Ceramah Master Cheng Yen: Giat Melatih Diri untuk Melenyapkan Penderitaan

Kini kondisi iklim tidak selaras. Karena itu, hujan deras saja bisa mendatangkan bencana besar. Ini sungguh merupakan konsekuensi yang tak terduga. Sungguh, banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diprediksi. Karena itulah, Buddha mengajari kita tentang ketidakkekalan.

Sungguh, sebagai umat Buddha, kita harus menyadari ketidakkekalan, jangan hidup di tengah delusi. Sebelumnya, saya sering berkata bahwa Sutra Bunga Teratai mengajari kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Tujuan Buddha datang ke dunia ini adalah berbagi kebenaran yang sederhana dengan semua makhluk. Meski Buddha telah membabarkan kebenaran yang sederhana ini selama 40 tahun lebih, tetapi banyak orang yang tetap hidup di tengah delusi.

Buddha memberi tahu kita bahwa semua orang bisa menjadi Buddha. Kita semua bisa mencapai kebuddhaan. Meski kebenaran ini sangat sederhana, tetapi mencapai kebuddhaan terasa sangat sulit bagi kita karena kita masih hidup di tengah delusi. Tidak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita sungguh tidak tahu. Inilah ketidakkekalan.

doc tzu chi

Buddha terus mengingatkan kita tentang ketidakkekalan di dunia ini. Banyak orang yang tenggelam dalam kebahagiaan dan tidak menyadari penderitaan orang lain dan tidak menyadari penderitaan orang lain. Karena itulah, saya sering memberi tahu kalian untuk menjangkau orang-orang yang menderita untuk menjangkau orang-orang yang menderita agar kalian bisa menyadari berkah. Insan Tzu Chi menjangkau orang-orang yang menderita sehingga bisa menyadari bahwa mereka sangat dipenuhi berkah. Jadi, kita jangan memiliki nafsu keinginan yang terlalu besar. Singkat kata, kita harus berpola hidup sederhana dan mendalami Dharma.

Sekitar dua hari sebelum hujan deras mendatangkan bencana, jika kalian mengikuti ceramah pagi atau pertemuan pagi relawan, kalian mungkin mendengar saya berkata,“Aneh, sekarang saya jelas-jelas sedang mengulas bab Praktik Damai dan Sukacita, mengapa hati saya sama sekali tidak damai dan bersukacita?”

Sungguh, beberapa hari itu, Ini mungkin juga karena beberapa hari itu, terjadi banyak bencana di berbagai negara. Jadi, saya juga mengkhawatirkan bencana yang terjadi di berbagai negara. Meski demikian, ini tetap tidak bisa menjelaskan mengapa hati saya tidak damai dan bersukacita saat membabarkan bab ini. Dua hari kemudian, turun hujan deras yang mendatangkan bencana.

doc tzu chi

Para relawan kita bekerja keras untuk memberikan bantuan. Melihat beberapa relawan kita mengalami luka lecet atau tertusuk paku, saya sangat khawatir. Saya berharap jangan terjadi bencana lagi. Namun, kita sungguh harus tekun melatih diri. Kehidupan manusia bagaikan mimpi.

Buddha menggunakan perumpamaan mimpi untuk mengajari kita agar kita dapat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat melatih diri. Saat terjaga, kita menciptakan berkah bagi masyarakat. Kita giat bersumbangsih dengan tulus dari lubuk hati kita. Inilah pelatihan diri saat terjaga. Di dalam mimpi, kita juga melatih diri. Melihat kondisi warga yang terkena dampak bencana, relawan kita pun bersumbangsih dan membantu upaya pembersihan.

Melihat rumah warga dipenuhi lumpur, relawan kita bergotong royong untuk membersihkannya sehingga pemilik rumah bisa merasa lega dan memiliki tempat yang bersih untuk tidur dengan tenang di malam hari. Mereka bisa tidur dengan tenang, kita juga akan merasa tenang dan dipenuhi sukacita dalam Dharma.

Kita bersumbangsih tanpa pamrih, hanya berharap semua makhluk selamat dan orang-orang terbebas dari penderitaan. Tanpa kerisauan, kita akan merasa damai dan tenang. Saat terjaga, relawan kita terus bersumbangsih dengan harapan semua orang aman dan tenteram. Di dalam mimpi, relawan kita juga menapaki Jalan Bodhisatwa.

doc tzu chi

Tubuh kita bagaikan perahu atau kereta. Selain bisa menaiki kereta ini sendiri, kita juga bisa memberi tumpangan pada orang lain. Bukankah ini yang disebut dengan membimbing diri sendiri sekaligus orang lain? Kita harus menyeberangkan semua makhluk ke pantai kebahagiaan. Jika kita hanya mengejar pencapaian pribadi, kita tidak bisa menjalin jodoh baik dengan orang lain.

Meski kita menciptakan berkah, tetapi jika kita tidak menjalin jodoh baik dengan orang lain, maka di kehidupan mendatang, kita akan sangat kesepian meski hidup makmur dan dipenuhi berkah. Jadi, kita harus menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik dengan orang lain. Jadi, lewat berbagai masalah yang kita alami, kebijaksanaan kita terus bertumbuh.

Anggota komite dan Tzu Cheng sekalian, tidak mudah terlahir sebagai manusia dan memiliki jalinan jodoh untuk memikul tanggung jawab atas semua makhluk. Sebagai anggota komite dan Tzu Cheng, atas semua makhluk. kalian harus sungguh-sungguh menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Inilah tanggung jawab kita. Kita harus mengasihi tanpa mementingkan jalinan jodoh, memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan serta mempraktikkan Enam Paramita untuk mendukung pencapaian kita.Kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk mempraktikkan semua itu.

Baiklah, singkat kata kehidupan manusia bagaikan mimpi. Kita harus menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Sehari menjadi relawan Tzu Chi, kalian selamanya adalah relawan Tzu Chi. Jadi, jangan melupakan semangat Tzu Chi. Dengan memikul tanggung jawab, kita baru bisa mengembangkan nilai hidup kita. Tanpa memikul tanggung jawab, hidup kita akan berakhir sia-sia.

Jadi, kita harus memikul tanggung jawab. Inilah pelatihan diri yang sesungguhnya. Hidup di dunia ini, kita harus melatih diri dengan melenyapkan penderitaan semua makhluk dan berbagi Dharma dengan mereka. Kita cukup melakukannya dengan sepenuh hati. Inilah ladang pelatihan Bodhisatwa. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Di mana orang yang menderita berada, di sanalah ladang pelatihan Bodhisatwa. Apakah kalian paham? “Paham,” jawab para relawan.

Bagaimanapun, saya berterima kasih kepada kalian yang terus bersumbangsih meski menghadapi berbagai kesulitan. Kalian sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Saya mewakili semua orang yang pernah menerima bantuan kalian  mengucapkan terima kasih. “Terima kasih, Master,” jawab para relawan. Saya sungguh sangat bersyukur. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Intinya, kita harus memanfaatkan tubuh kita dan menggenggam waktu untuk bersumbangsih. Terima kasih.

Menyadari ketidakkekalan dengan menjangkau orang-orang yang menderita
Memikul tanggung jawab atas semua makhluk
Giat melatih diri untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain
Menggenggam kehidupan sekarang untuk melatih diri

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 22 Juni 2017
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -