Ceramah Master Cheng Yen: Giat Mempraktikkan Delapan Ruas Jalan Mulia

“Kakek Guru, saya menyayangimu. Kakek Guru, kami mendoakanmu semoga aman, tenteram, sehat walafiat, dan panjang umur,” petikan wawancara Paman A-ji, penderita ankilosing spondilitis selama 30 tahun.

Saya sangat tersentuh. Saya tersentuh karena semua Bodhisatwa di Tainan sangat tekun dan bersemangat. Saya bisa mendengar banyak relawan berbagi kesan dan pengalaman. Mereka tak hanya melaporkan pekerjaan mereka, tetapi juga berbagi tentang bagaimana mereka terjun ke komunitas untuk memberikan perhatian. Untuk membantu orang yang membutuhkan di komunitas, kita harus sering memberi perhatian kepada mereka.

Sejak Tzu Chi berdiri, kita telah membangun fondasi yang baik bagi misi kesehatan, misi pendidikan, misi budaya humanis, dan misi amal. Namun, apakah relawan Tzu Chi memiliki pemahaman yang kuat tentang ajaran Jing Si, semangat, dan filosofi Tzu Chi? Apakah semua orang menyebarkan semangat dan filosofi Tzu Chi dengan teguh? Yang paling saya pedulikan adalah apakah semua orang memahami semangat dan filosofi Tzu Chi dengan benar serta mengetahui arah yang benar  untuk masa depan. Inilah yang paling saya khawatirkan sekarang.


Selanjutnya, yang saya khawatirkan adalah apakah jiwa kebijaksanaan murid-murid saya bertumbuh, apakah keyakinan mereka benar, dan apakah arah mereka sudah benar? Kita harus memiliki pengetahuan benar, pandangan benar, pikiran benar, perhatian benar, perbuatan benar, dan lain-lain. Itu semua sangatlah penting. Jika kita memiliki sebersit niat yang menyimpang, maka jiwa kebijaksanaan kita juga tak akan tumbuh.

Saya berharap murid-murid saya dapat melatih diri dengan tekun dalam pikiran dan perbuatan. Jika kalian bisa melatih diri dengan tekun untuk memiliki pandangan benar, pemahaman benar, dan perhatian benar, barulah saya bisa tenang. Jadi, dalam perjalanan kali ini, saya juga ingin melihat dan mendengar apakah semua orang berbuat hal yang benar, apakah membawa manfaat bagi orang banyak, dan adakah arah kalian menyimpang.

Saat saya masuk, ada buku catatan ceramah pagi para relawan dipajang di lobi. Setiap catatan ditulis dengan sangat rapi. Itu menunjukkan bahwa semua orang sangat tekun mendengar Dharma. Kemudian, saya naik ke lantai atas dan mendengar beberapa kisah yang menghangatkan hati, yaitu Bodhisatwa yang terjun ke komunitas untuk memberikan perhatian. Paman A-ji hari ini juga datang.


Saya masih ingat saat saya membesuk Paman A-ji di kamar pasien, lidahnya masih menjulur sangat panjang. Dia dirawat di rumah sakit kita seorang diri. Dokter dan perawat selalu menyayangi dan merawatnya hingga dia keluar dari RS. Mereka juga mengatur tempat tinggalnya di panti jompo. Setiap hari-hari besar, Wakil Kepala RS Jian akan pergi merayakan bersamanya. Pada Tahun Baru Imlek, ibu dari Wakil Kepala RS Jian pasti akan menyiapkan kue keranjang untuk dibawa ke panti jompo bagi Paman A-ji guna menemani dan menyemangatinya.

Dia berbakat dalam melukis. Sekarang penglihatannya sudah agak kabur. Saya bertanya padanya, "Apakah sekarang Anda masih bisa menggambar?" "Sekarang saya hanya mengukir." Berhubung tidak lagi bisa menggambar, dia mengukir karena dengan mengukir, dia dapat merasakan dengan rabaan tangannya dan pelan-pelan melakukannya.Dia juga sudah usia lanjut dan hidup sebatang kara, tetapi tetap memiliki semangat juang. Semangatnya yang tak menyerah pada kehidupan harus kita teladani.

Kita juga melihat seorang anak yang berusia 15 tahun. Lukisannya juga sangat bagus. Jadi, dua orang ini sangatlah berbakat. Anak itu adalah penerima beasiswa kita. Kita membantu anak-anak agar mereka dapat bersekolah tanpa kerisauan dan menyelesaikan pendidikan mereka. Jika mereka ingin terus melanjutkan studi, kita akan terus membantu mereka. Kita harus membantu para lansia agar mereka bisa hidup tenang.


Bodhisatwa muncul karena ada makhluk yang menderita. Misi kita adalah "demi semua makhluk". Kita memiliki arah yang sama. Kita semua harus bersatu hati, harmonis, saling mengasihi. Kita saling berbagi kekuatan cinta kasih. Berapa banyak hal yang bisa diselesaikan oleh satu orang? Kekuatan sepasang tangan sangatlah terbatas.

Semua orang harus membangkitkan cinta kasih. Untuk menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan, kita harus menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung dengan kita. Jika semua orang bersama-sama mengulurkan sepasang tangan, maka kita dapat menghimpun kekuatan yang sangat besar. Kita harus bergotong royong, saling mengasihi, harmonis, dan bersatu hati.

Bergotong royong sangatlah penting. Aksara Tionghoa "gotong royong" terdiri atas tiga buah aksara "kekuatan". Kekuatan apa? Saling mengasihi. Jika hanya saling mengasihi, kekuatannya tidaklah cukup. Selain saling mengasihi, kita juga harus harmonis. Selain saling mengasihi, ketika ada banyak orang, semua harus harmonis dan damai. Ketika orang melihat kita, mereka akan merasa sukacita dan memuji kita. Jika ingin seluruh masyarakat harmonis, kita harus bersatu hati.


Jadi, saat bersatu hati, harmonis, dan saling mengasihi ketiganya digabung, akan membentuk kekuatan gotong royong. Ketiga hal tadi ditambah gotong royong jumlahnya menjadi 4. Empat di sini adalah semangat 4 in 1 Tzu Chi. Ketika terjadi bencana di dunia, dengan semangat saling mengasihi, relawan Tzu Chi menghimpun kekuatan  untuk bersumbangsih. Jadi, kita harus membuat masyarakat kita harmonis. Untuk itu, kita harus menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung dengan kita untuk terjun ke komunitas guna memberi perhatian kepada orang-orang yang membutuhkan. Kita harus bersatu.

Saya sangat berterima kasih kepada para Bodhisatwa Tzu Chi yang telah menghimpun cinta kasih. Kita harus menggenggam jalinan jodoh. Tidak hanya menggenggam jalinan jodoh dengan saya, tetapi juga menggenggam jalinan jodoh antarsesama. Apakah kalian paham? (Paham) Baik. Saya mendoakan kalian semua dengan tulus. Semoga kalian semua aman, tenteram, penuh berkah dan kebijaksanaan. Tekunlah mendengar Dharma dan mempraktikkannya dalam keseharian. Apakah kalian mengerti? (Ya) Semoga kalian semua lebih bersungguh hati.

Memperkuat ajaran Jing Si untuk meneruskan jiwa kebijaksanaan

Tekun dan bersemangat dalam mempraktikkan Delapan Ruas Jalan Mulia

Melihat penderitaan, menyadari berkah, dan membantu orang yang menderita

Bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong

Ceramah Master Cheng Yen tanggal: 15 Juli 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal: 17 Juli 2018

Editor: Arimami Suryo A
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -