Ceramah Master Cheng Yen: Ikrar Welas Asih, Niat Baik, Perdamaian, dan Cinta Kasih

“Saya mengira bisa tiba di Jerman dalam 10 hari, seperti saudara saya.Namun, saya tertahan di Turki selama sebulan dan telah tertahan di sini selama 20 hari. Usia kehamilan saya sudah sembilan bulan. Cuaca begitu dingin, bahkan orang dewasa pun tidak tahan. Bagaimana pula dengan bayi yang belum lahir?” ujar Intisar Ali, salah seorang pengungsi Irak yang menanti untuk melewati perbatasan Yunani-Makedonia agar dapat menuju Eropa Barat dan Eropa Utara.

Sungguh, waktu terasa berjalan sangat lambat bagi para pengungsi.Mereka berharap dapat mendengar kabar bahwa perbatasan telah dibuka agar mereka dapat menuju tempat tujuan mereka. Organisasi-organisasi kemanusiaan dan orang-orang yang penuh cinta kasih di seluruh dunia menyerukan bantuan bagi mereka dan memperhatikan kondisi mereka. Banyak suara penuh cinta kasih seperti ini. Namun, bisakah suara penuh cinta kasih ini membawa manfaat bagi orang-orang yang menderita ini? Kita bisa melihatnya sendiri.

Lihatlah Serbia. Saat relawan kita tiba di Serbia, banyak negara di Eropa yang menutup perbatasan mereka. Akibatnya, para pengungsi tidak dapat meninggalkan ataupun memasuki Serbia. Banyak di antara mereka yang tinggal di persinggahan pengungsi dan kamp pengungsi. Karena itu, insan Tzu Chi berkesempatan untuk berinteraksi dengan mereka. Kita melihat mereka selalu mengonsumsi makanan yang sama, yakni roti tawar yang keras. Cuaca di sana sangatlah dingin. Karena itu, kita meminta izin kepada Komisi Penanganan Pengungsi Serbia untuk menyediakan makanan hangat bagi para pengungsi. Berhubung tidak diizinkan memasak di sana, kita hanya bisa membeli makanan jadi dan memanaskannya kembali.

Namun, setelah makanan dikonsumsi, selalu tercipta banyak sampah. Karena itu, kita berharap dapat memberi mereka nasi Jing Si dan mangkuk Tzu Chi. Kita telah mengirimkannya ke Serbia. Setelah nasi Jing Si sampai di Serbia,Chor-siong dan Relawan Yang mulai menyajikan nasi Jing Si. Setelah mengaduk nasi Jing Si di dalam sebuah panci besar, mereka segera menutup pancinya. Setelah itu, mereka berbagi kisah dengan semua orang. Pengungsi yang hadir berasal dari tiga negara.

“Tzu Chi berawal dari 30 orang ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen setiap hari.Dana Tzu Chi bukan hanya dari orang kaya. Dana Tzu Chi berasal dari orang yang memiliki cinta kasih universal,” terang Tan Chor-siong, Qingxiushi Divisi Kerohanian Tzu Chi kepada para pengungsi.

Seorang perempuan yang merupakan anggota Komisi Penanganan Pengungsi Serbia mengemban tanggung jawab sebagai penerjemah. Kita juga bisa melihat Relawan Pfaff. “Master menyarankan untuk tidak makan daging. Karena itu, kalian tidak perlu khawatir ada daging babi di dalam nasi Jing Si. Master berkata bahwa pertimbangan untuk tidak makan daging bukan hanya dari sisi ajaran Buddha, tetapi juga dari sisi ekonomi. Contohnya, harga satu kilogram daging sapi sangatlah mahal, ujar Rudi Willi Pfaff, relawan Tzu Chi jerman.

Relawan kita juga mengajak setiap orang menyanyikan lagu “Satu Keluarga”. Setiap orang bernyanyi dan memperagakan isyarat tangan dengan penuh semangat. Setiap orang merasa sangat gembira. Lalu, para pengungsi mengonsumsi nasi Jing Si yang hangat, sesuai selera mereka, dan mengingatkan mereka pada kampung halaman. Setiap orang merasa gembira. Kisah yang menyentuh hati sangatlah banyak.

Selain itu, kini relawan dari Asia Tenggara, seperti Singapura dan Malaysia, juga pergi ke Serbia untuk meneruskan estafet cinta kasih. Seorang relawan dokumentasi kita, Relawan Ng Kee-seng, bertanggung jawab merekam kondisi di Serbia. Kita bisa melihat isi rekamannya yang sangat indah. Dia menganggap anak-anak pengungsi bagaikan anaknya sendiri. Dia bahkan mengajari anak-anak untuk mengasihi semua makhluk saat melihat anak-anak melempar seekor anjing dengan batu. Tidak lama setelah selesai berbicara, dia melihat anak-anak menuruti perkataannya. Mereka mendekati anjing itu dan memberikan roti mereka padanya.Lihatlah, manusia membutuhkan tutur kata yang baik. Ini sangatlah penting. Kita harus lebih sering menyosialisasikan tutur kata yang baik.

Pada tanggal 20 Maret 2003, Perang Irak mulai meletus. Selain itu, virus SARS pun mulai menyebar. Pada tanggal 21 Maret 2003, saya mulai mengimbau relawan kita untuk menggelar acara doa bersama dengan tema “Ikrar Welas Asih, Niat Baik, Perdamaian, dan Cinta Kasih”. Kita menggelar doa bersama di seluruh Taiwan. Kita menggunakan welas asih untuk menginspirasi welas asih setiap orang agar dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Kita berdoa dengan tulus semoga Perang Irak dapat segera berakhir dan penyebaran virus SARS di Taiwan dapat segera berlalu.

Saat itu, kita juga terus mengimbau orang-orang untuk bertutur kata baik, berbuat baik, dan berpikiran baik dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga terus menyosialisasikan Kata Renungan Jing Si hingga saat ini. Kita bisa melihat di Foshan, Tiongkok, Kata Renungan Jing Si telah disosialisasikan di sebuah desa. Seluruh warga desa itu menempelkan Kata Renungan Jing Si di berbagai tempat.

Ada pula yang dipersiapkan bagi para tunanetra. Di Taichung, sekelompok komisaris kehormatan dan dr. Chi menempelkan Kata Renungan Jing Si dengan huruf timbul di sebuah sekolah luar biasa sehingga para murid tunanetra dapat membacanya. Manusia hendaknya merendahkan hati,tetapi jangan meremehkan diri sendiri. Wajah yang tersenyum merupakan wajah yang paling indah di dunia, juga merupakan sapaan yang paling ramah. Jadi, kita harus lebih sering bertutur kata baik, berbuat baik, dan berpikiran baik.

Insan Tzu Chi di Malaysia juga mengimbau orang-orang yang hidup kekurangan untuk turut berbuat baik. “Seorang guru berkata bahwa orang kurang mampu juga bisa menolong sesama. Jadi, saya berpikir saya juga bisa menyumbangkan tiga ringgit. Jika ada seratus orang yang menyumbangkan tiga ringgit seperti saya, maka akan terhimpun dana untuk menolong sesama,” ujar seorang penerima bantuan Tzu Chi, Muniandy,  menyisihkan sekitar 30 dolar NT ke dalam celengan bambu setiap bulan.  “Hanya satu orang yang berdonasi tidaklah cukup. Namun, jika ada 10 hingga 20 orang berdonasi,maka warga kurang mampu akan tertolong,” ujar penerima bantuan Tzu Chi lainnya .

Masyarakat zaman sekarang hendaknya saling menolong seperti ini.Jika tidak ada kekuatan cinta kasih, maka akan tercipta semakin banyak  fitnah yang membuat masyarakat menjadi tidak tenang. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.

Organisasi kemanusiaan memberikan bantuan kepada para pengungsi

Menyediakan makanan hangat dan menenangkan batin para pengungsi

Berdoa bersama dengan tema ikrar welas asih, niat baik, perdamaian, dan cinta kasih

Membangkitkan kebijaksanaan dengan Kata Renungan Jing Si

Sumber: Lentera Kehidupan  tanggal 21 Maret 2016 - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 23 Maret 2016

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -