajar. Yang belum kita pelajari di kehidupan sekarang harus terus kita pelajari di kehidupan berikutnya. Dari kehidupan ke kehidupan, belajar tidak ada akhirnya. Inilah yang disebut belajar.
Menjaga keharmonisan dalam urusan duniawi dan memutar roda Dharma
Menciptakan siklus kebajikan dengan saling membantu dan mengasihi sesama
Benih cinta kasih tertanam dalam hati anak-anak yang murni
Giat belajar, teguh menjalankan praktik, dan memahami kebenaran
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 14 Juli 2025