Ceramah Master Cheng Yen: Kehangatan Cinta Kasih bagai Matahari di Musim Dingin

Kita bisa melihat cuaca dingin yang ekstrem. Kondisi iklim sungguh tidak selaras. Ketidakselarasan iklim merupakan peringatan bagi kita. Manusia hendaknya tersadarkan serta jangan tersesat dan tenggelam dalam hidup yang tenteram. Kita hendaknya meningkatkan kewaspadaan, bermawas diri, dan berhati tulus.

Kita harus menyucikan hati diri sendiri dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kita harus saling menyemangati untuk menuju arah yang benar. Kita harus berpola hidup sederhana dan hemat, membangkitkan kekuatan cinta kasih, dan menyisihkan uang untuk menolong orang-orang yang membutuhkan.

Kita bisa melihat di Malaysia, insan Tzu Chi memperhatikan satu keluarga dengan kondisi yang istimewa. Demi merawat adik perempuannya, sang kakak tidak menikah. Sejak kecil, adik perempuannya menderita skizofrenia. Sang kakak tidak ingin orang tua mereka mengkhawatirkan adik perempuannya. Bahkan, setelah orang tua mereka tiada, dia tetap mendampingi adik perempuannya. Dialah yang merawat adik perempuannya. Insan Tzu Chi telah mencurahkan perhatian padanya selama lima tahun.

“Mengetahui kondisi saya, kalian datang untuk membantu saya. Saya sangat gembira. Sungguh, saya sangat gembira. Saya sangat terharu kalian datang ke sini. Bagaimana bisa ada orang sebaik kalian?” kata seorang penerima bantuan.

“Kita memberinya bantuan biaya hidup. Setelah membayar sewa rumah, tidak banyak yang tersisa. Kami bertanya padanya, “Apakah perlu memberimu lebih banyak?” Dia berkata, “Tidak perlu, sudah cukup. Gunakanlah uang itu untuk menolong orang lain”,” kata Chen Li-xiang, relawan Tzu Chi.

“Tidak peduli apa yang saya makan, yang penting saya bisa menolong orang yang menderita,” kata seorang penerima bantuan.

doc tzu chi indonesia

Dia bersiteguh ingin menyisihkan uang ke dalam celengan bambu dan jumlahnya tidak sedikit. Dalam satu hingga tiga bulan, celengan bambunya sudah penuh dan dia meminta kita mengambilnya. Setiap kali kami bertanya apakah uangnya cukup, dia selalu berkata bahwa sudah cukup,” kata Chen Li-xiang, relawan Tzu Chi.

Demi membalas budi, dia setiap hari mengajak adiknya mengumpulkan barang daur ulang di jalan. Meski hidup kekurangan, dia sangat mengasihi diri sendiri dan orang lain. Kita juga melihat insan Tzu Chi di Shenyang, Liaoning, Tiongkok. Sungguh, di mana pun berada, Bodhisatwa akan membawa berkah bagi orang yang menderita.

Ada seorang penerima bantuan yang sangat menderita. Hidup Peng Yue yang tahun ini telah berusia 30-an tahun penuh kesulitan. Setelah dia lahir, orang tuanya meninggalkannya di RS. Karena merasa tidak tega, sepasang suami istri pun mengadopsinya. Namun, pasangan suami istri ini selalu bertengkar. Dia tumbuh besar dalam keluarga yang tidak harmonis.

Ibu angkatnya sudah lama meninggal dunia karena jatuh sakit. Jadi, hidupnya bergantung pada ayah angkatnya. Namun, ayah angkatnya mengalami koma akibat kecelakaan lalu lintas. Setelah sadar, ayahnya menjadi linglung. Ayahnya terkadang linglung dan terkadang berpikiran jernih. Menghadapi kondisi seperti ini, dia pun menderita depresi.

doc tzu chi indonesia

Tahun lalu, dalam kondisi depresi, dia melompat dari lantai atas sehingga mengalami patah tulang serius dan dilarikan ke rumah sakit. Namun, karena tidak memiliki uang, dia tidak bisa menjalani operasi. Jadi, usai ditangani di UGD, dia pulang ke rumah karena tidak bisa menjalani pengobatan lanjutan. Setelah pulang ke rumah, dia kembali teringat akan kondisinya dan mencoba mengakhiri hidupnya sehingga dilarikan ke rumah sakit lagi.

Saat itulah insan Tzu Chi mengetahui kondisinya dan mulai memperhatikannya. Kita berkunjung ke rumahnya setiap hari dan menyiapkan makanan untuk ayahnya. Kita juga membawa bubur yang bergizi atau suplemen untuknya agar dia bisa lekas sembuh. Inilah cinta kasih insan Tzu Chi. Relawan kita bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.

“Jangan mengabaikan saya,” ujar Peng Yue.

“Kami tidak akan mengabaikanmu. Kami sudah berulang kali membesukmu di rumah sakit. Kini kami juga datang ke rumahmu, kan? Kamu harus menjalani operasi agar bisa berdiri lagi, ya? Jadi, kamu harus menuruti nasihat kami. Kamu harus optimis dan tegar. Kamu sudah sangat hebat. Berjuanglah,” jawab para relawan.

Dia bahkan meminta Relawan Wang untuk tidak meninggalkannya. Demi membantu Peng Yue, Relawan Wang pergi ke sana kemari hingga tekanan darahnya naik. Saat mengunjungi Peng Yue, Relawan Wang tiba-tiba merasa pusing. Melihat Relawan Wang yang tidak memiliki hubungan darah dengannya bersedia bersumbangsih baginya dengan penuh perhatian tanpa memikirkan diri sendiri, Peng Yue tersentuh dari lubuk hatinya.

doc tzu chi indonesia

Relawan kita merawatnya bagai keluarga sendiri. Kita berulang kali mengantarnya ke RS dan merawatnya dengan penuh perhatian. Ini menyentuh hati para tetangga, sopir ambulans, dan staf rumah sakit.

“Sesama tetangga saling membantu. Kami adalah organisasi amal. Kami mengeluarkan uang untuk mengantarnya ke rumah sakit,” kata Wang Jinsheng, Relawan Tzu Chi.

“Biaya pengobatan?”

“Biaya pengobatan juga kami tanggung,” kata Wang Jinsheng, Relawan Tzu Chi.

“Kalian sungguh merupakan Bodhisatwa hidup.”

Semua orang menolongnya dengan kekuatan cinta kasih. Tzu Chi menanggung biaya operasinya. Kerabat, teman, tetangga, dan warga juga membantunya. Jadi, hatinya dipenuhi rasa syukur. Dia sangat tekun menjalani fisioterapi dan akhirnya bisa berdiri. Kita bisa melihat bahwa kini, dia sudah bisa berdiri. Sebelum dia keluar dari rumah sakit, insan Tzu Chi membersihkan, mengecat kembali, dan memperbaiki rumahnya.

Saat pulang dan melihat rumahnya menjadi begitu indah, dia sangat bersyukur. Para relawan kita sungguh merupakan Bodhisatwa dunia yang datang ke dunia ini untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk. Ini sungguh penuh kehangatan.

Terpuruk karena jalan kehidupan yang berliku-liku
Melenyapkan penderitaan dengan bersyukur meski hidup kekurangan
Mencurahkan perhatian dengan tulus tanpa memikirkan diri sendiri
Kehangatan cinta kasih di dunia ini bagai matahari di musim dingin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Januari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 Januari 2018
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -