Ceramah Master Cheng Yen: Giat Mempraktikkan Kebenaran dan Menyebarkan Mazhab Tzu Chi

“Sebelumnya, rumah ini adalah kandang babi dan sapi. Beruntung, ada relawan Tzu Chi yang membantu kami. Kalian bahkan membelikan ranjang dan perabot rumah tangga bagi kami. Kami sangat terharu,” kata Nyonya Xu.

“Sejak kecil, saya hidup kekurangan dan sering menerima bantuan orang. Jadi, kelak saya pasti akan membalas budi masyarakat,” ujar Putra sulung Keluarga Xu.

“Di sini sangat dibutuhkan baksos kesehatan karena terdapat banyak imigran dan keluarga berpendapatan rendah,” tutur Andrew Do, Bupati Orange County.

“Kalian begitu baik hati mengobati penyakit saya. Menyumbangkan isi celengan bambu hanya sedikit wujud rasa syukur saya. Saya juga berharap bisa menolong orang yang membutuhkan,” ungkap Liu Qiang, seorang korban bencana.


“Dalam dua hingga tiga tahun ini, insan Tzu Chi berkunjung belasan kali. Kalian sangat mengkhawatirkan kami. Saya ingin menyebarkan cinta kasih ini. Terima kasih, Tzu Chi. Kami akan berbuat baik dengan melakukan daur ulang. Kami akan menyebarkan cinta kasih. Terima kasih. Bantuan Tzu Chi sangat bermakna bagi kami. Api melahap segalanya di rumah saya. Hanya celengan bambu ini yang tersisa dan bisa saya sumbangkan. Ini untuk membalas kebaikan Tzu Chi terhadap kami,” kata Luzviminda Pillogo, korban bencana.

“Saat kita menolong sesama tanpa pamrih, mungkin suatu hari nanti akan terjadi sesuatu di luar bayangan kita. Contohnya para korban bencana yang menyumbangkan isi celengan bambu. Biasanya, mereka menolong orang lain. Saat mereka membutuhkan, mereka juga mendapat bantuan,” kata Avelita Marquez, relawan Tzu Chi berkata.

Tujuan terbesar Buddha datang ke dunia ini adalah membimbing setiap orang menjadi Bodhisatwa dengan mempraktikkan Enam Paramita di Jalan Bodhisatwa. Kita harus mengembangkan nilai hidup kita dengan bijaksana. Untuk itu, kita harus menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan. Kita harus bertindak secara nyata. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Kita harus mempraktikkan jalan kebenaran dengan Empat Ikrar Agung.


Di dalam hati setiap insan Tzu Chi harus ada ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Ke dalam, kita membina ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Ke luar, kita mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Kita harus membangkitkan cinta kasih agung. Cinta kasih agung tanpa penyesalan mendatangkan cinta kasih tak terbatas. Kita harus membangkitkan cinta kasih dan welas asih agung.

Cinta kasih agung tanpa penyesalan mendatangkan cinta kasih tak terbatas. Welas asih agung tanpa keluh kesah mendatangkan kekuatan ikrar tak terbatas. Kita harus bersumbangsih tanpa penyesalan dan keluh kesah. Kita juga tidak boleh memiliki pamrih. Terkadang, ada yang berkomentar meski kita bersumbangsih dengan tulus. Namun, kita hendaknya senantiasa ingat bahwa kita bersumbangsih dengan sukarela tanpa diminta oleh siapa pun.

Karena bersumbangsih dengan sukarela, maka kita tidak perlu menyesal ataupun berkeluh kesah. Kita cukup bersumbangsih seperti biasanya. Jadi, dengan welas asih agung, kita bersumbangsih tanpa keluh kesah. Inilah tekad dan ikrar kita. Kita juga harus membangkitkan sukacita agung.


Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus mendalami Dharma agar dipenuhi sukacita dalam Dharma. Noda batin di tengah masyarakat adalah Bodhi (pencerahan). Di tengah noda batin, kita belajar menghapus noda batin dan memperoleh sukacita darinya. Jadi, dengan membangkitkan sukacita agung, kita akan terbebas dari kerisauan. Asalkan sesuatu itu harus dilakukan dan benar, maka lakukan saja dengan tenang dan penuh sukacita dalam Dharma.

Kita juga harus membangkitkan keseimbangan batin agung tanpa pamrih. Keseimbangan batin agung tanpa pamrih mendatangkan rasa syukur tanpa batas. Saat bersumbangsih dengan sukacita agung, kita dipenuhi kebahagiaan. Saat bersumbangsih dengan keseimbangan batin agung, kita dipenuhi rasa syukur. Demikianlah insan Tzu Chi, selalu bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus bersyukur. Ini merupakan kenyataan. Relawan kita sungguh bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus bersyukur. Ini berkat adanya ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.

Bodhisatwa sekalian, jika kita bisa mempraktikkan semua itu, maka hidup kita akan harmonis dan bahagia. Karena itu, kalian harus bersungguh hati. Saya berharap para relawan luar negeri yang kembali ke Taiwan dapat bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Bersatu hati berarti mengembangkan welas asih yang setara untuk mendatangkan kebaikan terbesar.


Saat ini, kita semua sungguh harus bersatu hati. Semua orang harus saling menghormati dan menyemangati. Jadi, kita harus bersatu hati dengan mengembangkan welas asih yang setara untuk mendatangkan kebaikan terbesar. Kini, terjadi banyak bencana di seluruh dunia. Kita harus membangun tekad dan ikrar untuk membina kesatuan hati dan welas asih guna bersumbangsih bagi sesama dengan kekuatan cinta kasih yang setara. Dengan demikian, dunia akan tenteram.

Antarmanusia juga harus membina keharmonisan. Dengan adanya keharmonisan, hati kita akan lapang. Harmonis berarti mengembangkan kelapangan hati dan ikrar luhur untuk mendatangkan berkah terbesar. Jika bisa bersatu hati dan berlapang hati, maka akan tercipta berkah tak terhingga. Kita harus menciptakan berkah di tengah umat manusia. Kita juga harus saling mengasihi. Agar bisa saling mengasihi, dibutuhkan pikiran yang murni. Jangan merumitkan keadaan. Dalam interaksi antarmanusia, saat mendengar suatu kabar angin, kita hendaknya tidak menyebarluaskannya karena dapat melukai orang yang bersangkutan. Itu tidaklah benar.

Kita harus menjaga kemurnian pikiran. Kemurnian yang tak terhingga mendatangkan kedamaian terbesar. Dengan pikiran yang murni, kita baru bisa berinteraksi dengan orang lain dengan damai dan tenang serta tidak merumitkan keadaan. Kita juga harus bergotong royong. Bergotong royong membutuhkan kekompakan. Jika semua orang bisa kompak dan perhatian satu sama lain serta rela berkorban, maka akan tercipta ketenangan terbesar. Kita bersumbangsih bagi sesama dengan cinta kasih.


Saat melakukan pradaksina, kita bagaikan bola kristal yang berpusat pada satu titik yang sama, bagaikan hutan Bodhi yang bertumbuh dari satu akar yang sama, bersatu hati menggarap ladang berkah, dan menanam dalam akar kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa. Berulang kali, seiring langkah kita dalam melakukan pradaksina, kita mengingatkan diri sendiri bahwa inilah ladang pelatihan kita.

Jika pikiran semua orang dapat semurni bola kristal yang berpusat pada satu titik yang sama, maka akan tercipta dunia yang indah. Untuk menciptakan Tanah Suci di dunia, semua orang harus bagaikan hutan Bodhi yang tumbuh dari akar yang sama. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Tujuan kita adalah menapaki Jalan Bodhisatwa. Di Tzu Chi, kita belajar satu sama lain. Kita harus memperhatikan tata krama dan citra kita agar tidak memberikan contoh yang buruk. Kita harus memandang penting hal ini.

Jadi, untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia, kita harus mempraktikkan welas asih dan kebijaksanaan dengan Empat Pikiran Tanpa Batas. Kita harus sangat bersungguh hati. Semua ini sangat mudah dipahami dan dihafal. Saya berharap kalian semua dapat berpegang pada ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Benar, kalian harus mengingat isi ajaran Jing Si. Intinya, kalian harus mengingat arah tujuan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi.


Selain giat mempraktikkan jalan kebenaran, kita juga harus membentangkan jalan. Setelah membuka jalan sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus membimbing semua makhluk untuk turut membentangkan jalan. Kalian seharusnya bisa melakukannya. Kalian harus memiliki arah tujuan yang sama. Ajaran Buddha telah menunjukkan arah yang benar pada kita.

Kita harus melakukan praktik nyata baru bisa mengembangkan kebijaksanaan di tengah umat manusia. Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita akan menyadari bahwa noda batin adalah Bodhi. Jangan takut terjun ke tengah masyarakat karena kita bisa memahami banyak kebenaran di tengah masyarakat. Jadi, kalian harus bersungguh hati menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Berikrar membimbing semua makhluk dengan Empat Pikiran Tanpa Batas

Bekerja sama dengan harmonis dan mendampingi dengan penuh cinta kasih

Menciptakan Tanah Suci dengan pikiran yang murni

Giat mempraktikkan kebenaran dan menyebarkan mazhab Tzu Chi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Maret 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 31 Maret 2018

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -