Ceramah Master Cheng Yen: Kebijaksanaan bagaikan Cahaya Matahari dan Bulan

Saya ingat bahwa ketika saya melakukan perjalanan menuju wilayah barat Taiwan, langkah saya sangat berat. Saya setiap hari melihat begitu banyak Bodhisatwa yang tekun, bersemangat, antusias, dan bersungguh hati. Mereka mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat. Saya dipenuhi rasa syukur setiap hari. Para Bodhisatwa dunia berbagi banyak pengalaman mereka dengan saya. Setiap kali saya dipenuhi rasa sukacita dan sangat bersyukur.

Saya bersukacita karena kebijaksanaan murid-murid saya bertumbuh. Saya bersyukur karena saya bisa mempertahankan suara saya untuk berbicara dengan kalian semua setiap saat. Murid-murid saya telah mendengarkan apa yang telah saya katakan. Jadi, saya sangat tersentuh. Dalam perjalanan kali ini, banyak orang yang saya temui merupakan cermin bagi saya. Mereka sudah tua dan berusia lanjut. Saya melihat relawan yang harus dipapah orang lain saat berjalan. Saya juga melihat rambut mereka sudah beruban dan terlihat tua. Mereka adalah murid-murid saya.

 

Dahulu, murid-murid saya ini baru berusia paruh baya dengan tubuh yang masih sehat. Seiring berjalannya waktu, setelah saya lama tidak melihat mereka, ketika saya melihat mereka lagi, mereka sudah menjadi seperti ini. Ini seperti cermin bagi saya. Saya sungguh tak tega melihatnya. Saya bertanya, "Sekarang Anda tinggal dengan siapa?" Mereka menjawab, "Tinggal seorang diri lebih bebas." "Apakah leluasa?" "Saya sangat berterima kasih kepada kakak-kakak  yang selalu datang menjaga saya."

Saya juga sangat bersyukur karena antarsaudara se-Dharma di Tzu Chi saling memberti perhatian. Dalam perjalanan akhir-akhir ini, saya mendengar, "Beruntung saya bergabung dengan Tzu Chi, antarsaudara se-Dharma bisa saling memberti perhatian." Saya juga mendengar, "Ketika saya sakit, ada kakak-kakak yang mengantar saya ke rumah sakit. Ketika saya dirawat di rumah sakit, saya sangat berterima kasih kepada kakak-kakak yang datang mendampingi saya."

Hubungan mereka begitu dekat. Tzu Chi merupakan keluarga besar. Kita adalah saudara se-Dharma. Di sini ada hubungan guru dan murid serta saudara se-Dharma. Setiap kali mendengar ini semua, saya selalu merasa sedikit sedih, tetapi juga sangat terhibur. Saya memahami bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat dan tak akan menunggu siapa pun. Jika kita tak melakukan apa-apa, waktu akan berlalu dengan sia-sia.

 

Karena waktu tak akan menunggu kita, kita tak boleh santai. Setiap hari kita harus sibuk melakukan hal yang berarti. Ketika kita sibuk melakukan hal yang berarti, kehidupan akan penuh makna. Setelah kita berpikir jernih, kita akan menyadari bahwa hidup kita tak lepas dari Empat Kebenaran Mulia. Kita harus benar-benar memanfaatkan waktu dalam keseharian. Ketika kita menghadapi orang, masalah, dan segala sesuatu, semuanya tak lepas dari Empat Kebenaran Mulia.

“Dahulu, saya tak pernah tersenyum, hanya cemberut sepanjang hari karena dalam hati saya selalu timbul rasa benci dan keluh kesah. Kemudian, Kakak Gao Nan memberi perhatian kepada saya sehingga pintu hati saya terbuka. Pertama kali turun tangga dan pergi ke kantor Tzu Chi, kegiatan pertama saya adalah mengunjungi Peng Yue. Setelah itu, pikiran saya mulai terbuka. Saya juga menjadi relawan di komunitas. Saya sungguh tak pernah memikirkan bahwa saya akan menjadi relawan di komunitas. Saya berharap kamu bisa seperti saya, memakai seragam relawan komunitas dan berjalan keluar dari rumah untuk meneruskan cinta kasih ini kepada orang lain,” kata Gu Haiqiang, relawan.

“Bisa memakai seragam ini, dia merasa sangat bangga. Dia juga bisa menghibur orang yang menderita. Lewat kunjungan kasih, dia bisa menemukan nilai kehidupannya,” terang Gao Nan, relawan.

Saat menghadapi makhluk hidup yang menderita dan mendengar mereka berbicara tentang penderitaan mereka, kita harus menganalisis dan menjelaskan kepada mereka sebab penderitaan itu, lalu membimbing mereka melepaskan kerisauan dan kembali pada jalan kebenaran. Hanya mengetahui prinsip kebenaran saja tidaklah cukup. Tidaklah cukup jika hanya mengerti. Kita harus mempraktikkannya secara nyata. Ini membuat saya lebih terhibur.

 

Saudara sekalian, kita harus memahami hukum sebab akibat. Kita harus membina hati yang welas asih seperti alam semesta yang merangkul segala isinya. Welas asih bagaikan alam semesta. Kebijaksanaan bagaikan cahaya matahari dan bulan. Dengan welas asih, hati kita bisa merangkul banyak hal, tak hanya Bumi, melainkan seluruh alam semesta. Kebijaksanaan bagaikan cahaya matahari dan bulan.

Saudara sekalian, kalian harus sangat bersungguh hati. Kalian harus mengingat bahwa welas asih bagaikan alam semesta dan bukan hanya diucapkan di mulut saja. Memahaminya sebagai pengetahuan saja tidaklah cukup. Kita harus membuka dan melapangkan hati kita hingga seluas alam semesta.

Kita harus membimbing, mendampingi, menghibur orang yang membutuhkan tanpa harus diminta agar hati mereka tersentuh. Kita bukan sekadar menetapkan peraturan dan memberi tahu mereka, "Kamu harus melakukan ini dan itu." Bukan begitu. Kita harus membuka hati kita hingga seluas alam semesta.


Kita harus menggunakan kebijaksanaan kita. Setelah memahaminya, apakah kita melakukan tindakan nyata? Saya berharap kalian semua dapat benar-benar mempratikkannya. Segala hal harus sejalan dengan kebenaran. Ada banyak kisah insan Tzu Chi yang menunjukkan prinsip kebenaran. Jika semua orang bisa maju selangkah lagi untuk terjun ke tengah masyarakat guna mengetahui masalah di dunia dan memahami kaitannya dengan prinsip kebenaran, itu berarti kita telah mempraktikkannya. Jangan hanya omong kosong saja, kita harus mempraktikkannya.

Ada banyak hal yang terjadi dalam sehari. Jika kita melihat dengan jelas, kita akan tahu bahwa segala sesuatu tak lepas dari Empat Kebenaran Mulia. Kita harus melakukan hal yang benar-benar dapat membebaskan orang dari kesulitan. Kita melakukan ini berdasarkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.

Kehidupan manusia tak terlepas dari Empat Kebenaran Mulia

Waktu terus berlalu dan jangan disia-siakan

Kebijaksanaan bagaikan cahaya matahari dan bulan

Merangkul alam semesta dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 September 2018

Editor: Khusnul Kotimah

Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -