Ceramah Master Cheng Yen: Kebajikan dan Cinta Kasih sebagai Permata

Setiap kali datang ke Qingshui, saya selalu merasakan keakraban. Hari ini, insan Tzu Chi dari berbagai wilayah berkumpul di sini. Melihat kalian, saya merasa sangat akrab. Kalian sangat sederhana, jujur, dan penuh semangat budaya humanis. Saya bisa melihat kalian mendengar Dharma dengan sepenuh hati. Kalian sungguh-sungguh mendengar Dharma. Kalian bukan hanya mendengar, tetapi juga membuat catatan. Catatan kalian sangat rapi dan isinya sangat bagus. Saya mengambil kaca pembesar untuk membaca catatan kalian. Isinya cukup bagus. Meski hanya melihat sekilas, tetapi dari beberapa kalimat saja, saya sudah tahu bahwa kalian menyelami Dharma dengan sepenuh hati. Karena itulah, buku catatan kalian bisa begitu rapi dan kaya makna. Kalian harus mempertahankan kesungguhan hati ini.

Jika sanggup, kita hendaknya bangun lebih pagi setiap hari untuk membasuh ladang batin kita dengan air Dharma sehingga jiwa kebijaksanaan kita dapat mengikuti kita dari kehidupan ke kehidupan. Jika kita sungguh-sungguh mendengar Dharma pada kehidupan ini, maka pada kehidupan berikutnya, kebijaksanaan kita akan tetap ada. Untuk itu, kita harus bersungguh hati. Saya juga melihat dekorasi lantai atas yang sangat indah dan alami. Ada tanaman sayuran dan buah-buahan. Ini sungguh penuh suasana pedesaan.

Saya juga melihat bubuk sereal Jing Si. Mereka menggunakan kreativitas untuk mengolah bubuk sereal Jing Si menjadi hidangan yang menarik, harum, dan lezat. Jadi, saya telah melihat makanan yang sehat dan pengembangan jiwa kebijaksanaan. Saya juga melihat pemandangan alam yang begitu indah dan melihat bukti nyata bahwa setiap orang mendengar Dharma dan giat membuat catatan. Saya sudah melihat semua yang perlu saya lihat. Saya merasa penuh sukacita melihatnya. Kita juga mendengar kesan dari seorang kepala sekolah.

“Pada bulan Agustus lalu, Topan Soudelor mendatangkan kerusakan besar bagi SMP Chishin. Pohon yang tumbang di sekolah kami sekitar 30 batang.

Kami meminta bantuan kepada atasan, tetapi saat itu, mereka juga tidak berdaya untuk segera memberikan bantuan kepada kami.

Kala menemui jalan buntu, kami melihat siaran berita tentang kondisi bencana di Wulai dan relawan biru putih Tzu Chi yang membantu di lokasi bencana. Karena itu, kami mendapat ide untuk menghubungi Kantor Perwakilan Tzu Chi Dajia. Setelah melakukan survei, dalam waktu dua hari, sekitar 20 insan Tzu Chi datang ke sekolah kami pada pukul lima subuh dengan membawa sebuah mesin derek. Mereka memberikan bantuan dengan sangat cepat. Meski hari itu turun hujan, tetapi semangat mereka tak berkurang karenanya. Mereka bukan hanya membantu kami satu kali.

Pada tahap kedua, sekitar 70 insan Tzu Chi beserta para guru dan murid di sekolah kami bersama-sama melakukan pembersihan. Saat teman-teman yang baik dan penuh semangat untuk membantu ini masuk ke sekolah kami, yang saya rasakan adalah pertama, mereka sangat profesional dan berpengalaman. Kedua, peralatan mereka memadai. Ketiga, mereka dapat menggerakkan banyak anggota. Keempat, mereka sangat berani dan teliti, baik saat memanjat pohon, menggantung di udara, menebang pohon, maupun memangkas ranting pohon. Bahkan, taman bunga di sekolah kami juga dirapikan oleh mereka hingga menyerupai kue berbentuk persegi. Kelima, mereka bisa membagi tugas dan bekerja sama. Keenam, wajah mereka selalu tersenyum. Ketujuh, mereka bersumbangsih dengan segenap tenaga. Kedelapan, mereka menuruti segala petunjuk dari ketua mereka dengan penuh kesatuan hati. Kesembilan, kami tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa. Mereka mempersiapkan makan siang sendiri. Dari mi kuah, mangkuk, sumpit, sambal, buah-buahan, bakpao, hingga makanan kecil, semuanya mereka sediakan sendiri.

Kami yang dibantu bahkan ditraktir makan. Kesepuluh, yang membuat saya semakin terharu adalah mereka tidak mengharapkan ungkapan terima kasih, balas budi, atau bayaran,”  cerita Gong Ren-xia, Kepala SMP Chishin, Miaoli.

Kegiatan belajar mengajar segera dimulai kembali dan anak-anak dapat belajar di ruang kelas yang aman dan kukuh serta lingkungan sekolah yang indah, inilah tujuan insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih.

Kita juga melihat seorang Bodhisatwa kita, Cai-xiu. Satu Bodhisatwa bertumbuh menjadi tak terhingga. Dia bergabung dengan Tzu Chi karena “dijebak” oleh adik perempuan dan menantunya. “Jebakan” seperti ini tentu sangat baik. Bodhisatwa membimbing semua makhluk tanpa memandang generasi. Generasi muda membimbing generasi tua, inilah wujud bakti. Seorang adik membimbing kakak yang segenerasi, inilah kebijaksanaan. Semakin banyak orang yang bergabung dengan Tzu Chi, semakin besar kekuatan yang terhimpun.

Lihatlah Bodhisatwa Cai-xiu yang telah bergabung selama hampir 20 tahun. Dari lima orang menantunya, ada empat orang yang sudah dilantik. Dia mengemban tanggung jawab sebagai ketua tim Xie Li untuk anggota komite, sedangkan putranya adalah ketua barisan Xie Li untuk Tzu Cheng. Keluarga mereka merupakan keluarga Bodhisatwa yang sangat bahagia. Saat saya bertanya padanya mengapa tidak membimbing menantunya itu untuk ikut menjadi relawan, dia berkata bahwa kini menantunya itu sudah mulai menjadi relawan di komunitas. Seluruh anggota keluarga menapaki jalan yang sama dengan tekad yang sama. Keluarga ini sungguh sangat bahagia.

Hari ini, kita melihat banyak relawan daur ulang karena relawan dari 6 kota dan kecamatan berkumpul di sini. Kita bisa melihat banyak relawan daur ulang di sini. Saya sangat bersyukur kita memiliki begitu banyak relawan lansia dan relawan muda. Kalian semua mengasihi bumi dengan melakukan daur ulang. Ini sungguh tidak mudah. Bodhisatwa sekalian, kita semua merasakan bahwa belakangan ini, bencana yang terjadi di seluruh dunia sungguh sangat banyak. Taiwan sangat beruntung karena masih termasuk aman dan tenteram.

Semua orang hendaknya saling berterima kasih karena di Taiwan terdapat banyak orang yang baik hati dan penuh cinta kasih. Taiwan tidak memiliki permata apa pun selain kebajikan dan cinta kasih. Di Taiwan, ada banyak orang yang baik hati dan penuh cinta kasih yang berkumpul bersama. Berkat ketulusan hati setiap orang, barulah kita bisa hidup aman dan tenteram. Karena itu, kita harus saling berterima kasih.

Hari ini, saya juga melihat para relawan yang dilantik. Hati Buddha, Tekad Guru. Pita yang disematkan di depan dada kalian Pita yang disematkan di depan dada kalian bertuliskan “Hati Buddha, Tekad Guru”. Kalian dan saya harus meneladani hati Buddha. Hati Buddha adalah hati penuh cinta kasih dan welas asih agung. Kalian dan saya harus mempraktikkan ajaran Buddha. Buddha mengajari kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Karena itu, kita harus berusaha bersama untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia guna menyelamatkan dunia dan bumi. Inilah hal yang harus kita lakukan dengan mempercepat langkah kita.

Melihat cinta kasih, kesederhanaan, dan kejujuran relawan di Qingshui

Bersumbangsih tanpa pamrih untuk membantu membersihkan sekolah

Keluarga Bodhisatwa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Giat mempraktikkan Dharma dan menjadikan kebajikan dan cinta kasih sebagai permata

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 26 Januari 2016

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Januari 2016

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -