Ceramah Master Cheng Yen: Giat Melatih Diri Lewat Tubuh, Ucapan, dan Pikiran

“Saya menderita stroke pada tahun 2005 dan terbaring di ranjang hampir 2 tahun. Setelah itu, perlahan-lahan mulai ada skuter listrik dan bisa keluar. Kemudian, saya ke sini. Sebelumnya, ibu saya yang mendorong saya pergi melakukan terapi dengan kursi roda. Saat menggunakan kursi roda, saya tak bisa melakukan daur ulang. Saya mulai melakukan daur ulang saat saya memiliki skuter listrik,” kata Chen Yu-de, relawan Tzu Chi.A

“Setelah melakukan terapi dan bisa sedikit berjalan,  saya pun pergi mencari pekerjaan. Saya mencari di banyak tempat, tetapi ditolak. Mereka tak memberi saya kesempatan, tetapi saya tetap berusaha mencari di tempat lain untuk membuktikan bahwa saya memiliki kemampuan untuk bekerja. Jadi, saya memilih melakukan daur ulang di posko daur ulang ini. Saya memanfaatkan waktu selama 10 tahun untuk belajar bersabar, melatih diri, dan membina diri,” tambahnya.

Kita harus setiap saat meningkatkan kewaspadaan karena ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Jadi, kita harus sangat bersungguh hati untuk memahami kehidupan dan menghargai waktu. Untuk menghargai kehidupan, kita harus memanfaatkan tubuh kita dengan baik. Jika kita tak melatih diri pada kehidupan ini, lalu kapan kita akan melatih diri? 


“Saya berpikir bahwa berhubung tak ada orang yang mau mempekerjakan saya, maka saya harus berkontribusi bagi masyarakat dengan kemampuan saya. Saya mengubah tujuan hidup saya dan memulai kehidupan baru saya dengan satu tangan dan satu kaki. Saya ingin membuktikan kepada semua orang bahwa meski hanya satu tangan dan satu kaki saya yang berfungsi, saya masih bisa memiliki kehidupan yang bermakna. Setidaknya, saya mendapatkan kembali kepercayaan diri di sini. Saya telah membuktikannya dan semua orang bisa melihatnya, meski hanya satu tangan dan satu kaki saya yang berfungsi, tetapi kemampuan saya tak kalah dari orang normal,” kata Chen Yu-de, relawan Tzu Chi.

Dalam kehidupan ini, kita harus memanfaatkan tubuh kita dengan baik kapan pun dan di mana pun kita berada. Kita harus memperhatikan tubuh, ucapan, dan pikiran kita. Segala yang kita lakukan, apakah itu adalah hal baik ataukah buruk? Kita harus berhati-hati dalam bertindak serta harus tekun dan bersemangat. Tempat apa pun dan kapan saja bisa menjadi ladang  pelatihan kita. Jadi, kita harus benar-benar bersungguh hati untuk menggunakan tubuh kita.

Selain tubuh, kita juga harus menjaga mulut kita karena kita mengucapkan sesuatu melalui mulut. Apakah kita mengucapkan kata-kata baik atau buruk? Kata-kata baik dan lembut bisa menghibur orang; bisa membimbing orang dengan Dharma, bisa menyelesaikan konflik antarmanusia. Ada banyak manfaatnya. Mulut atau ucapan yang baik dapat membabarkan Dharma. Baik orang yang mendengar Dharma, membabarkan Dharma, maupun menyebarkan Dharma, mereka semua harus menyerap Dharma ke hati dan mentransformasi kesadaran mereka.

Dengan kesadaran ke delapan dan kesembilan yang murni, kita dapat memahami Dharma dan membabarkannya kepada orang-orang. Kita membabarkan Dharma lewat mulut. Ini disebut penyebar Dharma. Penyebar Dharma harus mengembangkan keterampilan dalam berbicara. Dharma yang murni dibabarkan lewat mulut. Dalam berbicara, kita juga harus memperhatikan ucapan kita. Menyebarkan Dharma adalah karma baik.

Berbicara kasar, berbohong, berkata-kata kosong, bergunjing, dll adalah menciptakan karma buruk. Inilah karma buruk yang diciptakan lewat ucapan. Itu tidak membawa manfaat bagi orang dan akan menimbulkan perselisihan, menciptakan kegelapan batin dan kekacauan di dunia. Inilah karma buruk yang diciptakan lewat ucapan.


Terlebih lagi mengenai mulut, demi memenuhi nafsu makan, kita telah makan daging yang jumlahnya tak terhitung dan mencemari lingkungan. Semua ini dilakukan melalui mulut kita. Karena kita ingin makan daging, maka menyebabkan hewan ternak dibunuh dan lain-lain sehingga menciptakan karma buruk. Semua ini diawali dari mulut kita.

Kita harus merenungkan secara mendalam tentang karma buruk yang diciptakan lewat mulut. Melalui mulut, kita makan daging dan menciptakan perselisihan sehingga dunia menjadi tidak tenteram. Inilah karma buruk yang diciptakan lewat mulut. Jadi, kita jangan beranggapan bahwa mulut kita ini tak membawa dampak buruk. Karma buruk bisa berasal dari mulut kita. Jadi, kita harus berhati-hati dan mawas diri serta sering mengingatkan diri sendiri bahwa kita harus berhati-hati dengan apa yang dilakukan mulut kita.

Karma buruk yang diciptakan karena nafsu makan sangatlah menakutkan. Jika kita bisa mengubahnya menjadi membabarkan dan menyebarkan Dharma, maka bisa membuat masyarakat harmonis. Inilah karma baik yang diciptakan lewat mulut. Kita juga harus memperhatikan bahwa sumbernya adalah pikiran. Kita harus mengubah kesadaran pikiran menjadi kebijaksanaan. Setelah melakukannya, kebijaksanaan akan tetap berada dalam kesadaran pikiran kita.

Setelah meninggal dunia, tak ada yang bisa kita bawa, kecuali kebijaksanaan. Kesadaran dan kebijaksanaan akan kita bawa ke kehidupan berikutnya. Pada kehidupan berikutnya, dengan sendirinya kita akan memiliki kebijaksanaan dan kesadaran seperti itu. Ia akan mengikuti kita ke kehidupan berikutnya. Jika kita menjalin jodoh baik, itu akan membantu kita dalam melatih diri dan menerima ajaran Buddha. Kita bisa terus menerima dan menyerap Dharma. Jadi, kita bisa melatih diri dari kehidupan ke kehidupan. Itu bergantung pada seberapa giatnya kita.


Dalam kehidupan ini, kita jangan menyia-nyiakan waktu dan harus terus menyerap Dharma. Jadi, sekarang  kita menyebut kegiatan mendengar Dharma sebagai "menghirup keharuman Dharma". Artinya, kita harus bersungguh hati. Saudara sekalian, sulit terlahir sebagai manusia,  maka kita harus menghargainya. Dengan waktu dan ruang yang kita miliki, kita harus berusaha untuk memanfaatkan tubuh kita serta menggenggam waktu yang ada untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Semua itu tak lepas dari kehidupan sehari-hari.

Apakah tubuh, mulut, dan pikiran kita telah berada dalam praktik damai dan sukacita? Apakah kita setiap hari telah memiliki welas asih dan kebijaksanaan serta menyelami Empat Ikrar Agung? Itu bergantung pada apakah kita benar-benar melatih diri. Kita harus senantiasa bersungguh hati.

Memanfaatkan tubuh pada kehidupan ini untuk melatih diri

Menjaga mulut dari karma buruk

Menyerap ajaran Buddha dan mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan

Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan praktik damai dan sukacita

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 September 2018

Editor: Khusnul Kotimah

Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -