Ceramah Master Cheng Yen: Jalan Kebenaran dalam Agama Buddha di Dunia


“Kita lihat kan dunia belakangan ini, seperti kata Master Cheng Yen itu kan keruh. Semoga momen waisak ini mengingatkan kita bahwa pentingnya untuk perdamaian dunia,”
kata YM. Bhikkhu Kosalo Thera.

“Berharap semoga kegiatan Tzu Chi atau pun kegiatan lainnya bisa lebih meningkatkan keimanan kita dan juga bisa lebih meningkatkan kadar kekompakan untuk kita semua yang ada di Bandung ataupun di kota-kota lainnya,” kata Rahayu, warga.

“Ajaran Master Cheng Yen memang bukan hanya untuk universal tapi untuk dipraktikkan, bukan hanya slogan, humanisme setiap manusia akan berasa dan bisa menyebar semua ke seluruh universal ke dunia,” kata Ediyon, warga.

Saya sangat bersyukur dengan adanya era Buddha sehingga ajaran Buddha dapat terus diwariskan hingga sekarang. Buddha datang ke dunia demi membuka Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa bukan hanya sebuah konsep ideal, melainkan harus benar-benar bersumbangsih di dunia. Saya juga merasa sangat beruntung atas jalinan jodoh yang tak terbayangkan ini.

Semua orang sangat sepenuh hati dan arah kita pun sudah selaras. Empat Misi Tzu Chi telah dirampungkan satu per satu dalam kurun waktu 40 tahun. Saya telah menyaksikan bagaimana semangat Tzu Cheng di Taipei. Mereka sangat mengasihi dan menghormati saya. Semuanya bekerja dengan sepenuh hati tanpa takut lelah.  

“Relawan yang tergabung dalam tim tanggap darurat udara memang relawan senior dari tim penyelamat. Mereka semua sudah sangat berpengalaman dan mahir dalam teknik penggunaan tali. Dari segi keterampilan, tidak ada masalah sama sekali. Semuanya sudah sangat ahli dan kerja sama tim pun sangat baik,” kata Jian Xin-tian, relawan Tzu Chi.

“Dengan hati yang penuh hormat dan ketulusan, kami menaikkan kanvas besar bergambar Yang Maha Sadar Di Alam Semesta dan menyambut kehadiran-Nya di lokasi upacara pemandian rupang Buddha. Kami yang diberi kesempatan untuk terlibat dalam pekerjaan ini selalu membangkitkan rasa hormat dan benar-benar merasa terhormat,” pungkas Jian Xin-tian.

“Tali ini dipasang untuk memastikan posisinya agar tidak goyang,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Ini digunakan saat naik dan akan tersangkut jika turun,” kata Zhou Bing-hong Relawan Tzu Chi.

“Prinsipnya sama seperti sabuk pengaman. Jadi, orang tidak akan terjatuh. Ini berfungsi sebagai pengaman,” ujar relawan Tzu Chi lainnya.


Demi pemandian rupang Buddha di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, para anggota Tzu Cheng harus memanjat tinggi-tinggi dan sangat bekerja keras. Saya bisa merasakan bahwa mereka mengerahkan segenap hati dan tenaga serta sangat menghormati dan mengasihi saya. Apa pun yang saya ucapkan, semua selalu bisa melakukannya. Ini membuat saya sangat tersentuh.
 
Di kehidupan ini, kasih sayang yang terjalin antara saya dan murid-murid saya sangatlah dalam dan panjang. Jika bukan karena jalinan jodoh dari kehidupan lampau, bagaimana mungkin Tzu Chi bisa tersebar ke begitu banyak negara? Semua ini berkat jalinan jodoh.  Berkat jalinan jodoh ini, semua orang bersumbangsih dengan cinta kasih. Entah berapa banyak kehidupan baru saya bisa membalas semua ini.

Setiap kali saya mengucapkan sebuah kalimat, para relawan langsung bergerak. Ini sungguh sulit dideskripsikan dengan kata-kata. Saya pun tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya. Waktu tidak mengizinkan saya untuk terus berbicara. Namun, yang saya harapkan ialah apa yang dilakukan kemarin, 2 hari yang lalu, beberapa hari lalu, atau bahkan yang baru-baru dilakukan, semuanya dapat terus membagikannya kepada orang lain.

Hanya dengan berbagi, barulah kita memiliki catatan yang bisa dijadikan sejarah. Dengan demikian, barulah sejarah kita bisa lengkap. Oleh karena itu, sekarang saya benar-benar mendorong semuanya untuk terus berbagi kisah. Manfaatkanlah jalinan jodoh ini untuk membagikannya kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia, terutama mereka yang saat itu belum bergabung atau masih muda dan belum mengenal Tzu Chi.

Saat ini, hendaknya kita menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Sesungguhnya, bagaimana mempraktikkan ajaran Buddha di dunia? Bukan melatih diri di pegunungan atau hutan, melainkan terjun ke tengah masyarakat untuk melindungi dunia, membuka jalan, dan membangun fasilitas yang baik.

Apa yang kita lakukan dalam "Proyek Harapan"?  Berapa banyak sekolah yang telah kita bangun? Taiwan pernah dilanda bencana seperti Gempa 921 dan Topan Morakot. Apa yang Tzu Chi lakukan?  Singkat kata, inilah yang dapat saya tinggalkan di dunia.


Di usia yang makin tua ini, banyak hal yang ingin saya syukuri dan tidak habis untuk diungkapkan. Mengenai apa yang saya lihat dan dengar, jika kalian bisa membantu mencatatnya, itulah cara kalian membalas kebaikan orang-orang. Seperti halnya dengan proyek konstruksi yang dilakukan oleh komite pembangunan Tzu Chi.

Ketika melihat catatan sejarah, kita dapat mengetahui tahun berapa dan jalinan jodoh apa yang membuat kita memutuskan untuk membangun sekolah dan Perumahan Cinta Kasih. Tanpa komite pembangunan, semua ini tak akan terwujud. Jadi, selama sejarah pembangunan ini tercatat, itulah wujud balas budi terhadap para komite pembangunan.
Melihat bangunan-bangunan itu, kita tahu apa yang telah mereka lakukan pada tahun-tahun itu. Oleh karena itu, kisah itu harus diceritakan. Ketika sebuah kisah diceritakan, akan muncul kenangan. Dengan mengenangnya, kita bisa mencatatnya.  Dengan demikian, barulah sejarah bisa tercipta.

Kita dapat melihat berapa banyak orang yang terlibat dalam sejarah itu. Singkat kata, saya selalu mengatakan tentang menginventarisasi nilai kehidupan. Dengan cara inilah saya menyemangati semuanya untuk menceritakan sejarah hidup kalian masing-masing. Kita bisa mengumpulkan semua kisah tentang kontribusi kita bagi dunia di era ini dan mewariskannya kepada anak cucu kita. Inilah nilai kehidupan.

Saya berharap semua kisah dapat disusun dengan rapi karena ini akan menjadi kitab sejarah Tzu Chi. Catatan ini harus dilengkapi dengan waktu, tempat, siapa yang terlibat, dan apa yang dilakukan. Semua harus dicatat dengan jelas. Inilah yang disebut dengan Dharma sejati.


Saya sering memberi tahu semuanya bahwa kitab suci ditulis setelah peristiwa terjadi. Lihatlah cerita tentang kota bayangan dan berbagai jenis kekuatan batin. Dengan kekuatan batinnya, Maudgalyayana bisa menapakkan satu kaki di gunung timur dan kaki lainnya di gunung barat. Bagaimana kita menjelaskan kekuatan batin seperti itu?

Saya selalu berkata bahwa ini semua tentang menyatu dengan semangat ajaran dan memfokuskan pikiran. Ini untuk mendeskripsikan sesuatu. Bagaimana Maudgalyayana dan Buddha berjalan dari satu tempat ke tempat lain?  Kepada siapakah mereka berbicara? Apa yang mereka lakukan? Dalam sekejap, kisahnya beralih ke gunung barat. Jadi, semua ini tentang pikiran.  

Maudgalyayana telah menyatu dengan semangat ajaran sehingga dapat melangkah dari gunung timur ke barat. Inilah semangatnya. Bagaimana mendeskripsikannya? Kita perlu menggambarkan hal ini bukan sebagai mitos, melainkan sesuatu yang nyata. Kembali ke masa Buddha, semua itu adalah nyata. Dari zaman Buddha hingga sekarang, banyak kisah dalam ajaran Buddha yang berkaitan dengan kekuatan batin. Saya berharap dapat membuat kekuatan batin ini lebih manusiawi.

Pada zaman Buddha, semua yang terjadi adalah perbuatan manusia, bukan dewa. Semua adalah tentang semangat, bukan dewa. Hendaknya kita benar-benar berfokus pada praktik di dunia. Begitulah cara kita mempraktikkan jalan kebenaran.

Saya berharap kita dapat membangun tekad dan ikrar untuk mengembangkan nilai kehidupan dengan kebijaksanaan dan semangat Buddha pada lebih dari 2 ribu tahun yang lalu. Bagaimana kebijaksanaan Buddha, bagaimana kekuatan batin Maudgalyayana, dan bagaimana murid-murid Buddha menginspirasi semua makhluk, semua ini hendaknya kita pahami dengan kesungguhan hati.

Dharma terwujud dalam praktik nyata di Jalan Bodhisatwa  
Mempraktikkan Dharma dengan ikrar dan tekad Guru  
Menginventarisasi kehidupan dan menulis sejarah  
Menyatu dengan hati Buddha untuk memahami kebenaran

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 29 Mei 2025
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -